Harus bomkomen enggak mau tahu, soalnya author really work hard soooo much for finish this story
.
.
.
.
.
.
"Tidak apa-apa menangis, tidak apa-apa hancur dan terluka. Kamu bisa menambalnya nanti, dan itu dengan senyuman."
-Jin/13/12/22-
---
Jungkook bukan seorang morning person. Pada awalnya, hanya akan terbangun ketika matahari bersisa 15 derajat sebelum membentuk garis lurus di atas langit sana. Dan akan semakin terlambat jika itu adalah hari berhujan, atau awal musim dingin dengan aroma salju yang sedikit demi sedikit mulai tercium baunya. Menandakan bahwa sebentar lagi butiran kristal serupa gula-gula itu akan segera turun dan menyelimuti seisi kota.
Seperti sekarang.
Yang berbeda adalah, dirinya, yang alih bergelung dalam selimut seperti yang sudah-sudah, justru sejak sekitar tiga jam ... atau mungkin lebih? Entahlah, yang jelas bahkan jika itu adalah semburat kemerahan di kejauhan belum terlihat, dia sudah lebih dulu membuka mata. Tidak peduli bahkan ketika malamnya jatuh tertidur di denting hampir menuju angka 12 malam.
Tidak ada musik mengalun sebagaimana biasa, padahal Jungkookie terbiasa dengan kebisingan. Entah itu ketika bekerja, makan, bahkan bercinta. Aneh rasanya ketika sesuatu begitu hening, terlebih jika itu adalah di awal hari. Tapi dia tidak membutuhkan musik kali ini, tidak ketika bibirnya hanya terkunci rapat selama beberapa hari terakhir. Sebetulnya itu beberapa bulan, namun karena ego-nya, dia hanya akan mengakui di minggu terakhir saja.
Bertelanjang kaki, dengan piyama abu-abu berbahan menerawang miliknya, juga rambut ikal hampir sebahu yang dia cepol ke belakang menggunakan ikan rambut merah muda. Sejak subuh yang dia lakukan adalah berkeliaran di dalam kamarnya. Beberapa laci serta pintu dari lemari di dalam walk in closet terbentang, kain-kain bercecer, beberapa tas dan kopor terbuka, pun begitu dengan pakaian lain yang sepertinya telah semalaman dipilah dan disiapkan. Dia mengutuk tentang terlalu banyaknya pakaian yang mereka miliki, dan itu membuatnya kesulitan saat harus memilih.
Bukan karena tidak suka, melainkan karena setiap baju, setiap mantel, syal, atau bahkan pakaian dalam pada akhirnya membawa dia kembali pada ingatan tentang bagaimana itu dibeli. Seperti sweater TomBrown biru laut dengan gambar ikan paus yang kini dengan hati-hati dia lepas dari hangernya. Itu masih sweater yang sama, yang dia pilih ketika orang yang menginginkannya bersikeras ingin membeli warna merah muda, namun tidak protes ketika Jungkook memaksanya membeli, terlebih lagi ketika mereka sama-sama mematutnya di cermin, dan Jungkook memeluknya untuk menambahkan pujian klasik; "Kamu sangat tampan!"
Itu pujian tulus, namun seperti biasa, dengan tingkat dari rasa percaya dirinya, dia akan menjawab dengan sombong "tentu saja! Aku pria tampan sedunia, aku bagus memakai apapun!" terdengar seperti keangkuhan, namun bagaimana telinga dan lehernya memerah ketika dia mengatakan itu, cukup untuk alasan Jungkook semakin mengeratkan pelukannya, menambahkan bonus ciuman pada pipi rotinya.
Itu kilas dari sekian kenangan yang hadir di kepala Jungkook sejak semalam, dan dia masih memasang senyum yang sama. Menelusuri serat benang yang timbul di antara rajutan putih yang membentuk kepala ikannya lantas mendekatkan benda itu ke wajah untuk dikecup pelan sebelum di taruh ke dalam kopor, bergabung dengan lipatan kain lainnya.
Ini jelas bisa dikerjakan oleh Yoonjae-yang sejak lama mengajukan diri untuk itu- atau Jisoo dan Janet yang memang telah lebih dari mumpuni mempersiapkan keperluan-nya, tapi Jungkook bahkan tidak membukakan pintu dan hanya menggeleng sebagai penolakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR SECRET (Jinkook oneshoot)
FanfictionTentang Seokjin dan Jungkook dengan segala cerita yang membuat pikiranmu abu-abu. Just Fanfiction, jangan dilibatkan dengan dunia nyata oke? Enjoy ur Journey! Let's Get It!!! #1 Jinkook (29082021),(05092021) #1 Taejin (30092021) #1 Taejinkook (26022...