"Dunia memang tidak selamanya ramah, jadi ayo mulai berdamai. Dengan hati kita misal?"
-Jin-
.
.
.
Juni awal 2011
Detik berhenti tepat di 14:32, kala itu. Dan aku masih bisa dengan jelas mengingatnya hingga hari ini. Bagaimana sebuah bangunan dua lantai yang bagiku lebih mirip losmen tua berdiri di seberang pandangan mata.
BigHit Entertaiment.
Lebih banyak jenak, juga keraguan berkelebatan dalam pikiranku. Mereka memang tidak bilang bahwa tempat itu besar, atau agensi yang mereka miliki adalah label prestisius. Tapi tetap saja, kesan pertamaku hingga akhirnya menerima tawaran dari seseorang di bus itu agar bersedia datang untuk audisi trainee adalah ... agensi itu minimal punya kantor yang layak huni juga cukup besar untuk setidaknya menampung sekian banyak orang.
Ini seperti menjebakku pada kesan dua atau tiga pekan ke belakang, di mana seseorang yang mengaku dari agensi datang padaku memberikan kartu nama. Meminta, ah ralat, memaksaku untuk datang audisi ke sana. Menjanjikan peluang bagiku untuk debut aktor, katanya.
Dan tentu saja aku tidak mau, mereka menakutkan, seperti penipu yang akan menguras uangku pada akhirnya.
Apakah ini juga sama?
"Percayalah, tempat itu betul-betul agensi. Dan kau tidak sedang ditipu nak." Sebuah tepukan pada bahuku, dan itu dari pria entah siapa, memakai parka sebatas lutut, juga syal tebal yang tampak terlalu panas jika digunakan awal bulan Juni seperti sekarang.
Mungkin wajahku yang seperti air, atau ekspresi keraguan ini tak sekali dua kali dijuampai dalam lokasi dan arah pandang yang sama pula. Makanya pria itu bisa berucap demikian. Dan ya, aku hanya bisa tersenyum kikuk, menggosok leher dengan wajah panas yang pasti rona merahnya sudah sampai cuping telinga.
"Kau punya wajah yang tampan nak, postur tubuhmu juga bagus, apa kau akan audisi untuk debut sebagai idol?" Pria itu kembali bertaya, dan aku sedikit salah tingkah mendapat pujian di awal kalimatnya tadi.
Oh ayolah, tidak ada yang tidak suka dipuji tampan!
"Animida ahjussi, saya ditawari audisi untuk debut aktor." Sanggahku pada akhirnya. Kembali teringat dengan jas almamater serta id card mahasiswa jurusan pendidikan seni akting yang bahkan belum sampai satu semester kudapatkan.
"Betulkah? Aigoo ... kupikir kau juga cocok jadi idol nak, wajahmu sangat tampan."
Sekali lagi, pria itu mengatakan pujian yang sama. Dan aku hanya bisa terkekeh dibuatnya.
Menjadi seorang idol? Bahkan dalam 18 tahun usiaku, aku tidak pernah sama sekali membayangkan diri ini akan menyanyi sambil menari seperti orang-orang di televisi. Aku jatuh cinta pada seni peran, itu sebabnya selama bertahun-tahun kuhabiskan waktuku dengan belajar giat agar mampu lulus ujian masuk Konkuk.
Bermain peran adalah seni paling indah bagiku. Di mana kau bermain dengan banyak topeng ekspresi, menyihir juta pasang mata, juga mengubah warna warni hidupmu dengan banyak kepribadian berbeda tanpa perlu menjadi manusia naif dan manipulatif.
Tapi memang manusia hanya bisa berencana bukan? Langit selalu selangkah lebih maju, menentukan pijakan kaki bahkan sebelum kau berpikir untuk merangkak.
Bus kembali berhenti, dan sepasang suami istri tampak turun dari dalamnya, menggandeng anak laki-laki dalam balut pakaian tebal yang sekali lagi, tidak cocok digunakan dalam musim semi seperti sekarang. Mungkin memakai pakaian musim dingin di semi seperti ini sedang trend? Entahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR SECRET (Jinkook oneshoot)
FanfictionTentang Seokjin dan Jungkook dengan segala cerita yang membuat pikiranmu abu-abu. Just Fanfiction, jangan dilibatkan dengan dunia nyata oke? Enjoy ur Journey! Let's Get It!!! #1 Jinkook (29082021),(05092021) #1 Taejin (30092021) #1 Taejinkook (26022...