Braakkk!!!
Lauren membuka pintu kamar hotelnya dengan kasar dan menutup kembali pintu itu dengan kasar.
Dengan langkah gontai, Lauren melangkahkan kakinya memasuki kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.
Seperti tak memiliki gairah hidup, Lauren membuka pakaiannya yang telah basah. Kini, kulitnya yang putih nampak lebih memucat, seolah – olah tak ada setetespun darah yang tengah mengalir di nadinya.
Tangannya menyusuri tubuhnya dengan gerakan lemah. Ia menyusuri pahanya yang terdapat bekas cengkraman, perut datarnya yang masih memiliki bercak – bercak darah kental, bahunya yang membiru serta kulit dadanya yang terdapat bekas ciuman
"Ahhhhhh....!!!!"
Lauren berteriak sekencang – kencangnya di depan cermin yang ada di dalam kamar hotel itu. Hatinya hancur, dia semakin hancur.
Tangannya mengambil sebuah botol berisikan sabun cair yang ada di atas wastafel di kamar mandi itu. Dia menuangkan sabun cair itu banyak – banyak ke telapak tangannya. Dengan gerakan kasar, Lauren menggosok – gosokkan telapak tangannya ke kulit dadanya yang dipenuhi 2 bekas ciuman.
Tangis Lauren meluruh. Ia tak tau jika ternyata orang lain yang tak dikenalnya lah yang akan menjadi pria yang pertama kali memberikan tanda di leher jenjangnya itu, semua harapan Lauren telah kandas.
Ya, beberapa jam yang lalu, Lauren baru saja hampir di perkosa oleh pria yang baru saja ditemuinya, pria british. Seharusnya Lauren tau, mempercayai seseorang yang tidak kau kenal adalah sebuah kesalahan yang sangat fatal.
Karena rasa kecewanya yang terlalu besar pada Edward, Lauren membutakan logikanya. Ia ingin melampiaskan rasa kecewanya. Ia mengira, bahwa semuanya akan baik – baik saja, tapi nyatanya... tidak ada yang baik – baik saja.
"Ibuuu....!" panggil Lauren lirih
Ia menghentikan gerakan kasarnya di dadanya itu. Kulit dadanya yang tadinya memiliki beberapa bekas membiru kini sudah ditutupi oleh bekas berwarna kemerahan yang tercipta akibat gerakan kasar Lauren di lehernya.
"Ibu, aku hampir diperkosa..." adu Lauren sembari menumpukkan tangannya di wastafel yang ada di dalam kamar mandi itu
Bahunya dan pundaknya bergetar dengan begitu kencangnya.
Kenapa Tuhan selalu saja memberikannya cobaan yang terlalu berat? Kenapa Tuhan selalu saja membuat Lauren memiliki keinginan untuk mengakhiri kehidupannya? Kenapa Tuhan sejahat ini...
"Ibu... apakah aku sudah kotor? Pria itu sudah mencumbu leherku dan menyentuh pahaku... Ibu, apakah aku kotor!?!" teriak Lauren pada pantulan dirinya yang ada di cermin itu
Lauren menatap dirinya dengan nanar.
Kacau. Itulah kata yang cocok untuk menggambarkan dirinya saat ini.
Tanpa sengaja, matanya menatap beberapa bercak darah kental yang masih ada di perut datarnya.
"Hahahaha!"
Tawa mengerikan Lauren langsung muncul saat melihat tawa itu. Seketika, sosok Lauren yang terlihat rapuh kini telah tergantikan dengan sosok Lauren yang terlihat sangat menyeramkan, persis seperti tokoh – tokoh antagonis di dalam film horror.
"Tapi, aku sudah membunuhnya... Sekarang, tubuhnya pasti sedang terombang – ambing di ombak pantai yang ganas. Aku puas, sungguh puas" ucap Lauren dingin sembari menatap dirinya yang ada di pantulan cermin dengan tatapan yang sangat sulit diartikan.
Tangan Lauren menyisir lembut rambutnya yang terlihat acak – acakan. Dia menyelipkan anak – anak rambutnya ke belakang telinganya dan tersenyum manis kepada dirinya yang ada di pantulan cermin. Senyum manis yang terlihat mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Your Eyes
RomanceHanya satu hal yang diinginkan oleh Lauren Rodriquez - Garcia di dalam kehidupan pernikahannya, yaitu cinta tulus dari suaminya. Rank #1 Pelakor (11 Oktober 2020, dst.) #1 Pernikahan tanpa cinta (17 Oktober 2020, dst) #1 Spanish (17 Oktober 2020, ds...