Till The End (Special Fiction 3)

3.1K 191 177
                                    

I'm in my bed

And you're not here

And there's no one to blame but the drink and my wandering hands

Forget what I said

It's not what I meant

And I can't take it back

I can't unpack the baggage you left

What am I now?

What if I'm down?

What if I'm out?

What if I'm someone you won't talk about?

And I get the feelin' that you'll never need me again

(Jungkook-Falling)

.

.

.

.

.

.

.

Sudah satu jam, lebih mungkin. Dan lagu yang sama masih diputar secara berulang kali. Beberapa pengunjung keluar masuk silih berganti, tertawa, menunduk, bahkan menangis, atau terburu mengejar dengan permohonan maaf dan ungkapan rasa cinta kelewat basi.

Jungkook ingin marah sebetulnya, kenapa pemilik Cafe harus memutar lagu itu berulang-ulang? Tidak tahukan bahwa dia, orang yang menyanyikan lagu  itu bertahun-tahun lalu ada di sini ... di meja paling pojok yang sama sekali tidak menarik perhatian siapapun sedang dalam suasana hati yang kacau balau?

Tapi siapa dia? Dan siapa pemilik Cafe? Mereka tidak ada hubungan, tidak saling mengenal untuk tahu suasana hati masing-masing orang.

Ataukah mungkin si pemilik Cafe juga tengah merasakan kesedihan yang sama? Sebuah luka yang tercipta atas ulahnya sendiri?

Jungkook tidak tahu, dan sama sekali tidak peduli.

"Suga hyung, apa kau tahu di mana Jin hyung-ku?"

Ribuan tekad, dan akhirnya dia berhasil menanyakan hal itu pada pria berwajah pucat di seberang meja tempatnya duduk sekarang. Gugup, bingung, malu, namun penuh akan pengharapan.

Dan bukan menjawab, pemuda berusia 35 tahun itu malah tertawa. Begitu renyah, namun entah kenapa di telinga Jungkook nadanya lebih mirip lonceng pemakaman.

"Sudah dua tahun dan kau baru menanyakan hal itu? Selama ini kau ke mana saja Jeon Jungkook?" Suga menaikan sebelah alisnya dengan senyum remeh,  sama sekali tidak merasa perlu mengubah posisi duduk dari kursi-nya itu.

"A-aku tahu, aku memang tidak tahu malu ... tapi untuk kali ini saja hyung, tolong, beritahu aku di mana aku bisa menemukan Jin hyung?" Jungkook menyatukan tangannya, ingin menangis, namun ditahan karena tahu itu hanya akan semakin membuatnya lebih buruk lagi.

"Dan untuk apa? Kenapa aku harus memberitahumu? Kau sudah akan menikah bukan? Apa kau mau mengirimkan surat undangan?" Suga masih menebar gummy-smilenya, dan bagi Jungkook yang sepanjang minggu ini mendapatkan tekanan hidup yang bertubi-tubi ... senyum Suga begitu buruk, seolah mengolok dan menjatuhkannya ke dasar jurang.

OUR SECRET (Jinkook oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang