Pada akhirnya, hanya waktu yang bisa menyembuhkan luka.
-Jin-
.
.
.
.
.
Apa yang kamu pikirkan ketika mengucap janji?
Seokjin selalu percaya, janji tidak boleh diucapkan ketika kita berada dalam dua keadaan. Benar-benar bahagia, juga benar-benar dalam kondisi marah. Jangan tanya alasannya, karena yang menjadi jawaban selalu ada di masing-masing diri.
Dia mencintai Jungkook dalam keadaan sadar; tanpa pakasaan, pun telah dipikir ribuan kali hingga akhirnya berlabuh pada janji untuk setia sampai akhir nanti. Bukan hal mudah, lebih lagi dalam dunia dimana orang-orang seperti mereka berada dalam tatanan paling rendah menurut hukum manusia.
Iya, manusia.
Tapi siapa manusia bisa begitu berkuasa menentukan yang rendah dan tinggi?
Ketika memutuskan untuk mencintai, maka itu dalam susah maupun senang. Salah juga benar, dalam bahagia maupun kemalangan. Dan dalam titik tertinggi juga terendah darinya.
Seperti malam ini, juga malam-malam yang terlewat di mana Seokjin merelakan tubuhnya ditendang, dipukul, juga dicakar kuat oleh kekasihnya yang sekali lagi mengamuk.
"Aku kotor Seokjin! Aku menjijikan! Dia sudah menyentuhku di mana-mana! Brengsek, aku ingin mati saja!"
Jungkook histeris, kembali meronta dalam dekapan Seokjin. Berusaha untuk melukai dirinya dengan menyambar apapun yanga ada dalam jangkauan.
"Tidak sayangku tidak, kamu tidak kotor sayang, kamu tetap Jungkook apapun yang terjadi, t-tolong jangan seperti ini."
Seokjin hampir menangis, mengeratkan pelukannya sambil berusaha menahan tubuh kekasihnya yang berontak. Yoongi sedang memanggil dokter, sementara Namjoon kembali ke agensi untuk mulai menghandle kondisi mereka saat ini.
"Ini semua salahmu! Kalau saja kau tidak pergi! Kalau saja kau tidak meninggalkan aku, bajingan itu tidak akan menyentuhku! Sialan! Kau brengsek Seokjin! Kau brengsek!"
Seokjin memejamkan mata, berusaha untuk tetap tenang tampa mengendurkan sedikitpun pelukannya. Hatinya terasa sakit, dan itu bukan karena semua caci maki yang dilontarkan sang kekasih, melainkan karena dia merasa bahwa apapun itu yang dikatakan Jungkooknya adalah benar.
Seandainya Seokjin tidak pergi ....
Senandainya mereka tetap bersama ....
Juga seandainya-seandainya yang lain.
Tidak perlu diberitahu, karena Sejak Jungkook berteriak memanggil namanya pertama kali subuh itu dalam keadaan yang 'mengenaskan' maka Seokjin sudah mengecap dirinya sendiri sebagai 'bajingan yang gagal'. Dia gagal untuk Jungkook, dan itu adalah kesalahan paling fatal.
"Aku tahu sayang, aku tahu ... kamu boleh menghukum aku, tapi tolong, jangan melukai dirimu sendiri."
Dirinya tidak kuasa menahan isak, tubuhnya terasa remuk, namun itu tidak sebanding dengan hatinya. Dia tidak melepaskan Jungkook bahkan ketika Yoongi tergesa kembali bersama dokter Choi, memberikan suntikan penenang yang membuat tubuh maknae paling muda itu perlahan melemah.
Tendangan serta cengkramannya mengedur, seiring dengan kelopak mata yang perlahan tertutup, sayup di ambang kesadarannya, Jungkook masih membisikan kalimat yang membuat jantung Seokjin terlepas dari tempatnya.
"Aku membencimu Jin hyung ... tapi aku juga mencintaimu, sangat."
"Saya sudah mengatakan hal ini sebelumnya, Jin-ssi, Jungkook-ssi mengalami trauma yang cukup berat, dan kemungkinan besar hal ini merujuk pada Post Traumatic Stress Disorder."
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR SECRET (Jinkook oneshoot)
FanfictionTentang Seokjin dan Jungkook dengan segala cerita yang membuat pikiranmu abu-abu. Just Fanfiction, jangan dilibatkan dengan dunia nyata oke? Enjoy ur Journey! Let's Get It!!! #1 Jinkook (29082021),(05092021) #1 Taejin (30092021) #1 Taejinkook (26022...