Sreett...
Lauren menarik kasar selimut yang membungkus seluruh tubuhnya. Hari ini adalah hari keempat sejak Claudia mengajak Lauren dan Edward ke acara makan malam semi – formalnya dan... hari ini juga adalah hari keempat sejak Edward meninggalkannya tanpa kabar
Dengan tatapan kosong, Lauren melangkahkan kakinya untuk menuruni kasurnya. Lauren berjalan seperti biasa, seolah – olah ia tidak takut, pecahan – pecahan kaca yang tersebar di dalam kamarnya bisa saja akan melukai telapak kaki telanjangnya.
Ya, sejak hari itu, Lauren memutuskan untuk melampiaskan kemarahannya dengan memecahkan barang – barang yang ada di kamarnya. Lauren tak peduli, apakah barang itu adalah barang mahal atau barang antik, dia hanya ingin melampiaskan rasa stressnya.
Seharusnya, jika ia masih memiliki obat – obatan itu, Lauren tak perlu membuang – buang tenaganya untuk memecahkan barang – barang itu dan menggunakan pecahan barang – barang itu untuk melukai dirinya. Namun, ternyata Lucia sudah menginvasi habis kamar Lauren. Lauren tak bisa menemukan obat – obatan itu. Ia yakin, jika Lucia lah yang pasti sudah mengambil obat itu, mengingat hanya Lucia lah satu – satunya orang yang mengetahui tentang penyakit depresi yang saat ini sedang berusaha dilawan oleh Lauren
Saat kaki Lauren sudah menginjak dinginnya lantai kamar mandi. Mata Lauren langsung menatap pantulan dirinya di cermin yang terdapat di kamar mandinya ini
Mengerikan
Wajah Lauren saat ini tak ada bedanya dengan seseorang yang sedang sekarat. Pucat dan tidak memiliki gairah hidup
Lauren memerhatikan pantulan wajahnya, dilihat darimanapun, dia unggul dalam hal kecantikan dibandingkan Claudia. Namun, kenapa Edward tak pernah memberikan perhatiannya kepada Lauren seperti ia memberikan perhatiannya kepada Claudia?
Tes
Air mata Lauren kembali menetes.
Apa yang salah dengan dirinya?
Prank!!!
Tak perlu waktu beberapa lama, kini cermin itu sudah pecah menjadi kepingan – kepingan kecil. Lauren membenci cermin itu karena cermin itu sudah mengingatkannya kembali dengan Claudia, si jalang!
"Sialan!" maki Lauren dengan suaranya yang sudah menggema memenuhi kamar mandi itu
Tangan Lauren terulur untuk mengambil salah satu serpihan kaca itu, ia meremasnya dengan kuat
"Apa karena warna mataku biru dan warna mata wanita itu cokelat, oleh karena itu kau lebih memilih untuk memberikan seluruh perhatianmu kepada jalang itu?!?!" maki Lauren tanpa beralasan sembari menatap dalam – dalam matanya pada bagian cermin kecil yang masih berdiri kokoh itu, walaupun cermin kecil itu sudah retak
"Kalau begitu, aku harus mencongkel mata sialan ini! Aku harus mencari mata baru, mata cokelat. Mata yang sama dengan warna matamu!"
Tanpa memperdulikan apapun, Lauren mengarahkan serpihan kaca cermin itu ke matanya. Dirinya menggores dahinya dengan gerakan lurus ke bawah, searah dengan matanya. Senyum bengis wanita itu seolah – olah menjadi bukti bahwa wanita itu tidak merasakan sedikitpun rasa sakit
"Lauren, apa yang kau lakukan?"
"Aaaakkkhhhh!!!"
Lauren berteriak, tangannya langsung bergerak untuk menutupi kedua telinganya dengan kuat. Gerakan itu membuat serpihan kaca yang sudah menggores dahi dan alisnya itu terlepas dengan seketika dari tangannya
"Pergiiii!!! Kau sudah mati!!!" ucap Lauren sembari menangis histeris
"Lauren sayang, meski Ibu sudah mati, Ibu selalu berada disampingmu"
KAMU SEDANG MEMBACA
In Your Eyes
RomanceHanya satu hal yang diinginkan oleh Lauren Rodriquez - Garcia di dalam kehidupan pernikahannya, yaitu cinta tulus dari suaminya. Rank #1 Pelakor (11 Oktober 2020, dst.) #1 Pernikahan tanpa cinta (17 Oktober 2020, dst) #1 Spanish (17 Oktober 2020, ds...