24. Mom

18.2K 969 17
                                    

Lauren membuka pintu rumahnya dengan tangannya yang masih bergetar. Potret gumpalan daging dan suara meminta tolong dari Rose yang sangat memilukan itu selalu saja memenuhi pikirannya.

Krek!

Lauren mendorong pintu rumahnya dengan pelan. Gelap. Itulah hal yang pertama kali Lauren rasakan saat memasuki rumahnya ini, sepertinya Edward belum pulang dari kantornya atau... pria itu mungkin saja sudah pulang dari kantornya dan saat ini tengah tertidur dengan lelap di dalam kamarnya

Dengan langkah bergetar, Lauren melepaskan bootsnya yang telah penuh dengan bercak darah dari tangan Rose. Lauren menggigit bibirnya dengan kuat, saat melihat darah itu, rasanya dia ingin kembali berteriak.

Tangan Lauren sudah terulur untuk meletakkan sepatu bootnya itu di rak sepatu yang berada disana, namun dia mengurungkan niatnya itu saat melihat adanya darah di sepatu bootsnya itu. Sungguh, Lauren yakin bahwa dirinya tak akan pernah sanggup untuk memakai sepatu boots itu lagi.

"Lauren Rodriquez – Garcia"

Lauren menegakkan punggungnya saat mendengar namanya dipanggil oleh Edward. Dengan gegabah, Lauren menggerakkan matanya ke kanan dan ke kiri untuk mencari sosok Edward.

"Aku disini, Lauren" ucap Edward dengan sebuah kernyitan di dahinya, jarang sekali ia melihat Lauren berperilaku seperti ini.

Lauren langsung mendongakkan kepalanya dan menatap Edward yang saat ini sedang berdiri di tangga dengan sebuah piyama yang telah menggantung rapi di tubuhnya

Jantung Lauren semakin berdebar – debar. Bagaimana jika janin yang telah dibunuhnya itu adalah hasil dari pergelutan gairah Edward dan Rose? Bagaimana Lauren akan menjelaskan itu kepada Edward? Edward pasti akan langsung menceraikannya dan membuangnya dari hidupnya. Tidak, tidak! Hal itu tidak boleh terjadi!

"Darimana saja kau malam – malam begini?" tanya Edward dengan matanya yang telah menatap Lauren dengan tatapan tajamnya. Edward yakin pasti ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh Lauren.

Lauren hanya diam membisu.

"Apa yang telah kau lakukan di luar?"

Membunuh!

"Aaaarrghhh!!!"

Lauren refleks berteriak dan menutup kedua telinganya saat kembali mendengar suara itu. Kini, teriakan memilukan milik Rose semakin terdengar jernih di kedua telinganya

"Lauren?!?" panggil Edward terkejut saat melihat kondisi Lauren yang terlihat seperti seorang yang sedang depresi.

Lauren mendongakkan wajahnya untuk menatap Edward. Apakah suaminya itu akan menceraikannya?

Tanpa memperdulikan Edward yang memanggil – manggil namanya, Lauren langsung berlari menuju kamarnya.

Brakkk!

Di tengah – tengah larinya, Lauren tanpa sengaja menabrak salah satu guci hias yang berada di tangga itu.

"Lauren?!? Kau baik – baik saja?" tanya Edward yang tiba – tiba sudah berada di samping Lauren

Lauren berjengit kaget dan tanpa sengaja kakinya menginjak serpihan guci itu. Seharusnya Lauren merasakan sakit di telapak kakinya saat ini, namun anehnya, Lauren tak merasakan apapun. Rasa takut yang menerjang dirinya lebih besar daripada rasa sakit yang dirasakannya saat ini

"Kakimu berdarah" ucap Edward terkejut saat melihat kaki Lauren yang telah berlumuran darah

"I'm fine" ucap Lauren pelan

Tanpa memperdulikan kakinya yang telah berdarah – darah. Lauren kembali melangkahkan kakinya dengan terseok – seok ke arah kamarnya.

Edward menatap Lauren dengan tatapan yang sulit diartikan. Dirinya tidak berniat untuk memapah wanita itu dan menanyakan hal apa gerangan yang telah terjadi pada istrinya itu. Bagaimanapun juga, Edward tetaplah Edward. Meskipun wanita itu adalah istrinya selama satu tahun belakangan ini, tapi Edward merasa dirinya tak memiliki kewajiban untuk memberikan seluruh perhatiannya kepada wanita itu.

In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang