Days In The Soop (3/End)

3.9K 184 95
                                    


Kim Seokjin itu pintar akting, sudah jelas, semua orang tahu akan hal itu. Toh pada dasarnya dia memang lulusan akademi akting paling prestisius sekelas Konkuk. Sekalipun hingga saat ini belum pernah terjun langsung dalam sebuah drama seperti kawan-kawan sesama alumni Konkuk yang lain, kepiawaian si tampan bisa kau lihat di Mv dan projek Bangtan selama ini.

Hari ini juga bisa loh sebetulnya. Lihat, dia tampak baik-baik saja saat ke luar dari dalam tenda dengan muka bantal-nya. Menuju langsung ke samsak tinju yang tergantung di teras Villa. Tidak seperti biasa, hari itu dia memukul samsak bukan dengan gulungan karpet yoga, melaikan langsung oleh kakinya yang jenjang. Sedikit kasar, kalau diperhatikan dengan seksama.

Tapi toh memang tidak ada yang memperhatikan. Jam pagi seperti ini tidak ada satupun dari personel Beyond The Scene mau menggeliat dari ranjangnya. Ah ya, minus Namjoon dan Hoseok maksudnya.

Khusus hari ini dua orang itu bangun lebih awal dibanding sang kakak tertua karena harus mendaki ke salah satu perbukitan yang berjarak sekitar 2 kilo dari villa mereka.

"Baiklah ... kita lihat apa yang bisa dimakan hari ini." Si tampan bergumam kecil sambil lalu melangkahkan kaki menuju rumah atas. Biasanya ... ini biasanya loh ya, kalau sedang di rumah maka dia jam segini masih anteng bergelung dalam selimut. Memeluk guling hidup yang setiap malamnya selalu setia menemani.

Siapa lagi? Jungkook, tentu saja.

Tapi sekarang-

Tidak tidak, dia sudah janji untuk hari ini saja, rehat sejenak memikirkan Jungkook. Masih kesal tentu saja, sekalipun tidaklah ada yang tahu alasan kekesalan sebetulnya apa.

"Kau tampak buluk."

Menolehkan kepala, dan si kucing gurun secara ajaib sudah ada di sana. Masih dengan penampilan berantakannya, cuek saja melewati Seokjin untuk kemudian mengambil Cold Brew di lemari pendingin.

"Orang itu kalau bangun cuci muka, gosok gigi, Unggie~ ini malah minum kopi." Si tampan mematai adiknya dengan dengusan kecil. Kadang tidak habis pikir, kenapa orang semalas Yoongi yang bahkan bercita-cita jadi batu di kehidupan selanjutnya bisa jadi artis? Jenius pula?

Hidup memang tidak masuk akal.

"Tidak berkaca ya? Hyung sendiri kalau bangun tidur yang dicarinya makanan!"

Bukan Yoongi namanya kalau tidak membalas omongan yang lebih tua. Melenggang cuek kembali ke mobil camping-nya. Entahlah ... mungkin mengambil pakaian ganti atau kembali bercinta dengan kasurnya seperti biasa.

Seokjin menghela napas, berjalan-jalan tanpa tujuan di sekitar halaman. Sepi, hanya ada staff yang sibuk ke sana ke mari tanpa mengatakan apapun. Mirip opera bisu jaman dulu. Bedanya yang ini tampak kekinian dengan segala jenis kamera dan tetek bengeknya.

Dia memang pandai bersikap baik-baik saja. Tapi rasa kosong itu ... tidak, dia tidak bisa untuk pura-pura tidak merasakannya.

Selalu, setiap kali bertengkar dengan Jungkook-nya, ada perasaan hampa yang sukar dijelaskan. Kadang menyesal, ingin buru-buru minta maaf dan berbaikan. Tapi juga enggan, ego memaksa untuk angkuh lebih lama.

Seokjin rumit ya? Padahal kelihatannya sederhana dan santai.

"Unggie-aa ... mau mendengarkan-"

"Ani ani ani, aku tidak ada alasan mendengarkan hyung."

"Yak! Aku bahkan belum mengatakan apapun!"

"Sssttt, diam dan nonton saja!"

"Bagaimana kalau cumi-cumi ini? Kau mau?"

Setengah jam lebih telah berlalu, dan antara Seokjin dan adik pertamanya masih saja berdebat di depan komputer. Tak lama selepas mandi dan berganti pakaian, Yoongi kembali ke rumah atas untuk bermain game. Sibuk, satunya sibuk merusuhi yang bermain game. Sementara satunya lagi sibuk menolak. Mereka terus berdebat, namun sama sekali tidak lelah dengan debat itu.

OUR SECRET (Jinkook oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang