GONE (Special Fiction)

3.3K 215 108
                                    

~Jika luka adalah alasan kamu pergi, bisakah luka lainnya membuatmu kembali?

-Jungkook-

==



Ini masih hari libur yang biasa, Seokjin, sudah sejak tadi malam menerima pesan dari ayah dan ibunya, mempertanyakan apakah si bungsu dari keluarga Kim itu akan menghabiskan waktu di rumahnya atau tetap berada di Seoul. Dan sampai sesiang ini, si tampan belum memutuskan, tidak sebelum pria lain di sisi kiri ranjang menentukan pilihannya.

"Aku enggak masalah kalau-kalau kamu maunya ke Busan dulu, kita bisa di sana dua hari, habis itu-"

Ocehan Seokjin terhenti ketika sadar, pria yang sejak tadi diajaknya berdiskusi justru lebih fokus dengan gawai di tangan, menggulirnya dengan pelan, mengetik cepat, lantas tersenyum begitu tanda centang terbit dan berubah warna.

"Jungkook-ah ..." panggilnya, masih dengan nada yang lembut.

"Hm?"

Yang lebih muda mendengung tanpa repot-repot mengalihkan pandangan, pesan lain kembali masuk, dan Jungkook dengan cepat membuka pesan-pesan itu, kembali mengetik balasan sambil sesekali tersenyum. Untuk ukuran seseorang yang bahkan jarang membalas pesan serta mengangkat telpon kecuali benar-benar perlu, semangat Jungkook kali ini terlihat berbeda. Dan itu membuat Seokjin jadi sedikit penasaran dengan siapa dia berkirim pesan.

"Kamu mendengar apa yang kukatakan?"

Jungkook gelagapan, "I-itu ... itu, tadi, maaf, bisa yeobo ulangi?" ujung bibirnya digigit, dan dia bisa melihat bagaimana pria di sisi lain ranjangnya menghela napas. Membuka selimut lantas turun dari dipan.

"Yeobo ... maaf, tadi, tadi yeobo mengatakan apa?"

Menangkap aura pria-nya sedikit lain, Jungkook dengan segera mengunci layar, mengekori Seokjin yang kini sudah berjalan menuju kamar mandi. Seokjin menoleh sejenak, memberi raut yang tidak bisa ditebak. Dan itu entah kenapa membuat Jungkook-nya menahan napas.

"Berbalas pesan dengan siapa?"

Pertanyaannya sangat jelas dan tandas, Jungkook kembali mengigit bibir, "Namjoon hyung." Ucapnya, pelan. Sementara sang suami menaikan alis atas jawaban itu, "Membicarakan apa sampai tidak punya waktu menyimak ucapan suamimu sendiri?"

Itu pertanyaan yang tajam, dan entah kenapa ... Jungkook mendadak gelagapan saat harus memberi jawaban. Seokjin akhir-akhir ini lebih sensitive, juga runcing layaknya ujung jarum yang bisa kapan saja melukai, entah itu orang lain pun dirinya sendiri. Jika Jungkook sampai salah dalam memilah dan memilih kata, maka yang akan dia dapatkan hanya 'ketegangan'.

"I-Itu ... Soal, soal eomma ... hyungie ingat? Eomma beberapa kali memberikan udangan makan malam, tadi malam juga, jadi aku beritahukan saja hari ini, dan Namjoon hyung kebetulan senggang, jadi-"

"Jadi sore nanti kita akan pulang ke Busan bersama Namjoon untuk makan malam keluarga?"

Entah bagaimana Seokjin ketika melanjutkan penjelasan itu, di telinga Jungkook sama sekali tidak terdengar baik. Dia bermaksud kembali membuka pintu kamar mandi ketika Jungkook tiba-tiba saja melingkarkan lengannya, memeluk erat. "Yeobo ... yeobo tidak setuju?" dia bertanya dengan hati-hati, dan dapat dia rasakan bagaimana Seokjin-nya tampak menarik napas beberapa kali, seakan sedang berusaha meredam sesuatu di dalam dirinya.

"Baiklah," Seokjin melepas pelan pelukan itu.

"Nde?"

"Eomma yang meyuruh bukan? Maka kalau iya kamu harus menurut, ajak Namjoon ke sana dan mari kembali besok pagi. Aku akan menemui eomma ke Gwaechon lusa saja." Lanjut Seokjin sambil lalu masuk ke dalam kamar mandi tanpa menunggu jawaban lain dari bibir sang istri. Jungkook masih terdiam, menatap pintu yang tertutup dengan perasaan yang tidak benar-benar lega.

OUR SECRET (Jinkook oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang