Bertengkar

5.3K 190 35
                                    

"Tuan muda, makan malam sudah siap."

Begitu, si kepala pelayan dari mansion Kim menyampaikan dengan nada yang sopan lagi pelan. Menatap punggung kokoh sang tuan rumah yang masih di posisi yang sama sejak dua jam lalu. Berdiri mematung di teras lantai dua, membiarkan angin malam menerbangkan tirai-tirai putih yang menjutai di sana.

"Terimakasih, aku turun sebentar lagi."

Kim Seokjin-pria itu-menjawab dengan singkat. Menoleh sejenak sebelum mengalihkan kembali atensinya pada gelap malam di luar sana.

Ingin, pelayan tua yang sejak lama ikut mengasuh pemuda tampan itu ingin sekali menarik sang tuan muda agar bergegas. Sudah seharian dia di sana, dan setiap kali diingatkan makan jawabannya selalu sama.

Dan tetap saja tidak kunjung makan juga.

"Anda belum makan sejak kemarin tuan muda, ahjuma hanya mencemaskan kesehatan tuan muda." Bibi tua itu akhirnya memberanikan diri mendekat. Kim Seokjin ini, sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.

Yang dihampiri tampak mendesah pelan, menatap sang pelayan dengan tampang lelah. "Apa Jungkookie sudah kembali?"

Dan si kepala pelayan meneguk ludah susah payah, menggeleng lemah, "b-belum tuan muda, mungkin ... tuan kecil masih dalam perjalanan."

Pertanyaan itu sederhana, tapi entah kenapa jawaban yang harus diberikan begitu sulit terasa. Masih dengan jelas terbayang di benaknya bagaimana nama yang sedari tadi ditanyakan berteriak dengan murka, melempar sebuah gucci hingga menghantam tembok. Berceceran ke segala arah.

"Berhentilah memperlakukan diriku seperti anak kecil! Aku muak denganmu Seokjin!"

Untuk pertama kalinya, pertengkaran hebat terjadi di Mansion besar itu. Biasanya, baik Seokjin maupun Jungkook hanya akan memperdebatkan hal kecil kemudian berbaikan setelahnya. Jikapun sedang dalam keadaan memanas, maka salah satu dari mereka akan mengalah.

Tapi tidak, tempo hari di antara keduanya sama-sama berang dan murka. Entah, sampai kini pun Choi ahjuma tidak tahu pasti apa yang sebetulnya jadi musabab pertengkaran itu terjadi.

Seokjin tersenyum miris, "baiklah ... kalau dia pulang tolong siapkan makan malam dan susu hangat untuknya. Aku akan ke luar malam ini, dan mungkin tidak akan pulang." Tambahnya seraya beranjak pergi meninggalkan sang kepala pelayan menuju kamarnya.

"Tapi tuan muda belum makan, tuan makan dulu ya? Atau mau ahjuma siapkan bekal?" Perempuan tua itu mengekori. Seokjin menghentikan langkah kaki, tersenyum lembut pada si wanita. "Tidak usah cemaskan aku ahjuma, aku akan makan nanti."

Dan jawaban itu bukanlah yang ingin didengar sang pelayan saat ini.

.

.

.

.

.

"Kau benar, aku memang pria yang memuakan. Sepertinya menikah dengan orang sepertiku adalah kesalahan besar bukan?"

Jungkook memejamkan mata, perkataan Seokjin tempo hari masih terngiang-ngiang di telinga. Kepalanya berdenyut sakit tiap kali bayangan wajah yang sarat luka itu hadir dalam benak.

Iya, mereka bertengkar hebat. Dan itu semua berawal dari sang dominan yang melarangnya ke luar rumah pada malam di akhir pekan mereka.

"Aku sudah terlanjur membuat janji dengan Eunwoo dan yang lainnya yeobo~ tidak enak kalau mangkir begitu saja." Jungkook berusaha menjelaskan seraya bersiap-siap pergi. Ponselnya ramai oleh pesan dari grup Line-97 yang sudah menunggu.

OUR SECRET (Jinkook oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang