[43.] Jadi Heboh

2.4K 66 8
                                    

Akhirnya satu desa Cikawin pun heboh karena kabar kang Usep dan diriku yang akan menghadap ke penghulu. Tante Ratu, Safina, Safira, anak-anak Pondok Mawar, tante Elin, serta gadis-gadis yang pernah upacara mandi di Cisange bersamaku. Termasuk juga aa Sakti, lanang-lanang Cikawin, pak RT, pak kadus, pak Kades, pak Camat, mami mami tukang pijit keliling, tukang urut, dukun beranak, tukang cilok. Ya, pokoknya siapapun semua orang yang mengenal diriku di Cikawin semua jadi heboh.


Di Salon Ratu;

"Edyaaan, si Rai beneran terima pinangan si Usep." kata tante bohai yang punya salon paling kece di Cikawin.

"anjyiirrr!! udah gue dugaaa ..." timpal si janda bening anak satu.

"hiks ... hiks ... Raai ... Fina sedih deh..."

"aah udah lah Pina."

"aah ... diem lu Pira."


Di Pondok Mawar;

"astaganagarabathiin!! ... RAI sama USEP beneran mo KAWIN!!"

"hush..!! NIKAH cun ... NIKAH! Kalo kawin nya mah udah sering!"

"ah gila, terus gue kudu pake baju apa nih ke kondangannya?"

"Eh, kondangannya di mana??"

"Ntu tuh, di Sukarempong."

"anjyay ... rempong banget kudu ke sono ... carter angkot donk."


***


Rencananya pernikahanku tidak akan dilakukan di kampung Cikawin, melainkan di kampung tempat ibunya kang Usep. Kang Usep memang sudah berencana untuk meninggalkan Cikawin karena ia juga sudah punya pekerjaan sebagai pengawas perkebunan. Oleh karena itu setelah kami menikah nanti aku juga akan ikut pindah ke sana.

Tinggal di rumah mertua? Ya nggak apa-apa kan mertuanya juga baik dan ramah.

Saat ini kami masih menentukan tanggal.

Memang acaranya pun tidak direncanakan terlalu heboh.

Sungguh ini semua terlalu aneh jika dipikirkan, tapi aku tidak mau berubah pikiran lagi.


***


Malam ini tidak seperti biasanya. Yang biasanya malam-malam kami sudah dimulai dengan percumbuan dan pergulatan ranjang yang gila dan beronde-ronde tapi malam ini belum ada yang terjadi selain aku dan kang Usep yang hanya berpelukan. Awalnya kami sama-sama terdiam begitu lama, tidak ada yang memulai pembicaraan. Kukira kang Usep sudah tertidur tapi ternyata belum.

"Kang Usep ..." aku membuka suara.

"Apa?"

"Apa yang akang pikirkan waktu memperkosaku dulu?"

"Ah, ya ... Itu ..." kang Usep terdiam sejenak. "Akang, terpaksa melakukannya ..." ucapnya sambil cengengesan.

"Oh—gitu ya, daripada ditolak ya udah ... perkosa aja yaa ... gitu yaa ... hebaat ... mau aku BONDAGE lagi nggak?? Mau yaaa ... hmm!??" kataku dengan wajah ketus sekalian kuremas dan kupelintir dengan kasar kontolnya.

Tau gitu si Maya dulu gue perkosa aja.

"aahhh iyaa—ampuuun ... ampuunn..." jerit kang Usep.

Akhirnya kulepaskan lelaki gagah perkasa itu yang langsung kipas-kipasin kontolnya yang sepertinya nyut-nyutan karena nyaris kukepang.

"Terus ... waktu akhirnya kamu memutuskan untuk membebaskan aku tempo hari itu. Itu karena ... kamu udah bosan ya sama aku?"

Kang Usep menatap serius padaku. "Ya bukan gitu, soalnya kan akang pikir buat apa menahan kamu kalau toh akang memang nggak bisa buat kamu mencintai akang."

"Teruuuss ... kamu baru lepasin aku pas aku udah jadi lelaki setengah wanita nggak jelas gitu yaa??"

"Bu—bukan gituuu, kang akang tanggung jawab, kang kasih ongkos plus akang janji bayarin kamu sampe sembuh ... lagian ... lagian ... itu tuh—salahnya tante Ratu, akang ga tau kalau dia malah nyuntik kamu pake hormon."

"Ah, dasar laki banyak alesannya." kataku sambil membalik badan memunggungi kang Usep.

"Maafin akang deh ... terus ... sekarang kamu maunya gimana?" tanya kang Usep.

"Ya udah ... aku mau koq ... jadi Rai seutuhnya." kataku pelan.

"Maksud kamu?"

"Ya ... aku mau jadi Rai seutuhnya secara lahir batin, fisik dan mental."

"Maksud kamu ... kamu benar-benar ingin menjadi ... wanita?"

Aku jawab dengan mengangguk pelan.

"Kamu sudah memikirkannya dengan matang?"

"Ya udah, kalau nggak buat apa kita menikah? Emang kamu mau punya pasangan setengah lelaki setengah wanita?" kataku.

"Ya ... kalau memang kamu sudah siap," kata-kata kang Usep terpotong olehku.

"Aku mau ... jadi perempuan ... aku bersedia untuk ..." kata-kataku terhenti sejenak, tersangkut di tenggorokan karena sebuah rasa sesak yang akan segera meluap keluar dari dadaku. "Aku bersedia untuk ... operasi kelamin ..." kataku sambil menitikkan air mata.

Kang Usep terdiam mendengarnya.

"Asal, akang janji nggak akan meninggalkanku seumur hidup?"

"Tentu saja."

"Bener? Nanti setelah itu kan aku nggak punya siapa-siapa lagi, selain kang Usep dan semua yang kumiliki di tempat ini." kataku dengan suara yang serak oleh tangis yang kutahan.

Kang Usep langsung mendekat dan membalikkan tubuhku, dan terlihatlah wajahku yang sudah berlinang air mata. "Aku janji nggak akan pernah ninggalin kamu." ucap kang Usep. Lalu ia langsung mencium bibirku dan merangkul tubuhku dengan erat.

Ciuman hangat itu pun langsung berubah jadi cipokan yang panas dan bergairah. Aku pun tak memberi jeda pada setiap pagutan dan lumatan yang menghisap bibirku. Kurasakan ada yang panjang keras-keras alot menyundul-nyundul di perutku.

"Buset ... udah ngaceng lagi aja tuh barang." kataku dalam hati.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang