Film Out : JK Scandal (1)

5K 164 4
                                    

🎶Kau dalam imajinasiku
Begitu nyata
Seolah-olah kau ada di sana
Tapi ketika kuulurkan tanganku
Dan kau tiba-tiba saja menghilang🎶

****


Pukul 2 pagi, dan kelinci bongsor berpiyama cokelat tua dengan bahan menerawang itu masih di sana. Berkutat dengan piano juga tumpukan kertas. Empat jam terakhir dihabiskannya dengan menulis beberapa penggal kalimat, kemudian menekan-nekan tuts dengan nada acak namun berangsur singkron.

Atensinya sejenak terfokus pada sosok lain yang terlelap dengan posisi telungkup di atas kasur lantai. Suaminya-Kim Seokjin-tampak begitu lelap dalam tidurnya. Memeluk bantal kepunyaan Jungkook yang sengaja dia bawa dari kamar.

"Astaga ... dia benar-benar niat tidur di sini?" Jungkook terkekeh kecil. Beranjak dari kursinya kemudian duduk di hadapan sang suami. Mengelus surainya yang mulai memanjang perlahan, menyalipkan anak rambut yang tampak menggerayangi wajah tampan sang pujaan hati.

Sejak pukul 11 malam tadi Jungkook sudah memintanya untuk tidur duluan saja di kamar mereka. Tapi Seokjin keukeuh ingin menemani. Dia malah sengaja menyiapkan kasur lantai juga selimut dan bantal yang digerai tepat di sebelah piano. Sementara Jungkook sendiri akan menghabiskan tiga sampai empat jam untuk mulai menulis lirik.

Sebuah projek film buatan Jepang yang mengadaptasi film Korea memintanya membuat soundtrack sekaligus menjadi produser di single tersebut. Dan setelah berkonsultasi dengan teman-teman dari Bangtan juga agensi, dia menerima tawaran itu.

Bukan tawaran pertama karena di tahun sebelumnya pun dia mendapat kepercayaan serupa.

'Urusan lagu yang melow dan puitis memang JK jagonya.' Begitu kata member yang lain. Dan Jungkook dengan senang hati menerima tawaran itu. Terlebih lagi sang suami mendukung penuh atas keputusannya.

Ah ya ... Seokjin memang selalu mendukung apapun keputusan yang Jungkook ambil. Lebih lagi jika itu bersifat baik dan tidak merugikan.

Bahkan jikapun itu bukanlah suatu hal yang mudah diterima. Bahkan mendatangkan badai yang hampir mengakhiri segalanya.

.

.

.

.

.

2 tahun lalu, dua bulan sebelum perjalanan ke New Zealand~

"Kau sudah bulat dengan keputusanmu?"

Seokjin mengerjapkan mata. Menatap sang istri yang berdiri dengan mantap di depan pintu kamar mereka. Memunggungi, enggan walau sekadar bersitatap.

Hanya dengungan sebagai jawaban. Jungkook-nya enggan berbicara walau itu sepatah kata saja. Sejak perdebatan sengit di malam sebelumnya dan berakhir dengan istrinya yang pergi ke kamar lain. Mereka sama sekali tak saling bertegur sapa.

"Kenapa? Kenapa harus bertato?" Itu pertanyaan yang sama dengan apa yang dia tanyakan di malam sebelumnya. Namun kali ini bukan dengan nada marah, melainkan ... putus asa?

Jungkook sedikit bergetar mendengar nada itu. Dia ingin sekali berbalik, menatap Seokjin-nya yang begitu dirindukan. Tapi tidak, dia tidak bisa melakukan itu. Atau dia akan luluh kembali dan goyah.

"Kau tahu benar itu mimpiku sejak lama." Akhirnya dia bersuara. Mencoba terdengar dingin agar Seokjin tidak merasakan getar suaranya.

Di belakang sana, sang suami memejamkan mata. Berusaha untuk tetap tegar sekalipun itu tak mudah. Permintaan Jungkook kali ini bukanlah hal mudah yang bisa dia berikan tanpa pikir panjang. Bukan sekardus susu pisang ataupun Scooter baru dan alat-alat gym.

OUR SECRET (Jinkook oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang