[46.] Kekacauan Di Pondok Mawar (Part II)

2K 56 9
                                    

Arini mendatangiku di villa, tampangnya benar-benar pucat seperti orang sedang anemia. Aku bertanya ada apa dan awalnya ia masih kebingungan belum bisa menjawab.

"Rai, aku harus membawamu pergi dari sini." kata Arini dengan bibir gemetar.

"Kenapa?? Ada apa??" tanyaku.

"Udah ikut aku cepat!" kata Arini.

"Ada apa ini?? katakan yang sebenarnya mbak!"

"Rai ... ada seseorang yang ... mencari kamu."

"A—apa?? Siapa!?"

"Entahlah, tapi sepertinya bukan orang biasa."

"Di mana orang itu sekarang?"

"Di Pondok Mawar."

"Pondok Mawar??"

"Ya, kang Usep sedang menahan mereka di sana, udah cepat kamu harus ikut aku pergi." kata Arini.

"Kang Usep?? Di Pondok Mawar? Kalo gitu kita harus ke sana sekarang mbak!!" kataku.

"Nggak bisa Rai! Dia itu mencari kamu!"

"Nggak bisa mbak!! Aku nggak mau sampai terjadi apa-apa sama anak-anak Pondok Mawar dan juga kang Usep gara-gara aku!!" kataku.

Pikiranku berkecamuk, siapa yang akhirnya menemukan diriku. Aku tidak pernah terpikir kalau orang tuaku mampu menyewa jasa macam intel atau detektif swasta, mereka bukan orang yang berkecukupan untuk melakukan hal itu.

"Jangan Raya!! Kamu dalam bahaya." kata Arini, ia sampai menyebutkan nama asliku saking paniknya.

"Nggak mau! Justru teman-temanku yang berada dalam bahaya sekarang." kataku.

Aku memaksa untuk ke Pondok Mawar walaupun Arini terus menghalangi. Akibatnya aku pun sampai rebutan kunci motor dari Arini dan akhirnya berhasil kudapatkan.

"Rayaaa ... bodoh kamu Rayaaa!!!" teriak Arini.


***


Sampai di Pondok Mawar—gerbang depan penginapan itu tertutup, ada orang-orang kekar berbaju hitam yang berjaga menghalangi.

"Buka pintunya!" kataku.

"Maaf mbak ... hari ini tutup." kata kedua lelaki tersebut.

"Buka pintunya! Saya Raya!" kataku.

Kedua lelaki tersebut saling menatap bingung. Karena setahu mereka, sosok Raya yang dicari adalah seorang anak lelaki. Tapi akhirnya mereka membukakan pintu juga dan aku pun segera masuk ke pekarangan memarkir motor dan langsung menuju lobby.

Betapa terkejutnya aku ketika melihat keadaan Lobby yang sudah porak poranda. Semua anak buah kang Usep terkapar bonyok babak belur tak berdaya.

"kyaaa—kang Useep!!" aku pun segera berlari dan menghampiri.

"huk—uhuk ... uhuk..." kang Usep terbatuk-batuk.

Aku menatap lelaki tinggi besar yang berkelahi dengan kang Usep itu,

Astaga ... betapa terkejutnya aku!

Aku hampir tidak percaya kalau yang kulihat itu adalah—Paman Yudhistira—lelaki tertua di keluargaku.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang