[39.] Sebuah Permintaan

2.9K 69 14
                                    

Malam hari, aku pun siap-siap untuk menyambut kang Usep pulang. Setelah berdandan pak-puk-pak-puk kinclong, kuganti pakaianku dengan baju lingerie seksi berwarna hitam yang kemarin kupesan lewat Ali Babe itu.

Baju tersebut adalah baju malam yang sangat tipis dan tentu saja serba terbuka sana sini, celana g-stringnya pun tidak lebih hanya seutas tali yang menyambung lewat di pantat, bagian depannya bahkan pas-pasan hanya menutup sekuncup ujung kontol mungilku. Kalau aku ngaceng ya udah lompat keluar lah si mungil itu.

Nah—justru itu kan yang seksi. Nampak berpakaian tapi sensasinya lebih merangsang daripada telanjang. Menantang dan menyisakan banyak ruang untuk berimajinasi dan berfantasi.



Suara mobil lantas terdengar baru saja parkir di pekarangan Villa. Ah, kang Usep akhirnya pulang.

Begitu ia masuk ke rumah, aku pun langsung menyambutnya. Hari ini tidak ada penawaran mau mandi dulu, makan dulu, pokoknya malam ini harga mati; LAYANI AKU DULU.

"Kang sayang..." sapaku sambil melepas sleeprobe dan kain penutup tubuh itu pun jatuh memperlihatkan tubuhku yang hanya berbalut lingerie yang serba transparan itu.

Kang Usep terkejut tapi lalu ia tersenyum nakal dengan sambutanku, ia langsung menciumku sambil menggendongku ke ruang tengah.

Di ruang tengah, kami pun cipok-cipokan sambil kuraba-raba pentungan gemes milik Kang Usep, barang kejantanan lelaki itu tau-tau udah ngaceng aja. Maklum lah, lelaki libido banteng, gampang ngacengan. Lihat ketekku kalau pas aku dasteran aja dia udah ngaceng, apalagi kalau aku nyaris telanjang seperti sekarang ini.

Kang Usep lantas menindihku di atas sofa lalu balas menikmati mencium tubuhku dari leher hingga dadaku. "uhhh ... ahh..." aku sendikit mendesah.

Kubiarkan kang Usep puas menikmati wangy tubuhku, sambil aku juga menikmati cumbuannya di dadaku. Aku sangat suka sekali dimainkan di bagian tersebut.

Setelah cukup puas, baru kubalas dengan membalik keadaan. Kali ini kang Usep yang kusuruh duduk manis di sofa, lalu kubuka resletingnya dan kupelorotin celananya. Biarpun ia belum mandi sekalipun, tapi aku tidak peduli, kusepong batang hitam yang tegang keras menjulang itu. Kusedot sambil diselingi kuremas-remas.

"ahh..!!" kang Usep pun mendesah, ia nampak nyaman dengan perlakuanku.

Pria perkasa memang beda, libidonya tinggi dan spermanya sangat subur. beda sekali dengan pria lemah syahwat. Pria perkasa walau lelah bekerja seperti apapun tetapi libidonya tetap saja tinggi, malah semakin menjadi-jadi, seks adalah kenikmatan baginya. Lain halnya dengan pria lemah syahwat, lelah bekerja ya sudah, lelah badan jiwa raga, seks adalah tantangan berat bagi pria semacam itu.

Kurasakan kontol kang Usep semakin keras hingga mengeluarkan tetesan bening—cairan precum lelaki. Tanda-tanda kalau ia sudah memanas dan siap memuncratkan isi amunisinya kapan saja.

Lalu kuhentikan permainanku? Tidak ... permainan yang sebenarnya belum dimulai. Aku hanya tidak akan membiarkan kang Usep mendapatkan nikmatnya begitu cepat. Aku ingin durasi yang lebih lama dan panjang.

"sssttt ... Kang ... aku ... aku ada suatu permintaan malam ini." kataku.

"ah ... apa itu sayang?" kang Usep nampak gelisah karena nikmatnya berhenti di tengah jalan.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang