Tired (By Jk)

4.4K 189 126
                                    

Sudah cukup lama, sejak terakhir kalinya aku mengeluhkan hal ini tentang suamiku. Jin, Kim Seokjin kalau kalian lupa. Bagaimana dia ... yang biasa begitu banyak bicara dan bertingkah jahil mendadak muram semuram-muramnya.

Tidak akan aneh sebetulnya, jika kau berpikir manusia itu dinamis dan bertindak sesuai dengan situasi juga kondisi dan lingkungan di mana dia berada. Tapi suamiku adalah pengecualian, juga padaku ... dia mengecualikan hal semacam ini.

Menjaga mood saat bersamaku adalah sebuah keharusan, lebih lagi saat aku tidak merasa sudah membuat kesalahan pun kenakalan padanya.

Tapi kenapa dia tiba-tiba seperti ini?

Ini pertanyaan rumit, juga rentan. Tapi tetap harus aku tanyakan jika tidak ingin sepanjang malam jadi pikiran.

"Aku sungguh tidak apa Jungkookie, aku hanya butuh tidur saja. Kamu bisa kembali ke kamar dan melanjutkan tidurmu sekarang."

Suamiku tersenyum saat mengutarakan jawaban itu. Tapi aku tahu jelas bahwa itu bukan senyuman yang biasa. Sebagai pria yang hidup dengannya tidak sehari dua hari, bagaimana dia selalu mengedipkan mata jika sedang lapar saja aku tahu.

"Apa aku membuat kesalahan? Maaf jika bodoh dan tidak mengerti, tapi yeobo~ apapun itu tidak akan selesai jika kamu hanya berdiam diri seperti ini."

Abai dengan ujaran halusnya yang memintaku pergi. Kali ini aku berkeras hati tinggal di sana lebih lama. Beranjak ke sisi ranjang di mana suami tampanku sudah berbaring dengan piyama biru-nya, pelan kusentuh surai jelaga memanjang itu dan kuelus pelan.

Seokjin bergerak sedikit dari posisi tidurnya, mengubah posisi  dengan menyamping hingga mata kami saling bertatapan. Iris itu ... jelas tampak kosong, dan aku sama sekali tidak merasa nyaman.

"Apa aku sudah tua?"

Itu pertanyaan konyol, dan aku tentu saja tertawa mendengarnya. Tapi tawa itu langsung mereda begitu air mukanya sama sekali tidak menunjukan tanda-tanda akan ikut tertawa juga.

"Kenapa menanyakan hal itu? Ada sesuatu yang mengusikmu?" Tanyaku, sengaja, tanpa meminta izin padanya kubaringkan tubuhku di sisinya. Dan Seokjin juga dengan alamiah menggeser ruang agar aku bisa nyaman di sana.

Kami sedang di LA, di hotel yang satu lantai khususnya sudah disewa. Namun dengan kamar terpisah-pisah karena itu atas perintah dari agensi.

Alih menjawab, Seokjin lebih memilih untuk mengaitkan tungkai memeluk pinggangku. Menelusupkan wajah di ceruk leher hingga hembus napasnya terasa menggelitik. Dia gelisah, aku tahu itu. Tapi penyebabnya tidak, karena aku tidak ditakdirkan menjadi seorang cenayang untuk mengetahui hal-hal seperti itu.

"Aku hanya penasaran. Kamu terus mengatakan jumlah usiaku jika kita sedang dalam interview atau game. Jadi ya ... aku mulai berpikir, apa iya 30 memang setua itu?"

Tidak ada emosi atau kekesalan saat dia menanyakan itu. Dan justru aku jadi bingung sendiri bagaimana harus menjawabnya. "Kau tahu benar Jin, aku ... mengatakan semua itu hanya untuk menggoda, kenapa? Apa kamu mulai merasa itu berlebihan? Kalau iya, aku minta banyak maaf untuk itu."

Nadaku menyesal, dan itu bukan bentuk kepura-puraan. Bagaimana dia jadi memikirkan hal itu sepanjang waktu hingga tak sempat pergi ke manapun kecuali berlatih, rasa bersalah di hatiku cukup besar.

Apakah aku keterlaluan?

"Aniya, bukan itu yang aku maksud. Hanya saja ... Kook-ah, kau tahu kan? Di sini kita sibuk dengan latihan untuk konser, bagaimana dengan Korea? Apa yang mereka sibukan selagi kita ada di sini?"

Ini bukan kali pertama, Seorang Kim Seokjin berbicara penuh filosofi dan kiasan. Yang aku sesalkan adalah ... gap usia juga pemahamanku yang masih jauh di bawah, selalu sulit memahami bagaimana maksud yang tertuju dari kiasan-kiasan itu.

OUR SECRET (Jinkook oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang