83. This is The End ?

16.5K 953 216
                                    

Edward menatap Lauren yang sedang memakan makanan penutupnya dalam diam. Semenjak pembicaraan mereka tentang bulan, Edward dapat menyadari jika istrinya itu semakin irit berbicara. Edward tak tau, sebenarnya... apa yang saat ini sedang berada di dalam kepala kecil milik istrinya tersebut.

Karena tak ingin istrinya itu kembali bersedih, Edward memberikan kode pada seorang violinis pria yang sedari tadi duduk tak jauh dari mereka.

Melihat kode tersebut, violinis pria itu langsung bangkit dari tempat duduknya dan memainkan lagu yang sudah dipesan oleh Edward sebelum membawa Lauren ke sini.

Alunan lembut dari gesekan biola itu menghadirkan suasana romantis diantara Edward dan Lauren. Lauren yang menyadari hal itu langsung menegakkan punggungnya dan menatap terkejut ke arah Edward

"Kau menyewa seorang violinis juga?" tanya Lauren terkejut saat dirinya bisa melihat seorang pria tengah berfokus memainkan biolanya

"Yah... bisa dibilang seperti itu" ucap Edward kikuk sembari menggaruk belakang lehernya yang sebenarnya tak gatal

Tiba – tiba, suasana kikuk mencekik Edward. Edward hanya bisa menatap wajah cantik Lauren dalam diam. Sedangkan wanita itu nampaknya tengah meresapi alunan nada yang mengalun dengan indah dari biola itu.

Dibawah terangnya sinar bulan purnama, wajah wanita itu semakin cantik dan bercahaya. Edward merasa dirinya sungguh berdosa karena dirinyalah penyebab wajah itu menitikkan air mata dan isakan yang terdengar memilukan.

Glek.

Edward menegak ludahnya dengan kasar. Semua ini harus diakhiri. Ia tak ingin Lauren semakin sakit hati dengan semua kenyataan pahit yang mungkin akan datang mendera rumah tangga mereka.

Edward tak ingin membiarkan wanita itu sama seperti ibunya.

"Lauren, apa kau mau berdansa denganku?" pinta Edward sembari mengulurkan tangan kekarnya ke hadapan Lauren

Lauren menatap tangan kekar yang terbuka itu dengan lekat. Apa ia sedang bermimpi?

"Lauren..." panggil Edward dengan lembut sembari menatap Lauren yang hanya berdiam diri

"Ya?" tanya Lauren terkejut sembari menatap kedua mata coklat Edward yang memancarkan aura kesedihan yang tertanam dalam. Kesedihan yang sudah disimpan dalam waktu yang lama dan tak pernah ditunjukkan kepada siapapun

"Berdansalah bersamaku..." pinta Edward dengan suaranya yang sudah terdengar parau

Dada Lauren seketika berdesir ketika ia mendengar suara parau itu. Tanpa menunggu waktu lama, Lauren langsung meletakkan tangannya di atas telapak tangan Edward yang sedari tadi terbuka lebar

Edward langsung memaksakan dirinya untuk tersenyum tulus. Namun, dirinya tak sanggup... bibir pria itu bergetar hebat ketika memberikan kepalsuan itu. Sekarang ia bertanya – tanya, apakah Lauren juga merasakan rasa yang sama ketika ia memanipulasi semua orang yang ada di dekatnya dengan senyum kepalsuannya?

Alunan nada lagu Versace on The Floor karya Bruno Mars mengalun dengan lembut dari biola milik violinis itu.

Angin nakal yang menerbangkan anak – anak rambut Lauren, cahaya purnama yang menghiasi wajah cantik Lauren... sungguh, Edward akan menyimpan keindahan ini baik – baik dalam otaknya.

Tangan pria itu bergetar hebat ketika dirinya menyentuh pinggang Lauren dengan tangan kanannya dan tangan kirinya digunakan untuk menautkan jari – jemarinya dengan jari – jemari lentik milik Lauren

"Edward... kau baik – baik saja?" tanya Lauren yang merasakan getaran tangan pria itu pada tubuhnya

"Ya... aku baik – baik saja" ucap Edward sembari tersenyum dan mencoba menyingkirkan segala rasa ketakutan yang tiba – tiba menderai dirinya

In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang