Senin pagi, tepatnya pukul 3 waktu Seoul akhirnya pesawat yang kami tumpangi mendarat di bandara. Suasana tempat yang biasanya penuh kesibukan hingga 24 jam itu kini terlihat lenggang.
Mungkin karena ini bukan jam normal di mana manusia lalu lalang, mungkin juga karena situasi pandemi yang masih melanda. Yang jelas apapun alasannya, aku suka kelenggangan ini. Tidak ada pusat kerumunan, blizt kamera, pun teriakan dari para penggemar yang merangsek ke arah kami seakan hendak menerkam.
Maksudku ... ya, aku menyukai teriakan para fans atau bagaimana mereka menjerit kegirangan saat melihat kami. Tapi tidak dibeberapa situasi pun kondisi.
Seperti sekarang, saat-saat dimana aku menikmati gelayut manja dari pemuda berambut biru panjang lagi ikal itu. Sejak turun dari pesawat dia tak lepas bersandar pada bahuku.
Lelah dan mengantuk, itu katanya.
Dan aku tidak bisa menyalahkannya karena itu. Toh aku juga yang berandil dalam terjaganya si kelinci bongsor semalam penuh hingga berakhir kelelahan.
Jangan tanya alasannya. Itu hanya akan membuat kalian iri.
"Kau akan langsung pulang atau mampir dulu ke rumahku?" Kulirik si albino yang sudah berdiri di samping mobilnya. Jemputan telah tiba setengah jam sebelum pesawat mendarat.
"Buat apa main ke rumahmu? Nanti juga kita bertemu lagi di agensi." Yoongi menyahut dengan ketus seraya masuk ke dalam Porche metalik miliknya.
Anak itu memang tidak berubah tabiatnya. Kaku dan ketus, tapi bisa manja di waktu-waktu tertentu khususnya padaku.
"Dan ingat, sesampainya di rumah jangan telanjangi lagi adikku! Dia harus cukup tidur karena hari ini jadwal kita sangat padat." Dia menuding dengan tatapan mematikan. Menatap wajah Jungkook yang sudah setengah tertidur dan aku bergantian seolah aku adalah pria hidung belang yang mencumbui anak di bawah umur.
"Aish ... iya iya, cerewet sekali sih?" Kugaruk tengkuk tak gatal kemudian mengangkat tubuh istriku dan membopongnya ke dalam mobil. Yang digendong pasrah saja biar tahu tubuhnya itu sudah kejar-kejaran dengan Gajah beratnya.
Setelah masing-masing masuk ke dalam mobil sopir pun melanjukan kendaraan meninggalkan bandara yang mulai kembali ramai seiring naiknya sinar mentari.
"Sayangku mengantuk sekali ya? Sini tidur di pahaku saja." Kutarik kepala istriku yang bersandar tak nyaman pada jok mobil. Dan dia hanya mendengung kecil, menurut tanpa pikir dua kali. Tidak sampai satu menit sudah kembali kudengar dengkuran halus keluar dari mulutnya yang setengah terbuka.
Tidak, aku tidak masalah dengan gaya tidurnya yang berantakan itu. Tak pernah merasa jijik biar berkali-kali ilernya membanjiri bantal, bajuku, atau celana seperti sekarang.
Dia yang seperti itu terlihat sangat innocent dan menggemaskan. Masih sama seperti Kookie yang kuasuh bertahun-tahun lalu.
"Pak Han, tolong menyetir pelan-pelan." Ucapku setelah menutup kuping istriku dengan telapak tangan. Benar, seperti kata Yoongi, dia tidak boleh kelelahan lagi.
Jadwal kami mulai hari ini kembali menggila. Dia harus sehat dan baik-baik saja.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Hyung tega sekali terbang ke Jeju tanpa mengajakku."
Begitu tiba di gedung agensi si beruang kecil dengan senyum kotak berlari-lari kecil ke arahku. Kali ini tidak dengan senyum khasnya itu. Tapi kerucut bibir yang malah terlihat lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR SECRET (Jinkook oneshoot)
FanfictionTentang Seokjin dan Jungkook dengan segala cerita yang membuat pikiranmu abu-abu. Just Fanfiction, jangan dilibatkan dengan dunia nyata oke? Enjoy ur Journey! Let's Get It!!! #1 Jinkook (29082021),(05092021) #1 Taejin (30092021) #1 Taejinkook (26022...