Jarum jam sudah bergulir menuju pukul 9, biasanya, manusia yang produktif akan mulai menjalani hari-harinya seperti apa yang biasa dilakukan pada waktu seperti ini. Tapi untuk pria yang menghabiskan malam dengan mata terbuka, juga otak yang dituntut terus bekerja, maka ... itu masihlah terlalu dini.
Min Yoongi, tidur pukul 5, dalam posisi duduk meringkuk di atas sofa studionya, bermaksud untuk menikmati waktu istirahat sembari menunggu rapat dengan member lain ketika dengan tidak tahu malunya ... Kim Seokjin, yang sungguh sial, tahu password dari Genius Lab-nya masuk begitu saja. Menghempaskan punggung besarnya dengan posisi berlawanan arah.
Yoongi ingin bersumpah serapah, menendang pria yang lahir tiga bulan lebih awal darinya agar enyah dengan segera. Namun semua keinginan itu ditelannya sendiri ketika suara lirih Seokjin lebih dulu sampai ke telinganya.
"Sebentar saja Yoongi-aa ... aku mengantuk."
Katakanlah, seorang Min Yoongi dikutuk mempunyai kepekaan yang terlampau besar, terutama pada seseorang yang ... selama hampir satu dekade berbagi ruang tidur bersamanya. Hanya mendengar getar Seokjin bicara, bahkan jika dia tidak langsung menatap matanya, Yoongi tahu bahwa Seokjin sedang tidak baik-baik saja.
Seokjin harus bersyukur, karena dia tidak perlu repot menyembunyikan rintik dari air mata yang telah menganak sungai dengan tidak tahu malunya. Dia selalu bisa menunjukan sisi paling rapuh jika itu bersama Yoongi, pria itu tidak akan bertanya apa sebabnya, dan apa yang dia lihat selalu menjadi rahasia sampai mati.
"Ini tanggal 24, bukankah kau ada jadwal menemui dokter Ahn?"
Setelah jeda yang cukup bagi keduanya untuk saling diam. Yoongi menginisiasi percakapan, dari pantulan lemari kaca, yang juga berpantul dengan cermin lain di seberangnya, dia bisa dengan jelas melihat pria bersurai cokelat yang sedikit ikal itu memejamkan mata, tampak lelah, seolah beban seberat Gunung Jiri ada di kedua pundaknya.
Seokjin menerbitkan seulas senyum tanpa membuka matanya, "bahkan kau tahu hal kecil yang tidak aku bagi dengan istriku sendiri. Yoongi-ya ... kau sangat berbakat jadi seorang teman hidup." Ucapnya, hambar.
"Beberapa hal ... jika tidak dikatakan, maka tidak akan mendatangkan apapun. Entah itu kebaikan ataupun bencana. Dan Jin, kau yang mengajarkan ini kepadaku kalau lupa."
Min Yoongi, pria penyuka senja juga pemuja kopi. Tidak jadi hal yang mengherankan ketika berbicara dengan topik acak namun koheren dan dengan mudah dimengerti maksud serta tujuannya.
Terbukti, mendengar hal itu Seokjin membuka matanya, terkekeh kecil sambil lalu menyeka genangan basah di sudut mata juga pipinya. "Apa kali ini kau juga akan menguliahi aku? Menyuruhku untuk jadi dewasa dan mengerti dirinya?"
Kalimat itu sangsi, namun berbeda dari biasanya ... kali ini Yoongi dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Jika aku begitu, berarti aku sama sekali tidak bersikap manusiawi." Ucapannya terhenti, mengamati sejenak bagaimana kakaknya juga menatap pantulan cermin, kosong, seolah apa yang dilihat ada jauh entah di mana.
"Marah, kecewa, terluka, lelah, lalu memutuskan untuk berhenti. Jin, itu wajar, dan kau punya hak untuk menentukan sikap seperti apa hatimu menginginkannya. Manusia akan jadi aneh kalau selalu baik dan lurus, iya kan?" Dia berbicara lagi.
"Mencintai bukan berarti menutup mata, ketika marah dan lelahmu memang bermuara pada alasan yang benar, maka kau berhak memberi jeda dan mulai berpikir ulang tentang bagaimana kau akan melangkah di pijakan selanjutnya." Dia menambahkan.
"Unggie-aa, mau kabur denganku hari ini tidak?"
Kim Seokjin tiba-tiba menegakan posisi duduknya, menatap sang adik dengan sorot penuh harap layaknya anak anjing. Dan kalau sudah seperti itu, maka Yoongi hanya punya satu jawaban saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR SECRET (Jinkook oneshoot)
FanfictionTentang Seokjin dan Jungkook dengan segala cerita yang membuat pikiranmu abu-abu. Just Fanfiction, jangan dilibatkan dengan dunia nyata oke? Enjoy ur Journey! Let's Get It!!! #1 Jinkook (29082021),(05092021) #1 Taejin (30092021) #1 Taejinkook (26022...