27. Strange Woman

17K 862 13
                                    

Edward melangkahkan kakinya menuju ke ruang tunggu dengan elegan. Nampaknya, beberapa pegawainya sudah mulai datang dan wara – wiri.

"Selamat pagi, tuan Dominguez"

Edward menanggapi semua sapaan itu dengan sebuah anggukan kecil dan wajah datarnya, seperti biasanya.

"Silahkan sir" ucap sekretaris Edward sambil membukakan pintu ruang tunggu untuk Edward.

Ceklek.

Saat memasuki ruangan itu, pandangan Edward langsung terkunci pada seorang wanita yang tengah membelakanginya. Nampaknya wanita itu tengah memperhatikan lukisan yang berada di dinding itu.

Alis Edward terangkat naik saat melihat wanita itu menjulurkan tangannya untuk menyentuh lukisan itu. Edward tau benar, jika Lauren melihat hal itu, pasti Lauren sudah memotong tangan wanita itu.

"Ekhem"

Edward berdehem kecil saat dia merasa bahwa wanita yang sedang membelakanginya itu tidak menyadari kedatangannya. Apakah lukisan yang dibuat oleh Lauren itu begitu memikat, sehingga wanita itu tidak menyadari kedatangannya?

Wanita itu berjengit kaget saat mendengar deheman Edward. Dengan cepat, wanita itu memutar tubuhnya dan menatap Edward dengan tatapan terkejut.

"Mati aku!" ucap Claudia pelan saat menatap wajah tak bersahabat milik Edward

Apakah Edward marah karena Claudia telah menyentuh lukisan itu? Atau jangan – jangan... pria itu sudah tau bahwa Claudia telah memecahkan anak guci kesayangannya? Tamat sudah riwayat Claudia.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Edward sambil melangkahkan kakinya menuju salah satu sofa yang ada disana.

Ia menghempaskan bokongnya dan melipat kakinya dengan gerakan elegan. Mata elangnya menatap Claudia dengan tatapan mengintimidasi.

"Ma---maafkan aku" ucap Claudia gagap sambil menggigit bibir bawahnya dan memilin tangannya

Edward mengernyitkan dahinya saat dirinya merasa familiar dengan wajah Claudia. Sepertinya, Edward pernah bertemu dengan wanita itu, tapi dimana?

"Apakah kau tidak berniat untuk duduk?" tanya Edward sambil menatap dingin Claudia yang masih saja asyik berdiri di tempatnya

Claudia tersenyum kikuk dan menggaruk tulang selangkanya yang tidak gatal. Dengan pelan, ia berjalan dan duduk di sofa yang bersebrangan dengan sofa yang diduduki oleh Edward.

Edward menatap Claudia dengan tatapan dinginnya. Sepertinya, wanita dihadapannya itu tidak berniat untuk menggodanya. Baguslah. Edward tak perlu repot – repot memanggil Lauren ke tempat ini. Selain itu, Edward masih merasa khawatir dengan kondisi Lauren, dia tak ingin Lauren memaksakan dirinya untuk datang ke tempat ini hanya untuk mengusir seorang wanita jalang.

Claudia yang ditatapi dingin oleh Edward hanya bisa menundukkan kepalanya. Wajahnya terlihat sangat pucat dan kedua tangannya tak berhenti untuk saling meremas.

"Maafkan saya, tuan Dominguez. Saya tidak bermaksud untuk menyentuh lukisan itu, apalagi bermaksud untuk mer---

"Kau tak perlu meminta maaf kepadaku" potong Edward yang sudah merasa bosan dengan permintaan maaf Claudia

"Uh? Pardon me, Mr. Dominguez?" tanya Claudia binggung. Apakah setelah ini, Edward akan memarahinya habis – habisan kemudian memanggil security untuk menyeretnya keluar dari perusahaan ini?

Edward menghela napasnya dengan kasar. Kenapa wanita di hadapannya ini terlihat seperti orang linglung?

"Kau tak perlu meminta maaf kepadaku, karena lukisan itu bukan milikku. Lukisan itu milik istriku, jika istriku melihat kau menyentuh lukisan itu, aku yakin tanganmu itu tak akan bisa diselamatkan" terang Edward sambil memegang kepalanya yang terasa berdenyut – denyut karena dirinya masih kepikiran tentang perilaku aneh Lauren.

In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang