107. Bitter Memories

14.5K 758 35
                                    

Lauren memandang Edward yang kini tengah tertidur nyenyak di atas lantai rumah Lauren yang hanya dilapisi sebuah karpet tipis. Saat ini, tubuh Edward hanya dilapisi dengan selimut tebal milik Lauren, meski begitu, Lauren yakin jika Edward pasti masih merasa kedinginan, secara... pria itu masih memakai pakaiannya yang basah.

Sebelumnya, Lauren berniat untuk mengganti pakaian basah Edward dengan pakaian Lauren yang oversized, namun mengingat betapa beratnya tubuh pria itu dan rasa canggung yang mungkin akan menyerang Lauren ketika ia menggantikan pakaian Edward, Lauren pun mengurungkan niatnya.

Hah...

Lauren menghela nafasnya dengan kasar ketika ia melihat selimut yang dililitkannya pada tubuh Edward tergelincir jatuh dari atas tubuh kekar milik pria itu. Dengan gerakan malas, Lauren melangkahkan kedua kakinya menuju ke lantai tempat Edward tengah tertidur

Lauren kembali menaikkan selimut itu dengan hati – hati dan melilitkannya pada tubuh Edward. Tanpa sengaja, punggung tangan Lauren mengenai kulit tangan pria itu, rasa dingin langsung menyerang Lauren

Hah.

Lagi, Lauren menghela nafasnya dengan kasar.

Kedua kaki wanita itu kemudian melangkah menuju ke kamarnya, disana, wanita itu mengambil sebuah handuk kecil serta sebuah minyak kayu putih yang akan digunakannya untuk menghangatkan tubuh Edward.

"Merepotkan sekali" gumam Lauren sembari tersenyum kecil ketika wanita itu kembali melangkahkan kakinya mendekati Edward yang masih tertidur dengan keadaan menggigil

Dengan hati – hati, Lauren menuangkan minyak kayu putih ke atas kedua telapak tangan dan telapak kaki Edward. Lauren juga memberikan sedikit pijitan disana agar Edward merasa rileks. Setelah itu, Lauren bergerak mendekati kepala Edward.

Sretk!

Lauren kemudian membawa dirinya untuk mendekati Edward. Saat Lauren merasa posisinya sudah pas, tangan lentik wanita itu langsung bergerak untuk mengusap – usap lembut kepala Edward dengan handuk kecil yang tadi dibawanya dari kamarnya.

Lauren mengusap – usap kepala Edward dengan telaten, setelah ia merasa rambut tebal Edward sudah tidak terlalu basah lagi, Lauren langsung menuangkan minyak kayu putih ke atas telapak tangannya sendiri dan mulai memijat kepala Edward.

Sebuah senyum kecil lantas langsung menghiasi wajah Lauren ketika ia mendapati Edward yang sedari tadi mengerutkan dahinya sudah tidak mengerutkan dahinya lagi. Namun, senyuman itu hanya bertahan seperkian detik.

Tanpa sengaja, kedua mata biru Lauren menatap tangan kirinya yang sudah dilengkapi dengan 3 jari palsu. Jika dilihat dari jauh, 3 jari palsu itu sama bentuknya dengan jari asli, namun jika dilihat dari dekat, siapapun akan menyadari bahwa jari – jari itu palsu.

Dengan kekurangannya itu, masih pantaskah Lauren untuk berharap kembali pada Edward? Saat dirinya memiliki jari – jemari lengkap saja, pria itu menolaknya, apalagi saat ia tidak memiliki jari lengkap seperti ini?

Grit.

Lauren menggigit bibir bawahnya dan menahan dirinya sekuat tenaga untuk tidak menangis. Dengan gerakan tergesa – gesa, Lauren mengambil sepasang sarung tangan yang berada tak jauh dari jangkaunnya.

Lauren memakai kedua sarung tangan itu dengan gemetaran, sesekali matanya mencuri – curi pandang pada Edward yang nampaknya masih setia menutup matanya. Sungguh, Lauren tak ingin kekurangannya ini diketahui oleh Edward, pria itu mungkin akan semakin jijik saat melihat Lauren ketika ia mengetahui kekurangan Lauren.

"Lau..ren.."

Deg.

Seketika, punggung Lauren langsung menegak. Jantung wanita itu berdetak dua kali lebih cepat ketika ia mendengar suara pria yang sedari tadi tertidur itu.

In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang