110. Chance

14.2K 732 24
                                    

Lauren melangkahkan kedua kaki jenjangnya untuk memasuki salah satu toko buku yang terletak tak jauh dari pusat kota Barcelona. Hari ini, wanita itu berniat untuk membeli beberapa peralatan lukis.

Jika diingat – ingat, sudah terhitung 2 minggu sejak Edward mendatangi Lauren dan menangis di hadapan wanita itu. Sejak saat itu, Edward tak pernah lagi menunjukkan wajahnya di hadapan Lauren. Sepertinya, pria itu sudah benar – benar menyerah akan hubungan mereka

Senyum getir menghiasi wajah Lauren. Edward menyerah akan hubungan mereka. Entah kenapa hati Lauren terasa sesak ketika ia memikirkan hal itu, padahal, di malam itu, Lauren lah yang sudah memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka.

Dengan cepat, Lauren langsung menggelengkan kepalanya. Ia mencoba untuk menghilangkan wajah penuh air mata milik Edward yang tiba – tiba mengisi kepalanya. Lauren menarik nafasnya dalam – dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Ketika wanita itu merasa dirinya sudah lebih tenang, wanita itu kembali melangkahkan kakinya menuju rak cat lukis yang ada di ujung toko itu.

Seketika, pikiran Lauren tentang Edward langsung menguap ketika ia mulai menyibukkan dirinya untuk memilih milih cat lukis yang ada disana.

Lauren sibuk dengan kegiatannya hingga tiba – tiba lampu – lampu yang ada di toko buku itu padam. Sontak, hal tersebut memicu keributan dari beberapa pengunjung yang sedang berada di toko tersebut.

"Kepada semua pengunjung, maafkan kami atas ketidaknyamanan ini. Secepatnya, kami akan menghidupkan listrik cadangan, diharapkan semua pengunjung untuk tetap berada di posisinya masing – masing agar tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan"

Himbauan dari seorang pegawai toko itu membuat seluruh pengunjung yang ada disana langsung diam dan mengikuti himbauan tersebut. Sama seperti pengunjung toko tersebut, Lauren juga berdiri di tempatnya

Lauren sibuk dengan pikirannya sendiri hingga sebuah tangan kekar tiba – tiba membekap mulut dan matanya. Rasa panik langsung melingkupi Lauren ketika ia merasakan tubuhnya ditarik mundur ke belakang oleh si pemilik tangan kekar itu.

Lauren ingin berteriak, namun keberadaan tangan kekar itu menghalangi dirinya. Lauren tak tinggal diam, ia memberontak. Tapi sepertinya, tindakan memberontak Lauren itu sia – sia karena si pemilik tangan kekar itu berhasil membawa Lauren membawa ke sebuah ruangan gelap

Bub!

Tubuh Lauren tiba – tiba diputar oleh pria itu sehingga Lauren kini berada di dalam kungkungan pria itu.

"Lauren, ini aku. Edward"

Sebuah kernyitan langsung menghiasi dahi Lauren ketika ia mendengar suara itu, suara yang dibenci olehnya namun disaat yang bersamaan, suara itu adalah suara yang sangat dirindukannya.

Tak adanya penerangan di dalam ruangan itu membuat Lauren sulit menatap wajah Edward. Namun, cukup dengan suara serta parfum favorit pria itu saja, Lauren sudah yakin jika pria yang ada di hadapannya itu adalah Edward.

"Aku akan menarik tanganku, tapi kumohon, jangan berteriak" pinta Edward dengan suara lembutnya yang terselip kegusaran

Lauren langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat ketika ia mendengar kalimat Edward tersebut. Dengan perlahan, Edward menarik telapak tangannya dari mulut Lauren

"Apa aku melukaimu?" tanya Edward hati – hati sembari memusatkan seluruh perhatiannya ke wajah wanita yang sangat dirindukannya itu

"Tidak. Aku hanya terkejut dan panik" ucap Lauren jujur

Edward meringis kecil ketika ia mendengar ucapan jujur Lauren tersebut. Sungguh, Edward tak pernah memikirkan jika dirinya akan melakukan hal senekat ini. Mematikan sumber listrik sebuah toko dan menculik seorang pengunjung toko, sesuatu yang nampaknya menjadi hal yang wajar di film – film fiksi namun terdengar aneh di dunia nyata

In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang