Ayo Bertukar!

3.7K 202 139
                                    

Salah satu keuntungan dari menikahi seseorang yang telah mengenalmu juga sebaliknya dalam waktu yang lama adalah ... kau tahu sama baiknya dengan dia sendiri bagaimana hal-hal kecil bisa menunjukan suasana hati.

Seokjin merasakan hal itu, pada Jungkook-nya tentu saja. Bagaimana dia membunyikan ruas-ruas jari kalau sedang kesal, menusuk bagian dalam pipi kanan dengan ujung lidah jika merasa sebal, atau bagaimana bola matanya bergerak ke sana ke mari jika tengah gelisah lagi gundah.

Melihat Jungkook sama dengan merasakan bagaimana suasana hatinya. Dia cukup ekspresif, sekalipun tidak meledak-ledak dalam hal mengolah perasaan. Seringnya hal itu memudahkan Seokjin, membantu dirinya menempatkan diri bagaimana harus bersikap. Namun ada kalanya, entah itu karena Jungkook penuh kejutan baru, atau dia yang terlambat berpikir. Sikap Jungkook tiba-tiba saja sulit dimengerti.

Seperti sekarang.

"... aku sama sekali tidak mengerti Jungkook, setelah hampir tiga tahun, bagaimana bisa baru hari ini kamu mempermasalahkan marga kita?"

Alis kelam nan elok itu bertaut, seiring dengan tatapan bingung pada pria yang lebih muda. Ini malam, dan mereka tengah dengan khidmat menikmati makan malam ketika seorang Jungkook tiba-tiba saja membahas marga-nya di dalam akte pernikahan.

"Ini tidak seperti masalah Jin, maksudku ... aku hanya mulai berpikir, kenapa kita tidak membuat dua akta sekaligus untuk masing-masing?"

Penjelasan Jungkook, alih membuatnya mengerti, justru itu melipat gandakan kebingungan pada yang lebih tua. "Akta pernikahan sebanyak itu untuk apa? Ini tidak seperti akta bagunan atau tanah di mana kamu bisa menukarnya dengan jumlah uang. Satu sudah sangat berharga, dan itu cukup."

"Dan sejak kapan aku membahas uang yeobo? Aku hanya merasa bahwa ... bukankah kita bisa membuat dua akta sekaligus? Satu dengan marga Kim dan satu lagi dengan marga Jeon, begitu."

Dalam pandangannya, Jungkook terlihat sangat serius saat menjelaskan keinginan itu. Dan Seokjin mulai merasa cemas bahwa hal itu hanyalah 'sesuatu' untuk menunjukan 'alasan lain' di baliknya.

"Jika Jeon Jungkook bisa menjadi Kim Jungkook ... kenapa Kim Seokjin tidak bisa menjadi Jeon Seokjin?"

Hening. Karena saat ini pria tampan dalam balutan turtle neck embossed broken white-nya itu tampak berusaha mencerna makna dari kalimat yang lebih muda. Ini tanggal 12, masih dua hari sebelum Valentine tiba, dan kenapa alih bersikap manis Jungkook-nya justru kembali menguji rasa sabar?

"Akhir pekan kemarin, ke mana kamu pergi dan bertemu?" Alih menjawab penawaran Jungkook yang sebelumnya, Kim Seokjin justru mengajukan pertanyaan lain tanpa korelasi. Maniknya yang serupa almond lurus tertuju pada pemuda bersurai light green di seberang meja.

"Aku kan sudah pamit menemui Mingyu? Hyung lupa atau-"

"Ah ... pantas saja," Seokjin memangkas dengan cepat, mulai menaikan sudut bibir hingga membentuk seringai tipis. "Katakan sayang, apa yang pria itu katakan kali ini? Apa dia memberitahu dirimu trend terbaru dalam dunia LGBTQ?" Pancingnya.

Dan dia kini bisa melihat bola mata rusa milik istrinya bergulir ke kiri dan kanan. Gelisah, seolah menimbang apakah harus memberitahu atau pura-pura tidak mendengar apapun.

Dulu, di awal berpacaran, Jungkook pernah seperti ini, sepanjang minggu menyerang Seokjin dengan berbagai macam pertanyaan random tentang menguji ketahanan nafas dengan berciuman di dalam air. Memancing Seokjin terus menerus hingga berakhir melakukan hal tidak senonoh itu di salah satu kolam renang ketika mereka bersama Jimin sengaja berlibur di salah satu waterpark.

Setelah ditelusuri dari mana 'otak nakal' itu berasal. Kim Mingyu adalah tersangka utamanya.

Kali ini apa lagi?

OUR SECRET (Jinkook oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang