[17.] Tegukan Nikmat

6.9K 89 7
                                    

Walau dengan menahan segenap rasa jijik tapi kumasukkan juga batang kelamin lelaki itu ke dalam mulutku. Gila—aku benar-benar melakukannya, batang terpedo milik lelaki itu sekarang bersarang di mulutku, mendarat di atas lidahku. Rasanya asin asin pahit tidak jelas.

Aneh sekali rasanya, baru kali ini aku mengemut kontol di dalam mulutku. Tapi sungguh mengherankan, ternyata aku tidak merasa jijik sama sekali. Hanya saja rasanya menggelikan sekali, terasa daging keras, alot-alot, gegerenyelan di dalam mulutku, tambah pula batang tersebut ... sangat besar sekali ... sampai mulutku rasanya begitu penuh.

"Uuhh ... diemut sayang ... dijilatin." kata kang Usep.

Aku pun mulai menjilat dan menghisap batang kontol itu dengan insting sebisaku. Secara fisik aku memang tidak merasa jijik, tapi dalam hati tetap aku merasa geli dengan diriku sendiri, kenapa aku bisa mau menjilati dan menghisap kontol cowok seperti wanita-wanita yang pernah kulihat di film porno.

"Uuhhh ... enaak ... boleh juga kamu. Enak sayang. Kencengin lagi hisapannya sayang." kata kang Usep.

Aku tidak tahu kenapa tapi kata-kata kang Usep juga membuatku ikut bernafsu dan malah bersemangat. Tambah pula kang Usep mengelus-elus kepalaku dan membelai rambutku, aku dapat merasakan desahan kenikmatannya saat ia sedikit menjambak rambutku sambil menahan geraman. Seandainya aku yang berada di posisi kang Usep juga pasti aku akan merasa bagai dibuat terbang melayang-layang.

Aneh—aku malah merasa bersemangat. Sungguh mengherankan aku justru tidak merasa seperti sedang dilecehkan, justru malah aku merasa ada sebuah senasi dalam diriku seperti merasa sedang berkuasa, sedang dalam posisi yang mengendalikan.

Kulumat batang itu keluar masuk mulutku sambil kuurut dan kuremas batang lehernya kuhisap ujung palkon kang Usep seperti menghisap lolipop.

Sebenarnya aku melakukan ini hanya karena aku ingin ini cepat berakhir dan berlalu. Tapi ... ah ... tidak, sepertinya aku juga sudah terbawa nafsu. Karena tanpa kusadari ternyata aku juga sedang sambil mengocok-ngocok kontolku, bahkan sampai fingering mencolok-colok pantatku sendiri.

Tiba-tiba kang Usep mendorong kepalaku hingga bantang kontolnya itu masuk belusuk dan menyentuh ujung tenggorokanku.

"Akhh!! Uuhhhhkkhh!!"

Sekuat tenaga aku memukul-mukul paha kang Usep karena aku merasa sesak, tapi kang Usep malah semakin mendorong dan kurasakan ujung helm palkon jumbo itu memaksa masuk ke tenggorokanku. Aku langsung mendelik tapi hanya bisa kelojotan sambil memukul-mukul paha kang Usep.

Kutahan nafasku sebisaku dan kubuka rongga mulutku selebar-lebarnya sebagai satu-satunya pertahanan tubuh yang kumampu. Mataku sampai berair dan bola mataku rasanya seperti ditarik ke atas ke dalam kelopak mataku. Gila—perlahan ujung batang kontol itu masuk ke lorong tenggorokanku. Aku benar-benar sedang melakukan deep throat kepada seorang pria.

Kang Usep pun juga nampak melenguh merem-merem menggeram keenakan.

Leherku terasa begitu sesak sampai kuraba di pangkal leher di bawah daguku ada yang tercetak menjendol di sana. Itu adalah kontol kang Usep yang bersarang di tenggorokanku—sungguh edan sekali.

Sekitar satu menitan kang Usep mengentot leherku. Atau kalau di film bokep istilahnya 'thoat fuck'.

"Aakkkhhh ..." kang Usep mendesah panjang dan menarik kontolnya keluar dari leherku tapi masih ditahannya di dalam mulutku.

BLLRRPPP ... CROOTTT ... SRR ... CROOTT ..!!

Aku terkejut bukan main, ternyata kang Usep muncrat-muncrat keluar di dalam mulutku. Semprotan pejunya yang pertama langsung muncrat ke tenggorokanku yang otomatis mau tidak mau tertelan olehku. Kang Usep menahan kepalaku hingga aku tidak bisa meloloskan diri.

Aku pun pasrah.

Gila—baru kali ini aku merasakan peju cowok di dalam mulutku, bau peju menusuk begitu tajam ditambah entah rasa asin kecut pahit entahlah. Sudah hampir satu menitan, terpedo maut kang Usep seperti tidak henti-henti memuncratkan cairan pejunya di mulutku.

Kang Usep menahan rahangku tetap menutup rapat tanpa celah. Hingga aku tidak punya pilihan lain selain menghabiskan peju yang tumpah di mulutku yaitu dengan menelannya.

"gulp ... glek ... glek ... glekk..."

Edan, aku menelan ... eh ... bukan ... tapi meneguk. Ya, meneguk ... berulang kali entah berapa kali, tapi meriam maut itu seperti belum kunjung kehabisan amunisi.

Hingga satu menit itu jadi terasa begitu sangat lama.

Sampai akhirnya erupsi lahar putih dari meriam hitam berurat itu pun mulai reda, denyutannya mulai terasa memelan dan daging keras alot itu pun mulai mengendur.

"Ahh ... ahh ... uuhhhhh..." kang Usep mendengus dan mendesah-desah panjang, pertanda klimaksnya yang sudah berakhir.

Kontol yang akhirnya lungai itu pun keluar dari mulutku yang sudah belepotan cairan putih kental. Bau peju lelaki yang begitu anyir menusuk hidungku dan tidak mau hilang.

"Ahhkh ... uhk ... uuhhukk ... uhuk ... uhuk ... uhuk..." aku langsung terbatuk-batuk. Rasanya aku ingin muntah tapi tidak bisa.

"BANGSAAA—AATHH!!! BAJINGAAANN!!" aku langsung memukul-mukul dada kang Usep, tapi tentu saja tenagaku tidak seberapa.

Pukulanku hanya membal-membal di otot dada dan perutnya yang begitu liat. Kang Usep membiarkanku meninju dan memukulnya sampai aku puas dan kelelahan sendiri. Setelah aku kelelahan ia malah memelukku dan jadilah aku tenggelam dipeluk olehnya.

"Barusan itu ... uhh ... enak banget sayang, kamu hebat sekali. Jujur akang udah lama penasaran banget pengen ngerasain disepongin dan akhirnya barusan akang bisa merasakannya." ucapnya.

Aku diam saja.

Kuambil handuk dan aku pun keluar duluan dari kamar mandi.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang