Tears : Ending Story

3.9K 207 136
                                    

Bahkan jika jalan ini sulit dan berliku, sayangku ... bisakah untuk tetap meniti langkah getasku?

-Jk-

.

.

.

.

.

Eufimisme dari kebahagiaan itu dimanakan euphoria. Dirinya paham dan mengerti, tapi tidak cukup untuk menjawab apa arti sebenarnya dari euphoria itu sendiri. Betulkah perasaan meletup-letup layaknya kembang api, juga melayang seakan terbang ke langit adalah juga bentuk dari euphoria?

Jungkook bermimpi, merasakan bagaimana dirinya terbang menembus langit, merah muda, dihiasi awan berarak juga camar yang hendak pulang sarang. Senyumnya merekah, seterang bintang gemintang yang berkerlip di atas sana, seolah ikut tersenyum, dan  mengucapkan selamat datang.

Ada banyak peri, peri-peri kecil yang manis juga baik hati. Menaburkan bubuk harapan serta cinta. Mereka memberi kebahagiaan bagi manusia yang pantas mendapatkannya. Entah itu di atas ranjang mewah dengan setumpuk uang, atau hanya di atas tikar dari kardus bekas pinggiran jalan, dengan sebotol susu hangat dan semangkuk ramen instan. Siapapun, dimanapun, juga dalam kondisi apapun.

Dia harusnya tersenyum bukan? Bahagia karena untuk kali pertama sepanjang yang bisa dia ingat, dirinya berada dalam 'kebebasan'. Tidak ada kekang dalam langkah, atau dikte bagaimana harus menjalani kehidupan.

Dia harusnya senang ....

Tapi kenapa air mata justru jatuh seiring jalan?

Senyum manis pria itu membayang, mengukir asa yang tidak bisa dijabarkan dalam bentuk frasa. Dia ingin meraih, menyimpan senyum juga tatap tulus penuh kasih itu hanya untuknya. Mendekap semua kenangan indah dalam dirinya.

Tapi kenapa?

Semua tawa ... semua peluk ... cium ... cumbu ... layaknya awan berarak yang dia lewati, satu persatu menghilang tersapu angin. Meninggalkan sesak tidak berkesudahan serta perasaan hampa yang juga tidak bisa dijabarkan dalam bentuk frasa.

Dia dalam uthopia-nya ... juga dalam euphorianya yang menggebu, justru mendapat luka dalam.

"Jungkook-ah ...."

Mengerjap, berusaha memfokuskan pandangan. Berkas sinar yang malu-malu mengintip di balik tirai membuat matanya yang telah menutup tidak kurang dari 12 jam kesulitan melihat. Samar, sosok dalam garis tubuh dan wajah yang familiar berada hanya dalam jarak sedepa dari pandangannya. Ada lengkung kurva yang ditarik berlawanan arah gravitasi, membentuk senyum yang entah sejak kapan begitu dia rindukan.

"Jin hyung?"

Kalimat itu serak, dan bisa dia rasakan tidak sampai dua detik, sentuhan yang begitu familiar pada jemarinya. Begitu lembut, juga hangat selayaknya wol di musim dingin.

"Ya sayang?"

Jungkook tidak tahu ... tapi suara Seokjin terlalu halus, terlalu tulus, hingga isak kecil dari mulutnya tidak bisa dicegah. Kenapa rasanya menyakitkan? Kenapa dadanya sesak?

"Sayang? Hei? Gwenchanaeyo?"

Jungkook menggeleng, lemah mengangkat kedua tangannya, memberi isyarat kepada prianya untuk datang ke dalam pelukan. Dan begitu tubuh yang kokoh dengan bahu seluas samudra itu berada dalam dekap tubuhnya, tangis Jungkook mengeras.

"Shhh~ tidak apa-apa sayang, hyung di sini, hyung selalu di sini."

Dekapan itu berbalas, dan Jungkook menenggelamkan wajah di ceruk lehernya. Dia tidak mengerti, tapi peluk ini begitu jauh, begitu dirindukan, hingga rindu itu membuatnya kesakitan.

OUR SECRET (Jinkook oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang