[16.] Kenikmatan Dini Hari

9.7K 103 9
                                    

Kulihat jam menunjukkan pukul 3 dini hari. Kang Usep langsung mencium-cium leher dan pundakku. Aku menggeliat karena rasa menggelinjang. "Aaaaah..." desahanku. Tubuhku yang masih dalam kondisi setengah tidur tentu saja berada dalam keadaan yang begitu tenang dan rileks. Jadilah rasanya seluruh saraf di tubuhku sensitifnya terasa berlipat ganda.

Tapi, tubuh kang Usep rasanya begitu bau dengan keringat, sepertinya ia belum mandi seharian. Tidak hanya itu saja, mulutnya pun terasa sekali bau alkohol yang begitu tajam bercampur asam-asam bau rokok.

"Aaah ... tuh kan ... akang bauuu ..." kataku.

"Mmmmhhh ... suara kamu ... makin hari makin terdengar manis dan manja." ucap kang Usep sambil mendusel di leherku.

Ah ... sial, malah makin geli makin enak.

Perlahan kain dasterku langsung disibak ke atas, ia lantas melihat dadaku yang langsung terbuka bebas karena tidak berbalut BH.

"Aahhh ... astaga ... dadamu semakin indah saja sayang." bisiknya.

Kulihat bentuk gumpalan dadaku yang begitu semakin berisi, memang belum besar tapi gumpalan itu semakin menampakkan wujudnya, semakin hari terlihat jelas menggunung. Kang Usep berpuas memandang lekuk mulus tubuhku dan sepasang gundukan kecil menggemaskan yang tumbuh di dadaku itu. Aku seperti merasa sudah gila, walaupun di satu sisi aku merasa geli dan risih, tapi anehnya sisi lain dalam diriku justru seperti merasa bangga memiliki aset yang mampu memikat dan membuat lelaki tergila-gila.

"Aah ... tapi akang bau, mandi dulu donk kang, sikat giginya." kataku tapi sambil lemas tak berdaya.

"Uuuh ... tanggung." balas kang Usep.

Dan langsung saja dadaku menjadi sasaran cumbuannya. Begitu kang Usep menyosor menjilati puting susuku aku langsung menggelinjang tanpa perlawanan lagi. Semakin dicumbu, puting susuku semakin keluar hingga tegang mengeras. Semakin pula aku mengerang-ngerang dan semakin hilang kesadaran. Aku tidak menyangka kalau dicumbu di bagian dada sekarang bisa senikmat ini.

Tau-tau kami berdua sudah sama-sama telanjang dan aku sudah berciuman sambil memeluk kang Usep, sampai kurasakan sepertinya ada benda besar yang mengganjal di bagian bawah tubuhku.

"Ah ... kang ... tunggu kang!!"

JLLEBBBB...

"Akkhhh ... akaanng!! pelan-pelan..." aku mendesah setengah menjerit.

Apa yang terjadi selanjutnya, tentu saja aku yang digejrot dan dibonga-bonga.

"Kaang ... pelan-pelan ajaa..."

Akhirnya kang Usep memelankan pompaannya, tapi akibatnya tentu saja, durasi genjotan jadi terasa awet dan lebih lama.

"Segini?" tanya kang Usep.

Aku hanya mengangguk.

Kang Usep memompa dengan tempo lembut sambil mencium dadaku.

Ada teori juga yang mengatakan kalau bercinta di jam dini hari terasa lebih nikmat, karena tubuh benar-benar berada dalam keadaan rileks dan pikiran dalam keadaan tenang. Dan, nampaknya ... sekarang aku sedang merasakannya.

Edan sekali ... sensasi yang kurasakan, tubuhku rasanya menggigil meriang diterjang kenikmatan. Aku tahu ini tidak benar ... apakah sekarang aku sudah benar-benar berubah menjadi pecinta lelaki.

Ahh ... tapi ... persetan laah, aku sudah terlanjur nikmat.

Apalagi sekarang aku benar-benar sudah tidak merasakan sakit sama sekali, jadilah entah bagaimana aku jadi tidak bisa menolak kenikmatan biologis yang juga merupakan kebutuhan dasar tubuhku ini, walaupun bentuk percintaan ini tidak normal tapi saat ini yang penting bisa merasakan nikmat sampai orgasme, setiap disetubuhi orgasme yang tidak hanya sekali tapi bahkan bisa sampai dua tiga kali.

Akhirnya kurasakan sesuatu yang hangat mengalir di dalam sana, kang Usep sudah ejakulasi. Gilanya rasa hangat itu kini seperti menjalar ke seluruh tubuhku dan aku pun sampai ikut orgasme lagi.

Selesai orgasme bersama sampai berkeringat-keringat, aku pun langsung kelelahan dan tertidur.



Hingga akhirnya pagi pun tiba,

Aku kembali membuka mata, kulihat di tirai sudah ada cahaya matahari pagi. Aku memperhatikan sekitar dan betapa terkejutnya kulihat kang Usep yang tidur di dadaku dan tanganku yang memeluk kang Usep tepat di tengah belahan dada mungilku. Gila—menang banyak deh tuh cowok, berasa tidur di surga kali semalam suntuk.

Kang Usep bangun dan tersenyum, kuperhatikan wajah akang-akang ndeso yang sangat tidak good looking itu. Tapi untung saja bodinya bagus. Yaiks—bodi?? kenapa sekarang aku jadi bisa suka sama bodi cowok. Serta merta ia pun menciumku, mengajakku bangun dan langsung menggendongku.

"Kyaaa ... kaang..." aku berteriak tapi apa yang dapat kulakukan, lelaki kekar itu membopong tubuhku dan membawaku ke dalam kamar mandi.

"Kita mandi bareng yuk." katanya.

"Jangan panggil aku sayang!!" ketusku.

"Kita kan suami istri."

"Nggak—kita belum jadi suami istri!" kataku.

"Itu hanya masalah waktu, kita bisa nikah siri koq."

"Enak aja, mahar berapa kamu mo berani melamarku."

"Ooooh, jadi kamu udah siap yaa??"

"Aarrgghhh, nggak, maksudku bukan itu."

"Ah, sudah lah, akui aja kalau kamu sebenarnya juga menyukaiku." kata kang Usep yang lalu menyalakan shower.

Air shower yang terasa suam-suam kuku menghujani tubuh kami berdua. Di bawah pancuran shower, kang Usep kembali menciumku, dengan lembut pada awalnya, tapi lama kelamaan jadi ciuman yang panas juga.

"Ah, udah ah kang! Aku udah lelah." kataku yang mendorong kang Usep.

Tapi ternyata kami berdua sama-sama ereksi. Kontolku yang mungil saja pagi ini pun ereksi, apalagi kang Usep yang bagai meriam bogem maut. Kang Usep hendak maju dan tentu saja ia mau menagih untuk melakukan pengencrotan lagi. Tapi walaupun ereksi, aku sungguh benar-benar sudah tidak kuat kalau harus disetubuhi lagi.

"Astagaa ... kang ... kumohon, aku udah nggak kuat. Kumohon jangan pagi ini." kataku mengiba.

"Hmm ya udah, tapi ... aah akang nggak tenang donk nih."

"Aku kocokin aja ya." kataku.

"Hmm ... isepin aja deh." katanya.

"A—apa?" aku terkejut bukan main. Seumur-umur aku belum pernah menyepong kontol cowok.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang