Days In The Soop (2)

3.7K 166 65
                                    

Jungkook tidak ingat pastinya berapa lama, yang jelas ... keberadaan mereka di villa Gangwon ini belumlah lebih dari 4 hari. Namun, entah mungkin karena merasa lebih kerasan tinggal di sini dibanding dengan kota sebising Seoul, rasa-rasanya dia seperti pulang ke rumah. Dengan otomatis membawa kopor besarnya menuju rumah terapung.

Kamarnya, kini lebih rapih dengan tambahan kelambu di atas futon. Dan itu membuatnya tidak akan takut lagi mendapat serangan dari serangga-serangga menyebalkan di malam hari.

"Hyungie pasti kerasan di sini." Gumamnya, sedikit tersenyum kala ingatannya terbang menuju sosok tampan berbahu lebar itu. Yang tiap malam secara sembunyi-sembunyi menyelinap keluar dari tendanya hanya agar bisa berada di bawah selimut yang sama dengan sang istri.

Tidak aneh bukan? Seokjin itu adalah orang terakhir di dunia yang akan menuruti apa kata agensi. Sekalipun dengan keras dilarang, dia punya segudang cara demi bisa tidur bersama dengan istrinya. Sekalipun untuk itu harus menolak kamar suite di rumah atas yang disediakan agensi untuknya, dengan hanya tidur di tenda kecil agar punya akses masuk ke rumah apung tanpa mengundang perhatian.

Bucin, cerdas, Jungkook menyukainya.

Dan ketika langkahnya kembali membawa ke bagian lain villa, maka pemandangan utama adalah suaminya yang tampak rajin membantu Suga dan Jimin menyiapkan makan siang.

"Apa yang bisa aku bantu?"

Si kelinci buntal berlari kecil menuju pantry. Masih sedikit kaku namun tidak separah tadi. Seokjin dan Jimin yang semula tengah menyisihkan mie ke masing-masing mangkuk secara otomatis mengarahkan tatapa matanya pada bokong sintal di balik celana hitam itu.

"Yak! Berhenti menatap bokongku! Kamera masih merekam!" Jungkook yang sadar akan hal itu buru-buru menyalak tak suka. Memukul bahu suaminya dan Jimin bergiliran.

Seokjin terkekeh kecil kemudian menunjuk kaldu beku yang belum lama dia keluarkan dari dalam lemari es. "Kalau mau bisakah gunakan teknik boxingmu untuk menghancurkannya? Jimin sama sekali tidak berbakat."

"Hyungnim, jariku terlalu mungil untuk hal sebarbar ini." Si imut Jimin menyahut tidak terima, dan walau begitu tetap memberikan objek beku yang jadi persoalan pada maknae mereka. Tertawa setelahnya demi melihat kelakuan lucu Jungkook saat memukuli bungkusan kecil itu dengan tinjunya di lantai.

"Nah mari bantu aku membawa semua ini ke depan. Dan Jimin, tolong hubungi Namjoon dan Tae agar bergabung."

Si hyung paling tua memberi intruksi sembari membawa beberapa mangkuk mie ke meja depan di mana saat ini yang lainnya sudah menanti. Menempatkan diri di sisi paling kiri bangku kayu kemudian disusul Jungkook tepat di sebelahnya.

Suga selesai memanggang daging, menyajikannya ke beberapa mangkuk bersama bir dingin. Bertujuh mereka makan siang dalam suasana hutan yang riang.

Seokjin tampak senang, melihat bagaimana Jungkook makan dengan lahap rasa-rasanya membuat dia cepat kenyang. Namun kesenangan itu berhenti ketika tatapannya tertumbuk pada leher jenjang yang lebih muda. Beberapa ruam merah mengintip dari celah sweater hijau yang dikenakannya. Ragu, tangan si tampan menyasar pundak itu. Mengusappnya pelan diiringi tatapan sarat makna.

Dan Jungkook bukanlah orang yang hidup satu dua hari dengan suaminya. Melihat bagaimana tatapan itu, serta gerakan di lehernya. Dia dengan refleks menaikan kerah sweater hingga cuping telinga. Tampak gugup namun berusaha tetap bertingkah normal.

Dalam hati sih bersumpah serapah atas keteledoran dirinya yang lupa mengaplikasikan foundation untuk menutupi jejak cinta itu. Menuai kekehan lucu dari sang suami yang gemas akan wajah blushingnya.

.

.

.

.

OUR SECRET (Jinkook oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang