Catatan Kehidupan

1K 32 2
                                    

Akhirnya aku pulang ke Denpasar dan melanjutkan hari-hariku. Sembari mengisi waktu luangku, aku mulai belajar menulis buku dengan tante Hana. Aku pun juga ikut seminar-seminar dan workshop tentang penulisan. Dan akhirnya, aku mulai merancang buku pertamaku. Cerita fiksi tentang putri penunggu curug mistis.

§


Oh iya, Mama dan Papa Udi akhirnya menikah. Aku sangat bahagia sampai mewek di hari pernikahan mereka. Sungguh hari yang juga tidak akan pernah kulupakan. Ketika aku melihat sepasang kekasih berpakaian serba putih itu saling berpelukan dan berciuman begitu lama. Betapa bahagianya rasanya memiliki mereka berdua bersama sekarang. Sekarang mereka berdua tetap tinggal di Bandung.

Satu lagi hal yang membuatku begitu bahagia. Aku percaya kalau aku telah mendapatkan sebuah anugerah dari yang Maha Kuasa.

Aku hamil?

Oh bukan... bukan...

Ada sebuah doaku yang dikabulkan, karena papa Udi akhirnya sembuh total dari penyakit yang dideritanya selama ini—penyakit gangguan dan infeksi pada pembuluh darah otak yang membuatnya terus mengkonsumsi obat untuk mengurangi rasa sakit.

Suatu hari papa Udi menyadari kalau ia tidak pernah lagi merasakan sakit di kepalanya. Dan ia mulai berhenti minum obat-obatnya yang biasa ia konsumsi. Lantas, ia pun memeriksakan kondisinya ke dokter langganan kepercayaannya; Dr. Heri (kalian masih ingat Dokter yang pernah mencoba mengobatiku supaya hormonku kembali jadi hormon lelaki).

Ternyata hasil checkup bahkan scan MRI menunjukkan kondisi pada bagian kepalanya normal dan tidak ada kelainan sedikit pun. Seakan penyakit itu hilang begitu saja.

Saking tidak percaya aku sampai minta Dr. Lisa (eh, padahal dia bukan dokter spesialis saraf). Akhirnya Dr. Lisa memanggil Dr. M yang lebih paham.

Dr. M lantas hanya tertawa-tawa dan bilang kalau itu, mukjizat.

"Tumben pak Dok akhirnya bicara tentang mukjizat. Biasanya penjelasannya selalu scientific." sahut Dr. Lisa.

"Hal yang scientific itu juga kan terjadi atas kuasa pemilik alam semesta." balas Dr. M lagi. "Tapi ... ya kemungkinan juga itu karena ledakan dofamin." sambung Dr. M.

"Ledakan dofamin?" tanyaku.

"Iya, hormon kebahagiaan." kata Dr. M.

"Rasa kebahagiaan yang luar biasa telah membuat papa kamu sembuh. Dofamin membuat produksi sel menjadi dua kali lebih cepat dari biasanya. Jaringan pembuluh darah yang rusak di kepala papa kamu telah meregenerasi dan pulih dengan sendirinya." kata Dr. M.

Tubuh ini memang ajaib. Percaya kah kamu orang bahkan bisa mati hanya karena stress. Bahkan orang juga bisa meningkat imun dari penyakit karena bahagia. Stress berlebih menyebabkan penumpukan racun di liver. Orang bisa meninggal karena hal tersebut. Sebaliknya, bahagia membuat oksitosin, dofamin dan segala hormon kebahagiaan meningkatkan anti-bodi dan mendetoks racun dalam tubuh. Karena itu lah..., 'jangan lupa bahagia'.

Ah, tentu saja bagaimana papa Udi tidak bahagia. Sekarang hidupnya lengkap dengan adanya mama Devi di sisinya. Kudengar malah mamaku sepertinya mau hamil lagi.

§


Aku juga masih rutin mengunjungi Dr. Lisa untuk memeriksakan kondisi tubuhku. Walaupun kondisi tubuhku benar-benar tidak ada hal perlu mendapat perhatian. Secara fisik tubuhku normal sebagai wanita. Hormon di tubuhku subur dan alami. Tapi, aku tetap tidak mungkin bisa hamil karena tidak bisa memproduksi sel telur. Oleh karena itulah aku juga tidak mengalami siklus menstruasi.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang