Reason : I Want You for The Rest Of My Life

4.6K 215 91
                                    

Seoul masih sama, sejak lebih dari sebulan di mana dia kini berada. Dalam lingkup musim dingin, yang tetap saja menggigit biar terlindung dalam kubah bernama rumah. Ini sudah masuk di pekan pertama bulan Februari bukan? Bulan merah jambu di mana biasanya orang-orang mulai jatuh cinta.

Jungkook tidak ingat, pernahkan dia merasakan euphoria perasaan seperti itu di bulan yang sama? Rasa-rasanya tidak, karena-

"Apanya yang tidak? Aku melamarmu di bulan Februari kalau kamu lupa."

Sosok pria tampan, yang semula sibuk dengan game di ponsel mendadak merasa perlu untuk menyanggah ucapannya. Kim Seokjin, dengan Seong yang meringkuk hangat di atas pangkuan-nya melirik sinis pada yang lebih muda.

Jungkook menggigit bibir sambil menyembunyikan senyumnya, masih, seperti yang dia lakukan dalam setengah jam terakhir, berbaring di atas sofa dengan alas bedcover motif mini-floralnya. Sedang malas melakukan apapun, bahkan untuk sekadar menyingkirkan salah satu anjingnya yang licik sekali, menempati pangkuan di mana biasanya Jungkook bebas bermanja ria.

"Yeobo masih ingat?" Dia bertanya dengan binar mata, bahkan ketika suaminya tidak mengalihkan pandangan dari layar, entah kenapa, selalu menyenangkan ketika seseorang yang kau cinta mengingat hal-hal kecil tentang hubungan di antara kalian. Apalagi Seokjin pada dasarnya adalah pria yang mudah lupa, dan kesulitan mengingat sesuatu tanpa bekerja keras.

Tapi ....

Jungkook selalu menjadi, 'kecuali'.

Iya kan?

"Aku bahkan ingat bahwa empat hari sebelum kepergian kita ke gunung Geumdan, kamu dapat sekeranjang bunga, satu paket cokelat dari Italia, juga tas Hermes dari salah satu Idol JYP." Seokjin menambahkan, tidak bisa untuk tidak menghilangkan nada sebal dalam getar suaranya. Dan itu membuat Submisivenya justru tergelak hingga kepalanya terlempar ke belakang.

Bahkan itu sudah bertahun lalu, tapi selalu menyenangkan kalau diingat. Seokjin yang cemburu selalu menggemaskan.

"Ya ya ya, teruslah tertawa, dan aku akan mulai mempertimbangkan untuk menerima hadiah dari personel Twince dan Red Velvet!" Seokjin memutar matanya, mendengus kasar.

Jungkook yang mendengar hal itu menghentikan tawanya, diganti dengan kerucut bibir sambil lalu turun dari sofanya. Merosot ke lantai berkarpet di mana sang suami masih sibuk dengan game-nya. Tanpa mengatakan apapun, meraih tubuh mungil Seong lalu menidurkannya perlahan di atas sofa tadi. Merangkak naik ke atas pangkuan suaminya dalam posisi berhadapan.

"Haish minggir, layar hp-nya enggak kelihatan!" Seokjin mencoba bergeser, namun kepala Jungkook yang terbalut chapuccon merah muda dari Zip-hoddie rancangannya betul-betul memblokade penglihatan.

"Yeobo sudah main lebih dari dua jam! Kenapa senang sekali dengan si pendek berkumis itu sih? Apa sekarang game itu adalah istrimu?" Jungkook merajuk, cemberut sambil menenggerkan dagunya di bahu yang lebih tua.  Meskipun para personel Bangtan sudah mulai kembali bekerja, kondisi Jimin yang mendadak sakit usus lantas harus dioperasi membuat agensi kembali memberi jeda rehat bagi mereka semua. Dan itu membuat Jungkook mati bosan karena suaminya justru lebih memilih menyibukan diri dengan game sialannya itu.

"Ini udah mau final level Koo, sebentar deh, minggir dulu kepalanya." Seokjin berusaha menggeser kepala yang lebih muda dengan pipinya, dan itu justru membuat Jungkook mendesah tidak nyaman. Tubuh mereka berhimpitan tanpa selah, membuat pergerakan sedikit apapun menimbulkan getaran aneh.

Bagi Jungkook tentu saja.

Karena Seokjin hanya peduli dengan Game-nya!

Apa Mario Cart lebih menarik dibanding tubuh Seorang Kim Jungkook? Yang benar saja!

OUR SECRET (Jinkook oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang