[80.] Femme Fatale

2K 61 14
                                    

"You don't need to send a man to do a woman's job."—Gisele Yashar.

¤ ¤ ¤

Kita kembali dulu—flashback ke beberapa hari sebelum party;

Sebenarnya aku sudah punya sebuah rencana, untuk memberikan kejutan buat si Tampan. Aku langsung menelepon Desta untuk membantuku mencarikan satu orang. Orang tersebut akan kuminta untuk membuntuti si Cibeng, anak yang mendedikasikan dirinya sebagai Aspri setianya si Tampan itu bagaikan buku agenda berjalan. Kapan, di mana, dan ke mana pun kegiatan aktivitas Tampan di luar, semua diorganisir oleh si cowok bertubuh bantet itu.

Yang aku tahu, tempo hari Tampan bilang bahwa ia akan mengadakan sebuah pesta. Seperti biasa, namanya juga pangeran penggila pesta. Aku ingin mencari informasi lebih lanjut mengenai pesta yang akan diadakannya. Karena, aku memang punya sebuah rencana untuk memberinya kejutan di sana.

Langkah berikutnya adalah, aku juga harus meminta bantuan Eno. Masih ingat siapa dirinya? Dia adalah anak kampus yang punya skill hacking. Aku memintanya untuk meretas HP nya si Cibeng, dan ia berkata kalau ia mampu melakukannya. Ia bersedia membantuku. Ia mempersiapkan sebuah program jenis worm yang bisa membuka 'backdoor' untuk meretas masuk dan mendapatkan seluruh isi HP Cibeng. Masalahnya, ia perlu memasukkan virus tersebut ke dalam HP Cibeng. Lantas, bagaimana cara agar bisa mendekati Cibeng dan mendapatkan ponselnya?

Itu mudah saja. Urusan mengelabui dan memperdaya lelaki? Itu bukan tugas lelaki. Itu adalah tugas, wanita. Seperti kata-kata yang sangat kusuka, kukutip dari sebuah film yang sangat kugemari; "You don't need to send a man to do a woman's job."

Ketika Cibeng sedang mengunjungi kantor PH Nafsu Lelaki, aku meminta tolong Safina dan Safira agar bisa mendekati dan memperdayai Cibeng. Bukan hal yang sulit bagi kedua gadis tersebut untuk memperdaya lelaki macam Cibeng. Dengan sangat mudahnya mereka bisa mengambil ponsel Cibeng, kemudian mengeksekusi metode yang ditunjukkan oleh Eno. Virus worm buatan Eno tersebut berhasil menjangkiti ponsel Cibeng tanpa disadari oleh pemiliknya. Seluruh informasi tentang kegiatan si Tampan pun dalam sekejap langsung kudapatkan.

Ternyata, seperti dugaanku. Tampan telah mengubah jadwal dan lokasi pesta tersebut diadakan, ia memesan sebuah Residence Penthouse yang berlokasi di daerah pinggiran kota Jakarta Utara. Tempat yang sangat mewah sekelas President Suite, ruangan dengan privasi VVIP, dinding kedap suara, kaca anti peluru. Apapun yang terjadi di dalam sana, tidak akan diketahui oleh dunia luar.

Lelaki tersebut akan termakan jebakanku. Lokasi pesta yang tadinya adalah sarang nikmatnya akan segera berbalik menjadi tempat yang akan menjadi kurungan nestapanya sendiri.

Jangan remehkan wanita, karena wanita bisa jadi makhluk yang sangat berbahaya. Ketika ia sudah memadukan kecantikan, keseksian dan kecerdasannya, ia mampu menjadi sosok yang ... tidak hanya manipulatif—intinya adalah sosok yang berbahaya.

Sekarang, aku tinggal menyusun rencana selanjutnya untuk menyusupi pesta si Tampan. Aku meminta Kawal untuk mengumpulkan beberapa orang lagi untuk mendukung aksiku yang selanjutnya.

Masih ada waktu sebelum akhir pekan. Ah, jadwalku padat sekali.

Selagi Kawal mengumpulkan orang-orang yang kuminta tersebut, aku perlu untuk mengunjungi ... beberapa orang teman lama. Aku membuka HPku untuk menghubungi seseorang. Sudah lama sekali aku tidak berkunjung ke sana, bahkan kemarin pun sewaktu aku ke Cianjur untuk mencari kang Usep, aku malah tidak jadi mampir ke sana.

§


Janda muda anak satu itu terdengar senang bukan main ketika mendengar bahwa aku akan mendatangi dirinya. Setelah obrolan singkatku dengan Arini, aku langsung siap-siap untuk berangkat ke puncak.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang