Seokjin berdiri dengan gelisah, beberapa kali mengalihkan pandangannya pada dance practice room di mana saat ini sang istri tengah berada. Pukul 11 malam, dan dia belum juga menunjukan tanda-tanda untuk menyudahi sesi latihannya itu. Musik masih mengalun, mereply lagu yang sama berulang kali.
"Masih menunggu Jungkook, hyungnim?"
Namjoon yang baru saja keluar dari studionya menegur. Tampak sudah rapih dengan outfit training abu-abu beserta tas jinjing bergantungan wortel yang tampak lucu. Dipilihkan sendiri oleh Kim Na Ri, makanya biarpun tidak terlalu cocok untuk ukuran pria dewasa. Si ayah muda tetap memakainya.
"Begitulah, kau ... jadi pulang ke Ilsan malam ini?" Seokjin mengangguk singkat kemudian balas bertanya.
"Jadi. Na Ri minggu ini ada cross exam level 4, dan dia membutuhkan beberapa tandatanganku guna kelengkapan berkas." Jelas leader Beyond The Scene itu. Tidak bisa untuk tidak memperlihatkan raut bangganya akan sang putri yang di usia dini-nya sudah berprestasi di bidang akademik.
"Benarkah? Kalau begitu katakan padanya untuk bersemangat dan percaya diri saat examnya nanti. Katakan juga ... kalau dia berhasil dapat poin sempurna, aku akan membelikan dia sepeda sama dengan milikmu." Si tampan Kim tersenyum, tak diragukan memang, dari ke tujuh personel Bangtan. Dia adalah kakak yang paling loyal sekaligus royal, apalagi untuk adik-adiknya.
"Aku sebetulnya ingin menolak, dia tidak boleh dibiasakan selalu harus dapat hadiah kalau melakukan sesuatu, tapi karena ini hyungnim yang bicara ... baiklah." Si ayah muda menganggukan kepala.
"Ehey ... jangan seperti itu, memberi apresiasi berbeda dengan sogokan loh Joonie. Apalagi Na Ri memang pantas mendapatkannya. Aku memberi hadiah agar dia semakin semangat lagi belajarnya." Sang kakak melipat lengan.
Sungguh, Namjoon tidak bohong ketika mengatakan bahwa Kim Seokjin ini lebih dari pada pantas dan siap untuk menjadi seorang ayah. Dia saja yang notabene-nya sudah lebih dulu menyandang status hebat itu masih merasa kecil jika dihadapkan pada Seokjin. Tak ragu kalau harus meminta petuah tentang bagaimana baiknya bersikap pada sang putri.
"Arra, kalau begitu aku pamit ya hyungnim. Sampaikan salam pada Jungkook, dan katakan padanya untuk tidak terlalu bekerja keras. Santai saja."
Dan yang Seokjin jadikan respon adalah anggukan. Karena tidak berselang lama kemudian musik di dalam sana berhenti, disusul si kelinci berambut ungu yang keluar dari dalamnya dengan menenteng tas.
"Lelah?" Si tampan itu menghampiri sang pujaan seraya mengasongkan sebotol air. Sengaja mengambil alih tas yang ditentengnya.
Jungkook mengangguk hening, menerima botol isotonik yang diberikan suaminya tanpa meminum. Dahinya bersandar lemah di bahu sang suami, mengantuk, lelah, lapar ... semuanya jadi satu.
"Gendong ya? Kita pulang." Pemuda Kim merundukan pandangan sembari tak lepas menyasar bahu dan leher yang lebih muda, memberi pijatan-pijatan kecil di sana.
Jungkook hanya mendengung kecil sebagai jawaban. Dan itu sudah lebih dari cukup. Seokjin-nya melambai pada sopir Han yang baru tiba kemudian mengasongkan tas jinjing kepunyaan Jungkook juga dirinya. Dan dalam hitungan ke tiga berhasil mengangkat tubuh bongsor itu dalam gendongan ala bridal. Membawanya menuju lift khusus yang akan membawa mereka langsung menuju basemand.
.
.
.
.
.
Pagi hari, tepatnya pukul 8. Untuk pertama kalinya Jungkook bangun lebih awal walaupun selamanan tadi jatuh tertidur karena kelelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR SECRET (Jinkook oneshoot)
FanfictionTentang Seokjin dan Jungkook dengan segala cerita yang membuat pikiranmu abu-abu. Just Fanfiction, jangan dilibatkan dengan dunia nyata oke? Enjoy ur Journey! Let's Get It!!! #1 Jinkook (29082021),(05092021) #1 Taejin (30092021) #1 Taejinkook (26022...