[87.] Tahun Terkahir Perkuliahan

1.1K 50 8
                                    

Hari ini aku menghadiri sebuah acara pesta kelulusan bagi para Wisudawan dan Wisudawati di sebuah gala dinner mewah di hotel berbintang di tengah kota.

Aku yang diwisuda?? Eh ... bukan. Ahahaha—, yang diwisuda tentu saja adalah angkatanku.

Bagaimana denganku? Oh aku belum bisa diwisuda tahun ini. Kalau semua kuliahku selesai dan tidak ada lagi yang harus mengulang, fix aku akan menyusul tahun depan. Aku bakal wisuda bareng dengan angkatannya Alexandra.

Begitu pula dengan Erwin, dia sama terlambatnya denganku. Ia pun juga tidak diwisuda tahun ini karena mata kuliahnya yang harus mengulang juga tidak kalah banyak denganku.

Omong-omong soal Erwin, ia sudah terlihat banyak berubah. Rupanya sekarang ia jauh lebih rapih dan bersih. Rambutnya tidak lagi acak-acakan, gaya berpakaiannya juga lebih elegan. Aku tidak menyangka, sekarang ia peduli dengan penampilan. Dan satu lagi, ia juga menurunkan berat badan. Sekarang ia jadi terlihat lebih proporsional dan terlihat lebih jauh bugar. Tentu saja itu membuatnya benar-benar berbeda dan jadi terlihat lebih menarik.

Sementara Maya—kulihat ia tidak ada di antara para wisudawati yang ada di sana. Aku memang belum pernah lagi mendengar kabar Maya semenjak terakhir dia mengambil cuti akademik pasca insiden keguguran kandungannya kemarin. Aku juga belum pernah lagi menghubungi Maya. Ah, aku terlalu sibuk dengan kehidupanku sendiri.



Malam puncak acara adalah pesta dansa slow dance. Aku dan Alexandra memakai gaun pesta malam. Aku memakai slit dress terusan warna biru terang dan Alexandra warna pink. Erwin juga hadir di sana, memakai stelan jas.

Para lulusan memakai dress code tuxedo dan dress merah.

Aku berdansa sebentar dengan Alexandra, hingga kemudian kulihat Erwin yang seperti biasa seorang diri di pojokan. Ah, payah si Erwin, padahal banyak adik-adik kelas yang bisa diajak berdansa. Tapi emang dasar si Erwin masih juga minder. Ya bisa dimaklumi lah, namanya juga tidak terbiasa mendekati lawan jenis. Lalu, kulihat sepertinya ia akan pulang meninggalkan acara. Aku pun lantas menyudahi dansaku dengan Alexandra.

"Eh, mau ke mana Rai? Udah mau pulang?" tanya Alexandra.

"Hehehe, aku ajak temanku itu dansa sebentar ya." kataku.

"Oh." Alexandra pun lantas tersenyum kecil sambil cekikikan.

Kuhampiri Erwin dan kutarik tangannya.

"Ayo Win, sekali-sekali, kita dansa berdua." kataku.

Erwin sedikit kikuk dan terkejut karena ajakanku, tapi ... ternyata ia tidak menolaknya. Ia menurut saja kutarik ke tengah lantai dansa yang dipenuhi orang-orang satu angkatan kami.

Apakah mereka melihat kami aneh? Ah, siapa peduli. Lagipula, orang-orang yang dulu bergaul dengan Tampan sekarang sudah tidak ada lagi pengaruhnya. Terlebih lagi setelah berita heboh tumbangnya si Tampan dengan sangat memalukan, semua orang jadi menyegani diriku.

"Koq gugup sih Win. Santai aja, peluk aja gue ... yang mesra donk." kataku.

"Eh ... ii—iya ..." balas Erwin yang melingkarkan tangannya di pinggangku dengan canggung.

"Hahahaha, malu ya. Soalnya kan lu udah tau gimana gue aslinya cowok." kataku.

"Ah elu Raya..." kata Erwin. "Eh, sekarang ... semua udah benar-benar berubah ya."

Aku hanya tertawa kecil, lalu kulingkarkan tanganku merangkul di bahu Erwin. Kemudian, dengan perlahan ... Erwin pun turut menarikku hingga akhirnya tubuh kami berdua pun sama-sama mendekat. Aku sengaja semakin merapatkan tubuhku sampai dadaku terasa menempel erat dengan dada Erwin.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang