[3.] Lelaki Rapuh

8.1K 107 28
                                    

Dalam keadaan setengah sadar aku dipapah berjalan di lorong remang-remang. Mataku sayup-sayup terasa berat, tapi aku masih bisa melihat, ada karpet merah di sepanjang lorong tersebut. Ternyata aku dibawa ke sebuah kamar hotel. Tapi aku pun heran? Buat apa aku dibawa ke kamar hotel? Apa yang mereka inginkan dariku? Masa iya aku mau diculik.

Tubuhku yang sudah lemah kemudian dibaringkan di atas ranjang yang ada di kamar tersebut.

"Hei ... kalian mau apa??" aku berusaha bicara tapi suaraku lemah sekali, bahkan bicara pun terasa begitu berat.

Badanku terasa begitu lemas dan mataku juga masih terasa begitu berat, anehnya tubuhku juga semakin terasa panas padahal kamar hotel itu sebenarnya cukup sejuk dengan pendingin dari AC.

Apa yang barusan kuminum? Sepertinya itu lebih kuat dari sekedar alkohol. Jelas sepertinya ada yang dicampurkan dalam minuman tersebut. Permainan macam apa ini? Apakah kang Usep bersekongkol dengan orang-orang ini? Mereka mau merampokku? Apa yang mereka inginkan dariku.

Aku hanya bisa bertanya-tanya dalam hati.


Jglek ... suara pintu.

Sayup-sayup kuperhatikan yang masuk ternyata adalah kang Usep.

Kang Usep menyuruh dua orang suruhannya itu untuk keluar.

"Kang ... tapi nanti kita dapet jatah kan?" samar-samar suara salah seorang dari mereka.

"Tenang, nanti lu pada ada jatahnya, sekarang yang pasti ini jatah gue duluan." kata kang Usep.

Kedua orang itu pun meninggalkan kamar.


"Kang Usep?? Ada apa ini? Apa yang kang inginkan dari saya? Kang mau uang? Ambil aja berapa yang ada di dompet saya itu, saya nggak punya apa-apa kang." kataku dengan suara yang terasa berat dan lemah.

"Hehehehe ... tenang aja mas, aku nggak butuh uangmu koq." kata kang Usep.

"Apa yang kang inginkan dari saya?"

"Aku mau kamu mas."

"Apa!??"

"Entah kenapa aku tertarik sekali waktu melihatmu mas ... aku menyukaimu mas." ucap kang Usep dengan santai sambil duduk dan mendekat di sampingku.

"A—apa!??" aku terkejut bukan main—mendengar jawaban yang tak wajar bagiku itu. "Kang!! kamu gila ya!! Kamu homo!?"

"Aku bukan pecinta sesama jenis sih mas, tapi aku hanya seorang lelaki yang butuh hiburan, aku suka dengan lelaki cantik, aku selalu ingin sekali merasakan bercinta dengan lelaki cantik, apalagi kalau yang bisa cantik seperti wanita ... mantap sekali itu." lanjut kang Usep.

"Astagaaaa ... Kang ... lepaskan saya! Kamu gila!! Kamu homo, maniak dan abnormal!!!" kataku.

"Kamu tau nggak mas sekarang di media sosial internet itu entah kenapa banyak sekali ini nih ... istilahnya crossdresser ... aduh, mereka itu ... lelaki, tapi ... kenapa ... kenapa mereka bisa cantik-cantik seperti itu? Sungguh MERESAHKAN sekali ... MERESAHKAN mas!! karena ... sungguh menggoda sekali." cerita kang Usep dengan wajah yang sangat serius.

"Selama ini aku hanya bisa menikmatinya dengan melihat, tapi aku belum pernah menemukan sosok lelaki cantik seperti yang kuinginkan." sambung kang Usep.

"Hmmhh..." kang Usep mendengus, "tapi sekarang kamu hadir di hadapanku mas, sepertinya aku bisa menjadikanmu profil untuk imajinasi dan fantasi liarku. Kamu seorang lelaki ... tapi putih, kecil imut, mulus manis, ahh ... aku sudah bisa membayangkan, kalau didandani wanita kamu pasti cantik." kata kang Usep sambil membelai wajahku dan melirik dengan tatapan penuh nafsu. Ia tersenyum dengan ekspresi wajah yang sumringah khas lelaki nakal yang menjijikan.

Gila! Sinting! Aku sungguh merasa jijik bukan main! Lelaki itu membelai wajahku seperti membelai wajah wanita, memainkan jarinya di pipiku dan daguku.

"Sebenarnya aku sangat ingin sekali melihatmu didandani, tapi untuk malam ini cukup lah aku ingin menikmati tubuhmu apa adanya dulu." ucap kang Usep.

Lelaki itu lantas mendekatkan wajahnya ke sekitar leherku tepatnya di daerah tulang selangka. Aku dapat merasakan hidung dan kulit wajahnya yang kasar berminyak-minyak menempel di kulit tulang selangkaku.

"Astaga ... mmmhhh ..." kang Usep mendusel di sekitar leher, tulang selangka dan kulit dadaku.

Lelaki sinting itu baru saja menghirup dan menikmati bau badanku.

"Ahhhh ... gila ... kamu sangat wangy, enak sekali mas ..." ucap kang Usep.

[Wangi itu biasa—tapi kalau wangy (pakai "y") itu baru spesial.]

"Dan ... hmm ... kulitmu, ah ... betapa mulus. Udah gitu ... lembut banget ... benar-benar kayak kulit cewek." kali ini kang Usep meraba dadaku dari belahan kancing bajuku yang terbuka.

"Sinting kamu kang, kenapa kamu tidak main sama banci atau waria saja." kataku.

"Oh ... tidak, tidak seperti itu ..." balas kang Usep. Tangannya sudah masuk ke balik bajuku dan meraba tepat di atas kulit dadaku. Aku dapat merasakan telapak tangannya yg kasar di atas puting susuku. "Kamu masih belum paham mas. Sudah kubilang fantasiku bukan dengan banci ataupun waria, aku mencari sosok laki-laki tulen tapi yang bisa cantik." kata kang Usep sambil meraba dadaku seperti sedang meraba dada wanita.

"Sinting!! Gila!! lepaskan aku!! dasar maniak abnormal!!" kataku berseru. Aku bahkan berusaha berteriak tapi suaraku rasanya begitu lemah sekali, bahkan tubuhku saja begitu berat untuk kuangkat dan kugerakkan.

"Sudahlah mas ... jangan terlalu dipikirkan, enak koq bercinta sesama jenis itu ... apalagi sekarang perasaanmu juga lagi dalam keadaan lemah dan rapuh, biarkan aku yang menghiburmu. Kita sama-sama menghibur." kang Usep mendekatkan bibirnya ke telingaku sambil satu tangannya meraba ke pahaku.

Kang Usep mencium-cium daun telingaku sambil mengelus-elus organ privatku. Spontan aku merasa geli-geli yang merangsang bagian yang menjuntai di selangkanganku.

"Astagaaa ... kang ... kumohoonnn jangann ... lepaskan akuuu ..." kali ini aku benar-benar diselimuti ketakutan luar biasa, rasanya aku benar-benar sudah ingin menangis. Belum pernah aku merasa diriku berada jatuh dalam posisi seperti ini, rasanya bagaikan mimpi buruk tapi sialnya ini nyata-nyata sedang terjadi padaku.

"Sudahlah mas ... aku nggak bakal menyakitimu koq asal kamu nggak melawan." kata kang Usep dengan santai sambil membukakan resleting dan menurunkan celanaku.

"Justru aku akan memberimu pengalaman luar biasa ... aku bakal bikin kamu enak mas ... aku akan membuatmu merasakan yang namanya ..." suara kang Usep berbisik di telingaku, hembusan nafasnya sampai terasa ke leherku. Sambil ia mengelus kontolku yang kini telanjang dan berdiri menjulang.

"... kenikmatan lelaki ..." kang Usep menjilat telingaku dan lantas meremas organ privat di selangkanganku.

"Aaaakkkkhhh!!!" aku spontan terkejut sampai kelojotan.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang