GOBLIN (Special Gift Birthday Event)

2.4K 150 66
                                    

Queebec, September 1997.

Hujan, deras sekali, padahal ini adalah musim gugur, di mana biasanya angin akan berhembus lebih kencang dibanding yang sebelumnya. Sedikit aneh melihat bagaimana daun maple yang berjatuhan beriring dengan air dari langit alih hembus semilir angin. Sepanjang rute dari dan menuju King George Hotel tampak unik karena penuh dengan para pejalan kaki yang bersembunyi di bawah payung hitam mereka.

Dan tersembunyi dengan baik, di antara ratusan pejalan kaki itu, seseorang dengan garis muka serta pahatan serupa dewa. Ah ya, mungkin saja tidak perlu ada kata 'serupa' di dalamnya. Mengingat Tuhan selalu bisa berbuat hal di luar akal dan fikiran manusia, termasuk dalam hal menciptakan makhluk-Nya.

Dia melangkah seiring dengan degup jantung, tersenyum, namun senyum itu bukan sesuatu yang mencapai matanya. Jauh ... jauh sekali di kedalaman mata itu, kau akan melihat kesakitan yang tidak bisa dijabarkan dalam bentuk kata-kata.

"Aku sudah bilang ribuan kali Junghyun! Meskipun kelak anak ini adalah laki-laki, aku tidak akan pernah datang pada ayahmu dan memaksanya memberikan hak waris! Demi Tuhan, jangan paksa aku membunuh darah dagingku sendiri!"

Langkahnya terhenti, bersamaan dengan citra yang tanpa diminta masuk ke dalam kepalanya. Hujan deras, perempuan hamil bersyal merah marun, pertengkaran, klakson mobil, serta pekik kaget juga darah.

"Tolong ..."

Sangat lirih, hingga bahkan dia kesulitan untuk membedakan suara itu dengan desir angin.

"Siapapun ... tolong .... "

Putus asa, dan entah kenapa, hatinya, jika dia masih mungkin memiliki itu berdesir dibuatnya.

"Jika di dunia ini memang ada yang Namanya dewa ... tolong, setidaknya ... biarkan bayiku tetap hidup."

Degup jantungnya mulai melemah, seiring dengan suara yang kian menghilang. Dan entah apa yang terjadi, dalam detik yang kedua selepas itu sosok 'dewa' yang dipertanyakan keberadaannya tadi tiba-tiba saja sudah berdiri tepat di hadapan genang darah itu. Seperti patung, namun dengan tatapan yang tidak lepas dari perempuan hamil yang berkubang dengan darah tadi.

"Kenapa kau ingin anak itu tetap hidup?"

Dia bertanya. Masih, dengan ekspresi yang lebih dingin dari balok es sekalipun. Ada begitu banyak orang, namun di antara orang-orang itu tidak ada satupun yang bergerak, bahkan si pria yang jadi asal muasal tragedi, seolah waktu sengaja berhenti di detik yang telah ditentukan, menyisakan dirinya Bersama si perempuan muda dengan perut besar.

"Dia mungkin hadir karena sebuah kesalahan, dan jika hidup bersamaku, maka dia akan hidup dalam kesulitan. Tapi ... aku mencintainya dengan segenap jiwa, tolong ... setidaknya biarkan bayiku bernapas."

Perempuan itu bersuara hanya lewat tatapan matanya yang redup, namun ketulusan dari apa yang dia katakan lewat sorot itu sampai pada si pria. Dia, dalam balut mantel hitam yang hangat, di bawah payung besar yang melindunginya dari rintik hujan mengulurkan lengan, merunduk, mencapai perut itu lantas untuk pertama kalinya menyunggingkan senyum. Seiiring dengan cahaya kebiruan yang berpendar dari ruas jari-jarinya yang lentik juga terawat.

"Setelah ini kamu mungkin akan hidup lebih sulit dari apa yang bisa kamu bayangkan, anakmu akan hidup penuh penderitaan hingga usianya yang ke 20 tahun, hingga saat itu, malaikat maut mungkin saja berusaha keras membawa dirimu pergi, jadi sebelum saat itu tiba, mintalah agar anakmu merantau ke lain kota, agar dia tidak perlu menyaksikan kematianmu. Dia akan bertemu dengan seseorang yang membuatnya bahagia serta seseorang yang melindungi dirinya hingga akhir hayat."

Lepas mengatakan itu, cahaya yang berpendar dari ruas jarinya perlahan menghilang, bersamaan dengan degup jantung yang kembali berdetak dengan normal, juga waktu yang kembali berjalan. Orang-orang berteriak histeris, sebagian memburu si perempuan hamil, lainnya mengejar pria brengsek yang berusaha melarikan diri dari sana.

OUR SECRET (Jinkook oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang