[85.] Sebuah Perkenalan

2.7K 64 24
                                    

Akhirnya aku menghadiri pesta malam, gala dinner yang diadakan oleh perusahaan papanya Alexandra. Gaun pesta pemberian Alexandra—yang sudah kupaskan tempo hari itu—sudah dikirimkan ke apartemenku beberapa hari sebelum acara dimulai.

Aku berangkat berdua papa Udi menuju lokasi acara.

Ballroom megah di sebuah hotel mewah di tengah kota Jakarta telah disewa untuk menampung dan menggelar acara besar ini. Begitu berada di dalam, rasanya aku seperti bagaikan ada di tengah acara-acara elit, pesta malam para selebritas kalangan atas. Suasana ruangan yang begitu terang benderang diiringi suara musik lounge. Ada beberapa meja stand makanan dan minuman. Ada sebuah panggung kecil, untuk pidato dan seremonial. Dan, tidak ketinggalan ... lantai dansa.

Semua cewek-cewek yang hadir pada malam itu berpakaian gaun satin serba cantik, anggun, seksi dan glamor. Yang pasti mereka semua benar-benar nampak sempurna, glowing, mulus, terawat. Bahkan, cowok-cowoknya juga ganteng, good looking, menarik dan nyaman dipandang. Ada yang berkulit putih, imut khas cowok asia, ada yang berkulit coklat macho maskulin. Yang pasti mereka semua rapih, wangi, dan mereka semua memakai stelan jas pesta mahal. Jelas tidak hanya cewek, cowok-cowok yang kerja di perusahaan ini pun semuanya perawatan tubuh dan penampilan.


Daddy's For Her Little Princess

Alexandra langsung menemuiku begitu aku tiba di dalam.

"Hai Lexa." kusapa anak gadis itu. "Kenalin ini papaku. Papa Yudhistira."

"Malam, om." sapa Alexandra pada papaku sambil menyalaminya.

Papa Udi juga membalas sapaan dan senyuman ramah Alexandra.

Tanpa banyak basa basi anak itu langsung mengajakku dan papa Udi.

"Sini Rai." kata Alexandra.

Aku pun lantas menggandeng papaku, mengikuti Alexandra yang membawa kami ke sebuah pintu yang sengaja dijaga agar tidak sembarang orang lewat di sana. Tetapi penjaga yang di depan pintu tidak mungkin melarang begitu melihat Alexandra.

"Yuk, masuk aja." kata Alexandra. Rupanya pintu itu menuju ke sebuah lorong yang menuju ke podium khusus. Ada seperti sebuah sudut ruang tamu kecil, dengan tempat duduk, sofa-sofa yang terlihat nyaman. Terlihat di sana ada seorang lelaki paruh baya berperawakan tinggi gagah berkulit cerah, tubuhnya nampak masih kekar dan proporsional. Tapi kalau dari segi bodi, papa Udi sepertinya jauh lebih berotot dan berisi. "Papa..!!" Alexandra memanggil, dan lelaki tersebut pun menoleh dan tersenyum. Tanpa malu-malu, gadis itu langsung berlari dan memeluk lelaki yang merupakan ayahnya itu, mencium-cium pipinya berulang kali.

"Hai sayang." katanya pada putrinya itu.

"Pah, kenalin ini, Rai. Teman kuliahku." katanya sambil menunjuk diriku, "dan ... ini om Yudhistira, papanya Rai." ia memperkenalkan papa Udi.

"Oh, hai." sapa om Alex pada papa Udi. Kedua lelaki itu saling berjabat tangan.

"Mari ... silahkan duduk pak Yudhistira dan Rai." sambut om Alex yang mengajak kami untuk duduk di sebuah sofa santai di ruangan tersebut yang posisinya berhadap-hadapan.

Ada seorang butler (pelayan) yang juga khusus berada di sana, ia menyajikan minuman di meja kecil yang ada di depan kami.

Aku duduk di samping papa Udi. Sementara Alexandra malah langsung duduk ke pangkuan ayahnya, tangannya melingkar menopang di pundak ayahnya. Ia tidak malu-malu seperti itu di depan aku dan papa Udi. Papanya pun juga nampak tidak sungkan dengan kelakuan putrinya itu. Di luar, Alexandra yang kukenal terlihat dewasa dan mandiri, tapi begitu di depan ayahnya ia begitu manja seperti anak kecil saja. Ah, benar-benar anak cewek, Daddy's little princess forever.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang