Edward menatap tubuh Lauren yang berada disampingnya. Wanita itu berlutut sembari menutup kedua matanya erat – erat. Tangannya membentuk gesture memohon, wanita itu seolah – olah sedang meminta kasih pengampunan dari Tuhan
Edward menatap wanita itu dalam diam. Wanita itu terlihat murni dan Edward sudah mengotori wanita itu. Terkadang Edward berpikir, apakah Tuhan akan mengabulkan permintaan wanita itu? Mengingat wanita itu sudah melakukan banyak kesalahan dalam hidupnya hanya untuk menyenangkan Edward.
Seketika, rasa bersalah menggerogoti diri Edward. Wanita itu menderita sampai sesakit ini karena Edward, namun Tuhan begitu tak adil karena tak pernah membiarkan Edward untuk merasakan rasa sakit itu.
Tes.
Air mata kembali menetes dari netra Edward. Dengan cepat, pria itu menghapus air matanya, ia tak ingin terlihat lemah di depan Lauren. Jika wanita itu bisa pura – pura kuat, maka Edward pun harus bisa
"Kau sudah selesai?" tanya Edward dengan suara paraunya ketika dirinya melihat Lauren sudah membuka matanya dan telah menyelesaikan doanya
"Sudah. Ada apa dengan suaramu? Kau baru saja menangis?" tanya Lauren binggung ketika dirinya mendengar suara Edward terdengar parau dan bergetar
"Menangis? Tidak, aku tidak menangis. Mungkin suaraku seperti ini karena cuaca semakin dingin" dalih Edward sembari tersenyum hangat
"Benarkah? Bukankah disini hangat?" tanya Lauren binggung sembari memperhatikan keadaan katedral yang terlihat sangat hangat. Di malam hari seperti ini, biasanya katedral ini akan menutup semua jendelanya dan menonaktifkan segala alat pendingin ruangan, tak jarang... katedral ini juga mau menghidupkan alat pemanas jika para pekerja katedral melihat masih banyak umat yang sedang berdoa
Mendengar ucapan Lauren tersebut, Edward langsung memalingkan wajahnya dari wajah Lauren. Ia malu, sungguh.
"Apa kau ingin makan malam?" tawar Edward untuk mengahlihkan topic mereka
"Tentu saja..." ucap Lauren ringan sembari tersenyum
"Ah, tapi sebelumnya, aku ingin meminta berkat terlebih dulu dari Pastor" lanjut Lauren sembari menatap seorang Pastor berpakaian putih yang sedang duduk tak jauh dari mereka
"Baiklah, aku akan menunggumu di mobil" ucap Edward sembari mengulum senyuman lembutnya untuk membalas senyuman Lauren
Lauren mengganggukkan kepalanya. Kemudian, wanita itu melangkahkan kaki jenjangnya ke bangku kayu panjang tempat Pastor tersebut sedang duduk
"Pastor" panggil Lauren lembut sembari menatap Pastor yang terlihat sudah renta itu. Pastor itu terlihat menutup matanya dan tersenyum kecil.
Pastor renta itu langsung membuka kedua matanya secara perlahan ketika mendenga suara wanita mengalun lembut di telinganya. Senyum Pastor itu langsung merekah ketika matanya beradu dengan mata biru milik Lauren
"Kau terlihat lelah, putriku" ucap Pastor itu
Lauren terkejut ketika mendengar ucapan Pastor tersebut, namun dalam sekejap, wanita itu langsung menepis segala hal – hal buruk yang tiba – tiba mengisi kepalanya
"Ya... aku dan suamiku berasal dari Madrid. Mungkin, waktu perjalanan yang lama membuatku seperti ini" ucap Lauren sembari tersenyum kikuk
"Bukan itu yang kumaksud, putriku" ucap Pastor tersebut
Pastor renta itu kemudian mengulurkan tangannya dan membawa Lauren ke sampingnya sehingga wanita itu kini sudah duduk tepat di samping Pastor renta itu
"Aku tau hidup memang sulit tapi, mengakhiri hidup bukanlah satu – satunya jalan untuk keluar dari kesulitan itu" ucap Pastor itu sembari mengulum senyumannya
KAMU SEDANG MEMBACA
In Your Eyes
Roman d'amourHanya satu hal yang diinginkan oleh Lauren Rodriquez - Garcia di dalam kehidupan pernikahannya, yaitu cinta tulus dari suaminya. Rank #1 Pelakor (11 Oktober 2020, dst.) #1 Pernikahan tanpa cinta (17 Oktober 2020, dst) #1 Spanish (17 Oktober 2020, ds...