[28.] Short Phone Call

2.6K 55 8
                                    

Aku sudah menyingkronkan phonebook ku dengan akun Gugel, nomor-nomor yang pernah ku-save langsung otomatis terunduh ke ponsel baruku. Untungnya aku juga pernah menyimpan beberapa foto-foto di cloud server, jadi meskipun HP lama ku rusak se-memorinya tapi foto-foto yang pernah ku upload tidak hilang. Kecanggihan teknologi internet.

Ada foto diriku, foto Raya si cowok cupu, lesu dan membosankan, tidak menarik dan tidak punya style sama sekali. Foto tersebut langsung kupakai jadi background desktop di layar HP ku. Cowok cupu itu biar bagaimanapun juga adalah diriku yang sesungguhnya, aku dilahirkan sebagai si anak cupu itu dan aku tidak pernah menyesalinya.

Sekalian saja kalau ada yang tanya aku bilang kalau itu mantan cowokku. Mantan (wujud) cowokku ... hiks ... kenapa aku dulu begitu cupu.

Tidak hanya phonebook yang ter-sinkronasi, akun Chat Wasap ku yang juga masih aktif pun ikut ter-sinkronasi. Bejibun chat yang tidak terbaca berderet terutama dari grup kampus. Ada chat personal dari Erwin dan juga ... Maya—chat yang sudah mengendap dikirim dari dua bulan yang lalu. Ah, tapi bukan itu yang jadi prioritasku sekarang, jadi aku kuabaikan dulu chat-chat tersebut, belum ada yang kubuka satupun.

Lanjut, kucari nomor ibuku.

klik—nomor itu muncul di layar. Kutekan tombol panggil di layar sentuh.

Tuuut ... tuuut ... suara nada panggil.


"Halo ..." suara mama terdengar menjawab di seberang sana.

"Halo ... mama?"

"Eh, ini siapa?"

"Ma, ini Raya."

"Raya!!?? Yang benar? Jangan bohong kamu."

"Iya, ini aku Raya."

"Raya! Kamu ke mana aja? Dua bulan lebih kamu menghilang nggak bisa dihubungi!? Kita semua kebingungan ga ada kabar dari kamu!" sahut mamaku.

"HP ku yang lama ... rusak, ceritanya panjang ma."

"Raya?? Jadi benar ini kamu? Di mana kamu Raya? Apa yang terjadi??"

"Hmm—aku ... Ma, aku cuma mau bilang, kalau aku ... aku baik-baik aja."

"Tapi, di mana kamu sekarang Raya?"

"Aku, di ... hmm—, Ma, saat ini aku belum bisa bilang, tapi aku yakinkan kalau aku baik-baik aja. Yang pasti, suatu hari aku pasti akan pulang." jujur saja aku bingung menjelaskan keadaanku sekarang.

"Raya, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya mamaku.

"Siapa itu ma?" suara papaku terdengar.

"Ini Raya pah."

"Apa? Raya??"

Papaku langsung mengambil alih telepon, atau sepertinya mereka menggunakan loudspeaker.

"Raya!? Di mana kamu!?" tanya papaku.

"Aku di—" belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku.

"Raya?? Kenapa suara kamu jadi aneh gitu?"

Aneh? Astaga ... aku baru menyadari ... saking terbiasa bicara dengan suara wanita, sekarang aku bahkan kesusahan untuk kembali ke suara asliku.

"Ehm ... anu—hmm, aku, cuma abis batuk." kataku mengarang.

"Raya!? Kamu terlibat apa sih? Kamu terlibat narkoba?? Atau kamu ikut-ikutan aliran-aliran yang aneh-aneh apa gimana?? Kamu ikut Gapatar? Gerakan Sunda Merdeka? United Jawa Kingdom? Papua Empire?"

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang