Propose (By Jk)

4.5K 159 56
                                    

Ada yang kangen?

.

.







NYC, 21 September 2021

Ini masih awal pagi, dan untuk pertama kalinya, sekalipun telah berlelah-lelah ria seharian. Bekerja full-time dari pagi hingga lewat tengah malam, aku bangun tanpa kesiangan. Menyingkap tirai kamar hotel yang menjadi tempat tinggal kami selama di kota metropolitan ini.

Iya, ini di New York. Terhitung tiga hari sejak untuk pertama kalinya kami menginjakan kaki di sini. Sebagai utusan kebudayaan yang di tunjuk langsung presiden Moon Jae In untuk berpidato di SGD's UNGA.

Kalian mau tahu perasaanku?

Bahagia~ sekali, saking bahagianya sampai tak bisa lagi aku deskripsikan dengan kata-kata. Toh ya memang pada dasarnya aku ini seorang penyanyi, merangkai kata bukan keahlianku.

Di ujung sana, di balik gedung-gedung pencakar langit yang mengelilingi New York Time Square, bola kemerahan itu perlahan mengintip malu-malu. Menampakan berkas sinarnya hingga kini sampai ke dinding besa di mana aku berdiri.

"Kenapa silau sekali? Apa ini sudah pagi?"

Atensiku dari si matahari teralihkan sejenak begitu suara serak khas bangun tidur terdengar dari balik punggung. Di sana, di atas ranjang king-size yang masih berantakan, dari balik gumul selimut tebal, bulan-ku, si pria berambut jelaga mengintip keluar.

Aku terkekeh kecil, tidak menjawab pertanyaan itu kemudian kembali mengalihkan pandangan pada dinding kaca. Hanya beberapa detik, dan si matahari yang jadi objek fokusku sudah curang merangkak lebih tinggi.

"Ini baru pukul 5 lebih yeobo~ tapi coba lihat, mataharinya sudah tinggi saja." Tukasku tanpa menolehkan pandangan. Dalam hati menghitung mundur dari angka sepuluh. Bersiap menerima sentuhan pagi yang menjadi respon atas ucapanku.

"Dia mungkin penasaran, buru-buru ingin lebih jelas melihat wajah malaikat yang menantinya sejak pagi buta."

Bahkan belum sampai hitungan ke empat, dan sentuhan yang kumaksud sudah bersarang hangat melingkari pinggang. Disusul bisik seduktif di cuping telinga.

"Hyungie bahkan belum cuci muka dan gosok gigi, tapi sudah berani melemparkan rayuan maut yang membuat jantungku berdebar-debar? Astaga ... kejahatan fatal!" Tukasku main-main sembari menyandarkan beban punggungku sepenuhnya pada tubuh itu. Balas menyentuh sepasang tungkai yang melingkari pinggang ini.

Pria itu tekekeh di ceruk leherku. Sengaja, menambahi kecupan tipis di sana. "Begitukah? Apa sekarang merayu istri sendiri adalah kejahatan fatal? Wah~ kalau begitu aku harus bersiap-siap masuk penjara." Tukasnya seraya menelengkan kepala. Dari sudut mata dapat kurasakan dia tengah mematai wajahku.

"Penjara hatiku? Aish~ kenapa menikah denganmu membuatku jadi sepicisan ini yeobo? Aku malu~" kepalaku balas mendusel ke wajahnya, memejamkan mata karena panas menjalar yang mendadak terasa di wajahku.

Suamiku terkekeh lagi, mengecup sudut bibirku sebelum menegakan posisi kepalanya. "Kamu hebat sekali kemarin, aku bangga." Bisiknya lagi, kali ini dengan satu tangan yang beralih mengelus kepalaku. Mengecupi pelipis dan  ubun kepala.

Aku tersenyum tipis seraya kian menduselkan wakah di ceruk lehernya. Ya ... kemarin adalah hari di mana pidato itu berlangsung. Berbeda dengan kesempatan sebelumnya di mana hanya Namjoon hyung yang berpidato dalam bahasa inggris, pada kesempatan kali ini masing-masing dari kami diberi kesempatan menyampaikan aspirasi. Kami juga berpidato dengan bahasa ibu, sebagai bentuk dari misi perkenalan bahasa Korea ke tingkat dunia.

OUR SECRET (Jinkook oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang