[107.] Masa Lalu Yang Mengejar (part - b)

963 44 62
                                    

Kehidupanku berlanjut dengan persiapan pernikahanku. Kami sudah memilih gaun dan tema juga lokasi diadakannya pernikahan. Semua sudah sangat sesuai dengan keinginan kami. Bahkan daftar nama undangan pun juga sudah disiapkan hanya tinggal disebar saja. Pada dasarnya kami tidak terlalu pusing dengan pesta pernikahan karena semua sudah ada WO yang akan mengaturnya. Apalagi venue yang kami pesan sudah tersedia pada tanggal yang kami inginkan. Pada intinya, teknis pernikahanku tidak ada masalah.

Hanya satu yang menjadi masalah yaitu problem masa laluku yang sekarang kembali mengejarku.

Reyhan ada di Bandung sekarang dan aku sedang berada di apartemennya bersamanya.

"Apa yang kamu pikirkan sayang?" tanyanya padaku.

"Ah, nggak apa-apa, cuma gugup aja." kataku yang berkilah.

"Hmm, pasti ada sesuatu yang mengganggumu lebih dari itu." kata Rey padaku. Sepertinya ia menyadari kalau aku sedang memikirkan sesuatu karena melihat sikapku yang tidak ceria seperti biasanya.

Awalnya aku tidak mau menceritakan padanya bahwa aku didatangi oleh kang Usep. Tapi, pada akhirnya kuputuskan untuk menceritakannya juga, karena toh aku tidak pernah bisa menyembunyikan apa-apa dari Rey.

Sebenarnya, aku hanya tidak ingin jadi semakin mengungkit masa lalu. Apalagi kalau Rey tahu betapa liar dan binalnya seluruh masa laluku dengan kang Usep. Betapa setiap jengkal tubuhku sudah habis diobrak-abrik kang Usep tidak tersisa sedikit pun. Aku tidak pernah bisa lupa, malam demi malam saat kang Usep menggagahiku, membuatku sampai kelojotan tidak berdaya dan orgasme berulang kali. Tubuhku berulang kali digabrut oleh pejunya. Kalau aku wanita sungguhan mungkin aku sudah hamil.

Aku jadi menangis kalau mengingat seluruh hal tersebut, karena aku jadi merasa sangat tidak pantas untuk Rey. Tapi Rey selalu setia membesarkan perasaanku kembali. Rey selalu membuatku kembali merasa berharga dan pantas. Ia selalu mengatakan kalau semua itu hanya bagian dari masa lalu.

Anything happen in the past, stay in the past.

Tiba-tiba aku mendapatkan panggilan telepon dari papa Udi.

"Halo, kenapa pa? Aku ada di tempat Rey nih." kataku saat menjawab panggilan tersebut.

Rupanya papa Udi memberitahukan padaku kalau ia akan menemui kang Usep. Aku pun terdiam sejenak, tapi akhirnya aku bilang kalau aku juga ingin ikut mendampingi papa.

"Kalau begitu, aku juga ikut." kata Rey.

"Tapi Rey."

"Tidak apa-apa kan? Biar ini semua tuntas sekali untuk selamanya." kata Rey padaku.


***


Singkat cerita, sore itu juga papa Udi, mama, Reyhan, kami semua menunggu di pondok milik papa Udi yang terletak di daerah Lembang. Desta si buttler pribadi papa Udi juga Kawal salah seorang anak buah kepercayaan papa Udi juga turut berada di sana.

Kang Usep beserta rombongannya—bu Sari, kang Isep dan juga istrinya—pun akhirnya datang. 

"Oh, ternyata kebetulan sekali, kita bisa saling ketemu di sini." kata kang Usep sambil melihat ke arah kami semua.

Papa Udi masih terlihat diam dan tenang.

Mama terlihat berusaha menyambut dengan ramah.

Kang Usep mendekat dan memperkenalkan keluarganya.

Namun saat kang Usep bersalaman dengan Reyhan, ia menatap Rey dengan sebuah tatapan yang menyorot nanar layaknya seorang pejantan yang sedang berhadapan dengan jantan lain pesaingnya. Genggaman jabat tangan itu terasa keras sampai menonjolkan urat-urat.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang