Hambar (Special Fiction/End)

3.3K 222 120
                                    

Seokjin tidak tahu, berapa ratus kali dalam sekian tahun kebersamaanya, dia mengagumi mata Jungkook, sejak pertama bertemu, maka bola mata berbinar macam anak rusa itu adalah hal yang membuatnya jatuh cinta.

Binarnya yang bersinar, seolah di dalamnya kau akan melihat galaksi yang berpendar-pendar. Selayaknya mimpi-mimpi juga harapan yang selama ini Jungkook berusaha untuk wujudkan dengan kerja keras dan perjuangan.

Mata itu adalah favorit Seokjin.

Tapi tidak untuk hari ini.

Karena di dalamnya, alih galaksi ... yang Seokjin lihat justru dasar kolam yang gelap lagi kelam, penuh dengan rasa sedih serta keputusasaan.

"Hei ... kenapa menangis? Hyung di sini, dan hyung tidak ke mana-mana." Seokjin panik mengusap air mata yang meleleri wajah pucat itu. Namun Jungkook tidak henti-hentinya menangis, bayangan Seokjin yang terluka serta pergi meninggalkannya begitu menyiksa, dan itu membuatnya kesulitan bernapas.

"Jungkook-ah ... hey, tidak apa apa, tidak apa apa ...."

Naik ke atas ranjang, si tampan Kim menarik yang lebih muda ke dalam pelukan, sedikit tersentak ketika Jungkook tahu-tahu balas memeluk dengan begitu erat, menenggelamkan wajah di dadanya seraya tetap terisak-isak.

"A-aku ... aku minta maaf hyungie, maaf jika selama ini sering menyakiti hatimu, maaf tidak menghargai kasih sayangmu ... maaf sudah tidak tahu diri dengan semua kebaikanmu ...."

Jungkook terus berbicara dengan isak teredam, dan Seokjin hanya bisa diam sembari menepuk-nepuk kepala juga punggungnya. Dia tidak tahu kenapa Jungkook mendadak bicara seperti itu, juga bingung bagaimana harus bereaksi.

"Meski ... meski begitu, t-tolong, t-tolong jangan pergi." Jungkook tersengal, dan Seokjin menelan ludah susah payah, merapatkan pelukan pada tubuh yang lebih mungil.

"Shh~ sudah, jangan menangis, hey, aku di sini, dan aku tidak kemanapun Jungkookie. Jangan takut eum?"

Jungkook mendengar apa yang dikatakan oleh hyungnya, namun itu tidak lantas membuatnya percaya karena Seokjin sama sekali belum mengatakan bahwa dia memaafkan. Apakah yang Seokjin dengar sangat menyakiti hati? Apakah dia dan hyungnya yang lain sudah sangat keterlaluan?

Jungkook sungguh takut bahwa Kim Seokjin tidak akan pernah memaafkan dirinya.

"H-hyung ... hyung mau memaafkan aku kan? A-aku janji akan jadi anak yang baik, aku janji akan selalu menurut apapun yang dikatakan hyung, aku akan makan apapun yang dibuatkan hyung, t-tapi tolong jangan lelah denganku, jangan lelah dengan Bangtan ...."

Seokjin tertegun.

Kini dia tahu apa yang sebetulnya terjadi, dan apa yang membuat Jungkook hingga seperti ini. Entahlah, Seokjin tidak bisa menebak bagaimana anak ini mengetahui semuanya. Yang jelas, air mata Seokjin mulai menggenang.

"Aku tidak sempurna Kookie, aku hanya pria dengan segala kekurangan juga kelemahan ... tidak perlu minta maaf atas apapun yang kamu dengar dan kamu ketahui, itu semua bukan salah kamu atau yang lain. Semua terjadi karena memang salah hyung sendiri yang tidak bisa jadi apa yang kalian mau."

Seokjin tahu, harusnya dia tidak mengatakan isi hatinya, harusnya dia diam saja dan bertingkah kuat seperti biasa. Sebagai member yang paling tua, dia dituntut selalu tegar juga kuat. Tapi melihat bagaimana eratnya Jeon Jungkook mencengkram dirinya seolah tidak mau kehilangan. Itu betul-betul menghancurkan hati.

"A-aniyo ... hyung, hyungie sudah jadi kakak terbaik selama ini. K-kami yang bersalah karena tidak mensyukuri."

Betapa ... Seokjin ingin sekali mempercayai itu, tapi melihat bagaimana dia memang merasa banyak sekali kekurangan, Seokjin sering bertanya-tanya ... benarkah dirinya harus tetap bersama Bangtan? Ada dirinya atau tidak bukankah sama saja? Ah ya ... mungkin saja jika dia tidak ada maka itu akan lebih cepat dari yang sekarang.

OUR SECRET (Jinkook oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang