108. Sorry, I Can't

15.3K 768 44
                                    

"Tau apa kau soal kebaikanku?" tanya Lauren dengan suaranya yang sudah terdengar parau

Jantung Edward seakan – akan diremas kuat ketika ia mendengar Lauren mengucapkan pertanyaan yang tak pernah diharapkan oleh Edward itu. Rasa sesak semakin menyergap Edward ketika ia melihat mata biru Lauren yang sudah berkaca – kaca

Dengan cepat, Edward bangkit dari duduknya dan berjalan tergesa – gesa ke hadapan Lauren.

Dugh!

Edward menjatuhkan kedua kakinya tepat di hadapan Lauren. Ia bersimpuh di hadapan Lauren.

Tak seperti karakter – karakter wanita yang ada di novel – novel roman yang Lauren baca, Lauren tetap membiarkan Edward bersimpuh di hadapannya. Lauren tak memiliki keinginan untuk menyentuh pundak lebar pria itu dan mengatakan bahwa pria itu tak pantas bersimpuh di hadapannya

"Lauren, maafkan aku. Maafkan aku. Aku sudah terlalu egois selama ini. Maafkan aku" ucap Edward dengan punggungya yang sudah bergetar hebat

Tes.

Air mata Lauren langsung terjatuh ketika ia melihat pemandangan itu. Sungguh, hatinya teriris ketika ia melihat pria yang sangat dicintainya tengah bersimpuh meminta maaf tepat di hadapannya, namun, mulut Lauren seakan akan membatu. Wanita itu sangat enggan menerima permintaan maaf yang keluar dari mulut pria yang sedang bersimpuh itu

Kenapa sekarang hidupnya bisa sekacau ini? Jika sejak awal Lauren tau kehidupannya akan sekacau ini, Lauren pasti akan menyesali pertemuan awalnya dengan Edward. Lauren pasti akan menyesali hatinya yang begitu mudahnya disentuh oleh Edward.

Tangan Edward bergerak untuk memegang kedua tangan Lauren yang sedari tadi dilipat rapi oleh Lauren tepat di atas pangkuan wanita itu.

Pria itu mendongak dan air mata sudah membanjiri kedua netra coklat gelapnya

"Maafkan aku. Aku sangat menyesal karena sudah membuatmu menderita sendirian. Aku sangat menyesal" ucap Edward dengan tangannya yang bergerak untuk memberikan usapan – usapan lembut di punggung tangan Lauren yang terlindungi oleh sarung tangan

"Jika aku bisa memutar waktu, aku tidak akan menyuruhmu untuk menjauhkanku dari jalang – jalang itu. Aku tidak akan memaksamu untuk melakukan tindakan – tindakan keji itu. Aku tidak ak---

"Hentikan... kau hanya membuatku hatiku semakin hancur" potong Lauren dengan suara paraunya

Kedua mata birunya yang sudah berderai air mata menatap kedua mata coklat milik Edward yang juga sedang berderai air mata

"Lauren..."

"Nyatanya, kau tak bisa memutar waktu. Semuanya sudah terjadi, Edward. Penyesalan tak akan mengubah apapun, penyesalan hanya akan memperparah luka yang sudah kau torehkan" ucap Lauren dengan tubuhnya yang sudah bergetar hebat

"Lauren, maafkan aku" ucap Edward sembari menundukkan kepalanya dalam – dalam

"Hentikan Edward... aku muak mendengarkan ucapan maafmu itu" ucap Lauren disela – sela tangisannya

Kedua anak manusia itu saling menangis namun tidak mencoba untuk saling menguatkan satu sama lain. Hati mereka tertutup rapat, namun air mata mereka yang sedari tadi mengalir seolah – olah menjadi bukti betapa dalamnya rasa sakit yang mereka hadapi

Hati Edward teriris ketika ia mendengar suara tangisan Lauren, sama halnya dengan Lauren. Lauren juga merasakan hal yang sama.

"Edward... pulanglah, tempatmu bukan disini" ucap Lauren tiba – tiba sembari menarik tangannya secara perlahan dari genggaman Edward

In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang