"Bagaimana keadaannya?" tanya Edward pada dokter Lucia dengan tatapannya yang masih tertuju pada Lauren yang tengah duduk di dekat jendela kamar rumah sakit tempat dirinya dirawat
Sejak Edward menolak keinginan Lauren untuk kembali memulangkan Alan dalam waktu yang lebih cepat, istrinya itu kembali mengulah. Tanpa memperdulikan kesehatan dirinya sendiri, istrinya itu nekat untuk mencopot infus yang ada di tangannya.
Jika dihitung – hitung, sudah empat kali istrinya itu mencopot infus itu dengan tidak berperasaan. Akibat tindakan bodohnya itu, tangannya harus diperban dan tidak boleh digerakkan dengan sembarangan.
"Masih sama... Tidak ada kemajuan, semalam, nona tidak menyentuh makanan malamnya" jelas dokter Lucia yang diakhiri dengan sebuah helaan napas
Edward mengetatkan rahangnya.
Ia cemburu, sungguh cemburu!
Bagaimana bisa istrinya itu berperilaku sedemikan hanya karena pengawal pribadinya pergi meninggalkannya selama dua minggu? Jika diingat – ingat, istrinya itu tidak pernah bertindak seperti ini pada Edward
Pernah sekali Edward meninggalkannya selama 4 minggu lamanya, istrinya itu malah sangat anteng sekali di rumah mereka. Bahkan, dari rekaman CCTV yang ada di rumahnya, Edward selalu melihat istrinya itu memasang tampang bahagia selama di rumah. Istrinya itu tersenyum dengan senyumnya yang sangat dirindukan oleh Edward sejak dulu dan senyum yang sangat ingin dilihat oleh Edward ketika mereka sedang bersama
Krek...
Edward memutar knop pintu kamar Lauren tersebut. Edward melangkahkan kakinya memasuki kamar itu, Edward tau betul jika istrinya itu menyadari bahwa ada seseorang yang sudah masuk ke dalam kamarnya, namun istrinya itu tetap bersikap acuh.
"Lauren..." panggil Edward
"Lauren..."
"Lauren"
Sekali, dua kali, tiga kali, Lauren tetap saja mengabaikan Edward. Memikirkan hal itu membuat Edward mengernyit tidak suka. Sudah cukup ia merasa stress karena ayahnya yang selalu saja menekan dirinya dan selalu mengorek informasi mengenai kehidupan pribadinya!
Grep!
Dengan kasar, Edward memegang kedua lengan Lauren dan memutar tubuh Lauren agar wajah wanita itu menatap dirinya. Edward sudah tidak memperdulikan tingkah manja wanita itu lagi, Edward tak tahan
Nyut...
Rasa kesal dan marah milik Edward langsung menguap begitu saja ketika dirinya menatap wajah Lauren. Mata wanita itu memerah seperti ia selalu menangis setiap detik, kantung matanya yang sudah menghitam seolah – olah mengatakan kalau ia tidak pernah tidur dan lengannya yang sudah mengecil dan tak bertenaga sudah menjadi bukti bahwa wanita itu tidak baik – baik saja
"Lauren... apa yang terjadi padamu?" tanya Edward khawatir dengan suaranya yang sudah melembut
Pegangan tangannya di kedua lengan Lauren mengendur. Tangannya merambat dengan halus menuju ke wajah datar Lauren yang terlihat seperti orang mati. Tak ada gairah hidup.
"Apa yang sudah mereka lakukan kepadamu? Apa mereka selalu menyuntik tanganmu? Apa itu sakit, eumh... katakan, aku akan memecat mereka semua" ucap Edward sembari menangkup wajah Lauren agar mata wanita itu menatapnya
Matanya yang sayu dan berwarna kemerahan itu menatap Edward.
Edward sesak dibuatnya. Apa yang sudah Edward perbuat pada wanita yang dulu sangat disukainya ini?
"Apa kau ingin pulang, eumh?" tanya Edward sembari mencoba untuk menteralkan suaranya yang rasanya hendak hilang karena rasa sesak di dalam dadanya yang semakin menggila
KAMU SEDANG MEMBACA
In Your Eyes
RomanceHanya satu hal yang diinginkan oleh Lauren Rodriquez - Garcia di dalam kehidupan pernikahannya, yaitu cinta tulus dari suaminya. Rank #1 Pelakor (11 Oktober 2020, dst.) #1 Pernikahan tanpa cinta (17 Oktober 2020, dst) #1 Spanish (17 Oktober 2020, ds...