[27.] Pulang?

2.8K 75 14
                                    

Kang Usep sepertinya sedang punya kesibukan baru, sekarang ia sudah sangat jarang pulang larut malam. Anak-anak Pondok Mawar juga bilang kalau mereka sekarang jarang mendapat client dari kang Usep, jadi mereka kekurangan pemasukan. Dari yang biasanya bisa dapat client gadun-gadun tajir, sekarang hanya om-om pasaran berkantong pas-pasan dan perjaka ting-ting penasaran yang juga dengan duit jajan pas-pasan. Aa Upet, si resepsionis hotel masih kurang handal dalam mencarikan client.

Hari demi hari berlalu dengan rutinitas-rutinitas baru yang perlahan nyaris membuatku melupakan kehidupan lamaku. Sekarang aku sudah seperti seorang wanita yang siap melayani suaminya setiap ia pulang ke rumah.

Malam ini pun seperti biasa aku menyambut kang Usep dengan menyodorkan pilihan;

"Mau makan dulu? Mandi dulu atau ... aku dulu?"

"Kamu dulu." jawab kang Usep yang langsung menggendong tubuhku. Aku pun digemblok depan seperti posisi koala. Ia membawaku ke atas kasur, kukira ia akan langsung menyetubuhiku seperti biasa atau sekedar petting-pettingan sebelum akhirnya mandi bareng. Tetapi kali ini ia hanya ingin dipeluk olehku.

"Kang?"

Ia tidak menjawab.

"Hari yang berat ya?"

Kang Usep lalu memejamkan matanya sejenak. Lalu ia pun tertidur.

Sekitar setengah jam ia tertidur dan lalu kubangunkan.

"Kang, mandi dulu yuk, mandi air hangat biar segar."

Akhirnya ia bangun dan kami pun mandi bersama.

Kumandikan ia dan kukeramasi juga rambutnya yang keriting dan kasar. Sambil aku menggodanya dengan memainkan lebih lama saat menyabuni bagian intimnya. Ia nampak kenikmatan sejenak tapi kemudian ia menghentikan aktifitasku. Gantian ia yang menyabuni tubuhku sambil bermain-main dengan bagian-bagian sensitif di tubuhku tapi tidak sampai membuatku orgasme.

"Neng, akang senang sekali karena sekarang bersama neng Rai rasanya jadi lebih mesra dan hangat." kata kang Usep sambil memelukku. Lelaki bertubuh kekar ini suka sekali menikmati tiduran di belahan dadaku. Ia adalah si hitam buruk rupa berkelakuan pinky hello kity kalau sudah mendusel manja di dadaku.

"Ya sudah, ini juga karena aku nyaman-nyaman aja, dan aku tidak merasa dipaksa untuk melakukan ini." kataku.

"Kenapa kamu sekarang jadi nyaman denganku?" tanya kang Usep.

"Hmm—ga usah Ge Er, aku cuma mewujudkan impianmu aja. Kamu senang kan sekarang kang? Aku sudah jadi sosok wanita seperti keinginanmu?" kataku.

"Hm, begitu?"

"Iya, aku hanya mengikuti permainanmu saja." kataku.

"Oh, begitu."



Malam harinya pun aku kembali digempur di ranjang, tetapi malam ini rasanya sungguh berbeda. Persetubuhan malam ini tidak seperti biasa-biasanya yang heboh begrasak-grusuk sampai membuat tubuhku dibolak-balik kayak pepes.

Percintaan kali ini terasa jauh lebih lembut, perlahan, syahdu dan nyaman. Aku disetubuhi ditindih dengan tidak lepas-lepasnya dipeluk mesra, berciuman tanpa henti, saling bermandi dengan keringat satu sama lain. Rasanya malam ini kami benar-benar bercinta dengan penuh kehangantan. Satu ronde bisa terasa begitu lama, sampai aku tidak sadar sudah berapa kali orgasme karena sudah saking keenakannya. Yang pasti aku mendesah sampai bercucuran air mata karena saking terasa syahdu nikmatnya.

Hingga akhirnya kami pun sama-sama lemas di penghujung malam dini hari, sama-sama kehabisan nafas dan kelelahan. Tubuhku sudah teler mampus tapi hatiku rasanya bahagia bukan main. Malahan aku belum pernah merasa begitu hanyut terbawa perasaan, sampai rasanya aku mau menangis. Bedanya, kalau dulu aku menangis karena sakitnya diperkosa, tapi kali ini justru aku mellow luar biasa karena aku mulai merasa ketakutan kehilangan kang Usep.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang