[108.] Sisterhood Reunion (part - a)

1K 30 11
                                    

Kurasa urusan dan masa laluku dengan Usep Kamariyatna itu benar-benar kini sudah usai.

"Menurut mama, kamu sudah mengambil keputusan yang tepat." kata mamaku.

Aku menoleh memandang mamaku.

"Ya mama sih jujur aja, siapa juga sih orang tua yang mau melihat anaknya diambil sama orang macam begitu!" kata mamaku. "Lelaki tersebut, adalah lelaki yang tidak akan pernah menghargai seorang wanita. Ia hanya akan memandang kamu tidak lebih dari sebagai obyek pemuas nafsu." kata mamaku lagi.

"Mama sebenarnya sakit hati dan miris begitu tahu kamu dulu diperlakukan jadi banci pemuas nafsu. Anak yang mama lahirin direndahkan begitu aja sama laki-laki, gimana perasaan mama? Mama sama papa Udi udah mikir malam itu, kalau kamu pada akhirnya tetap pilih Usep mungkin mama sama papa Udi cuma bisa pasrah. Tapi syukur ternyata kamu mengerti apa kata-kata mama tempo hari."

Mama menyorot soal bagaimana Usep serta merta menyebut diriku dengan sangat cabul sambil pula menyentuh diriku dengan sangat tidak sopan bahkan dengan berani dan sangat terang-terangan di hadapan mama kemarin. Mungkin hal itu juga lah yang membuatku pada akhirnya total ilfeel dengan Usep.

Memang pantas dan benar apa yang dikatakan oleh mamaku. Usep sendiri pun telah merusak impresinya di hadapan kedua orang tuaku. Lelaki tersebut lebih mengedepankan nafsu, ego dan obsesi untuk memiliki. Untung saja aku mendapat kesempatan kedua untuk tidak mengambil keputusan yang salah.


***


Sepasang saudari kembar sedang membereskan barang-barang di kamar mess mereka. Masih ingatkah dengan si kembar Safina dan Safira anaknya tante Ratu? Mereka berdua baru saja mendapat jatah cuti setelah menyelesaikan sebuah job tour modeling bersama PH tempat mereka bekerja.

"Fira, kamu mampir ke rumah tante Ratu dulu ya?" tanya Safina pada saudari kembarnya itu.

"Iya, nanti aku berangkat ke Bandung bareng tante Ratu biar tante ada temen jalan." kata Safira.

"Oke deh. Kita ketemu di Bandung ya kalau gitu. Aku mau langsung ke tempat Rai." kata Safina.

"Ah, dasar, mau kangen-kangenan ya." kata Safira.

"Ixixixixi..." Safina tertawa kecil sambil mengedipkan mata.



Bertepatan dengan tanggal pernikahanku yang sudah tinggal menghitung tanggal, aku senang sekali karena akhirnya Safina dan Safira bisa ikut jadi Bridesmaid ku.

Eh, kalian tau nggak sih bedanya "Bridesmaid" sama "Pagar Ayu"?

Bedanya ya kata yang menggunakan istilah bahasa asing itu berasal dari budaya luar, sedangkan istilah yang satu lagi adalah kearifan lokal. Akan tetapi perbedaan mencolok adalah; "Bridesmaid" mendampingi pengantin mulai dari acara pra-pernikahan hingga sang pengantin naik ke altar pernikahan. Sedangkan "Pagar Ayu" biasanya hanya menggiring pengantin ketika sudah akan menuju altar. Sesuai dengan istilah pada namanya "maid"; Bridesmaid lebih mirip seperti "dayang-dayang" yang melayani tuan puteri (pengantin wanita) sampai ia naik ke altar bersama sang pangeran.

Yang kuminta jadi Bridesmaidku tidak hanya mereka berdua, tapi tentu saja tidak ketinggalan si incess Alexandra Victoria Putri. Anak-anak Pondok Mawar juga nantinya akan jadi Pagar Ayu pada saat hari H.


***


Singkat cerita—Safina pun tiba di Bandung dan ia langsung kusambut di kediamanku. Mamaku ikut menyambut anak itu. Papa Udi sedang tidak ada di rumah karena mengurus pekerjaan di luar.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang