Hambar (Special Fiction 1)

3K 210 140
                                    

Seokjin suka memasak. Sejak dulu. Katanya, karena dari kecil sering diajak eomma membersihkan kecambah tauge, lalu iseng-iseng belajar ikut memotong sayuran, dan lama kelamaan, seiring bertambahnya usia. Kim Seokjin yang waktu itu berada di tahun awal sekolah pertama berhasil memasak menu makan pertamanya.

Nasi goreng kimchi.

"Kan di rumah sudah ada ahjuma, tuan muda, kalau mau sesuatu kenapa tidak minta ahjuma saja?"

Waktu itu, Choi ahjuma yang jadi 'penguasa' dapur setelah ibunya berbicara selepas Seokjin keluar dalam raut wajah bangga. Menenteng sepiring penuh nasigoreng dengan telur dadar buatannya. Mau dipamerkan pada appa dan hyung katanya, lalu minta dihadiahi action figur  Mario edisi terbaru.

"Terimakasih, tapi Jinnie ingin mencoba sendiri. Ingin pamer pada hyung!" Tekan si bungsu Kim dengan langkah cimit yang menggemaskan. Kalau saja tidak kecanduan bermain game di komputer, berakhir dengan mata tuan mudanya yang sudah minus 0.5 di usia sebelia itu hingga mengharuskan berkacamata, Choi ahjumma sangat yakin bahwa wajah 'pangeran bungsu' di keluarga Kim itu akan jauh lebih bersinar dari sekarang.

Sebetulnya bukan masalah apakah si bungsu hendak melakukan apa atau di mana. Hanya saja ... sama halnya dengan kebanyakan anak pria, sekalipun pandai dalam hal memasak, bukan berarti pandai membersihkan bekas memasak juga.

Choi ahjuma dan para maid harus bekerja dua kali lebih keras membersihkan dapur tiap kali Seokjin maupun Seokjung membuat hidangan, karena setelahnya maka dapur seluas 8 kali 10 meter itu akan berubah menjadi puing sisa bencana. Entah sayuran yang tercecer, minyak tumpah, perabotan kotor menumpuk di westafel, pun dengan terigu atau telur yang gagal lolos seleksi sempurna menurut versi keduanya.

Nyonya Kim yang  mengetahui keresahan dari para maid itu akhirnya memberi keputusan, bahwa Seokjin dan Seokjung baru boleh menyentuh dapur kalau mau membersihkan bekas memasak mereka.

"Dorm-nya kecil sekali eomma, ada ranjang susun, dan kita tidur bertujuh."

Di usia 18 lebih 4 bulan, kala itu Seokjin menceritakan untuk pertama kali keadaan dorm masa trainee-nya selama di BigHit. Iya, si bungsu Kim yang belum lama menyandang status mahasiswa jurusan akting di Konkuk Univercity itu menutuskan untuk ikut audisi trainee di BigHit Entertaiment, agensi kecil yang bahkan kalau kata ayah Seokjin ... sempat membuat curiga pada awalnya karena bahkan mereka melakukan pekerjaan di garasi dan di ruangan sempit yang berdempetan.

"Yasudah kalau tidak nyaman Jinnie pulang ke rumah saja. Kita ada apartemen di Hongdae sama Galeria Forest, Jinnie pilih salah satu nanti appa minta beberapa maid mempersiapkan tempat." Sang ayah memberi pilihan, bagaimanapun ... jarak Seoul dan Gwaechon cukup jauh, Seokjin remaja akan kelelahan setelah berlatih juga kuliah kalau sampai harus bolak balik.

Seokjin awalnya senang, memutuskan untuk bolak balik ke Galeria Forest sementara yang lain tinggal di dorm. Namun hal itu tidak berlangsung lama karena ... Seokjin merasa 'bersalah' juga kesepian. Iya, dia merasa bersalah sudah nyaman hidup dalam segala jenis fasilitas yang disediakan ayahnya sementara rekan-rekan trainee yang jadi bakal anggota boy-groupnya justru harus rela hidup serba berkekurangan di dalam sana.

Disaat Seokjin bisa makan menu diet sehat yang disediakan ahjuma dan maid, maka teman-temannya di dorm harus merelakan diri hanya makan dua kali sehari dengan dada ayam rebus yang diberi garam. Kondisi perekonomian agensi saat itu sangat rendah, dan hanya itu yang bisa mereka dapatkan.

Seokjin semakin merasa bersalah, setiap akhir pekan ketika libur kuliah, maka dirinya akan menginap di dorm sambil mencuri peralatan masak yang disediakan ibunya. Berbelanja bahan-bahan masakan sederhana dengan sisa uang saku lantas mengajak Jungkook, Yoongi, Hoseok, serta yang lainnya makan bersama.

OUR SECRET (Jinkook oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang