Ada sekian banyak kemungkinan, tentang bagaimana kisah kita berakhir. Dan dari semua kemungkinan itu ... bahagiamu adalah apa yang selalu aku inginkan.
-KSJ-
***
Incheon, 25 Agustus 2027
Waktu.
Dari sekian banyak yang telah bergulir layaknya nadi, maka dia adalah satu-satunya yang tidak terpengaruh dengan bagaimana seisi bumi bekerja. Terlepas dari cerita setiap orang tentang bagaimana menghabiskan sisa hidup, maka waktu akan tetap berjalan tanpa belas kasih. Tidak melambat untuk dia yang tertinggal, maupun berlari untuk dia yang ingin segera sampai.
Seokjin pernah memikirkan ini sebelumnya, tentang bagaimana waktu begitu bajingan, tidak mau berhenti ketika dia menginginkannya di akhir yang lebih baik dan bahagia. Dengan jemari yang masih bertaut, juga senyum manis yang masih tertuju hanya untuk dirinya saja.
Kalau boleh jujur, Seokjin sangat benci kepada waktu. Entah bagaimana ... detak juga detiknya masih terus belanjut dengan kejam sekalipun berkali-kali ingin dia akhiri dengan brutal.
Tapi bagaimana dia bisa begitu?
Jika waktu juga yang pada akhirnya menyembuhkan luka dalam itu?
Kepingan yang pecah, hati yang hancur, jiwa yang hampa, pada akhirnya ... waktu jugalah yang berjasa memulihkan juga merekatkan. Serpihan yang hilang ... mungkin, sampai waktu pada akhirnya betul-betul berhenti, tetap akan hilang. Tapi dia masih bisa bertahan dengan serpihan yang tersisa, iya kan?
Dan demi menjaga serpihan itu agar mau bertahan lebih lama bersamanya ... tanpa meninggalkan pun terlepas lagi seperti yang lalu. Di sinilah dia sekarang, dengan traveling bag besar, tas jinjing khusus bayi, serta Kim Jinan yang senantiasa anteng bergelayut dalam gendogannya. Keluar dari Boarding pass untuk kemudian melangkahkan kaki menuju parkiran.
Setelah dua tahun lebih meninggalkan Korea Selatan, maka ini adalah kali pertama pria tampan ex personel BTS itu menginjakan kakinya di tanah kelahiran. Tidak lagi sendiri seperti ketika pergi, karena sekarang ... seseorang yang di dalam dirinya mengalir darah yang sama akan selalu menyertai.
"Dda ... Nan au imuy dda,"
Tarikan kecil pada ujung kemeja, dan pemuda berkulit honey bright itu menunduk, putranya kecilnya yang berusia dua tahun berbicara dengan nada yang cedal, menggoyang-goyangkan botol susu miliknya yang rupanya sudah tandas.
"Nan haus ya? Um ... sebentar, Daddy akan cari cafe di sekitar sini." Elusan pelan pada surai ikal yang lebih muda, si tampan Kim kembali menyeret langkahnya ke area foodcurt.
Kalau saja mau mendengar adiknya untuk menunggu, maka dia tidak akan sekerepotan ini. Membawa bayi sendirian tanpa pengasuh. Tapi Jinan sudah sangat tidak sabar, ingin segera pergi menemui 'malaikat cantiknya'. Sedangkan adik Seokjin baru bisa berangkat dengan penerbangan selanjutnya.
"Permisi tuan, mau pesan apa?" Seorang waiters menghampiri ketika pemuda berusia 35 tahun itu mendudukan dirinya di salah satu kursi, dengan Jinan yang masih bergelayut tidak mau bergeser dari pangkuannya.
"Ice americanonya satu, croisant waffel dua, dan nona, bisa minta tolong buatkan susu untuk bayiku? Aku membawa botol dan susunya, tapi kehabisan air panas." Si tampan Kim mengasongkan dot bayi yang telah berisi serbuk putih ke hadapan pelayan itu, tersenyum minta maaf.
"O-oh, boleh tuan, sebentar, akan saya buatkan sekarang."
Mendapat serangan 'senyuman' dari si pemuda tampan, waiters muda itu tampak gelagapan, wajahnya bahkan bersemu. Mungkin pikirnya ... si papa muda adalah duda yang baru saja ditinggal meninggal oleh istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR SECRET (Jinkook oneshoot)
FanfictionTentang Seokjin dan Jungkook dengan segala cerita yang membuat pikiranmu abu-abu. Just Fanfiction, jangan dilibatkan dengan dunia nyata oke? Enjoy ur Journey! Let's Get It!!! #1 Jinkook (29082021),(05092021) #1 Taejin (30092021) #1 Taejinkook (26022...