[44.] B.B.C (Big Black Car) bukan Big Black Co**[isi sendiri lah]

2.6K 67 15
                                    

Tiga mobil SUV lokal dan satu mobil jenis Jeep import keluaran USA—semua mobil berwarna hitam tersebut parkir di depan Pondok Mawar. Semua orang turun dari mobil dan seketika lobby Pondok Mawar langsung dipenuhi lelaki-lelaki bertubuh besar kekar yang berpakaian nuansa serba hitam. Terlihat ada yang berkaus ketat lapis jaket hitam dan berkaca mata hitam, yang lainnya ada yang cuma pakai tanktop. Lengan-lengan mereka nampak begitu berotot, jelas terlihat mereka adalah lelaki-lelaki dengan tubuh fit dan terlatih. Beberapa dari mereka langsung menyebar ke sekeliling hotel. Dua orang menutup gerbang hotel.

Ada beberapa tetamu yang hendak masuk langsung langsung dihalangi dan dibilang kalau Pondok Mawar tutup.

Satu lelaki paruh baya di antara mereka dengan perawakannya yang masih terlihat gagah. Tubuhnya tinggi tegap, mengenakan jas dan kemeja santai yang dibiarkan terbuka kancingnya, terlihat belahan otot dadanya yang kencang dan terlatih. Nampak jelas ia adalah bos yang menjadi pemimpin di antara para rombongan tersebut.

"Ada tamu lain yang masih ada di kamar?" tanya lelaki tersebut.

"Nggak ada bos ... hari ini ... lagi sepi." kata Upet dengan polos dan ketakutan. Ia berpikir apakah mereka semua adalah intel. Jangan-jangan penginapannya di-grebek atau entah bagaimana.

"Semua kamar di sini kosong?" tanya lelaki itu lagi.

"I—Iya ... bos ... tt—tapi ... cuma ada cewek-cewek di Bungalow C, kamar paling ujung ... tapi mereka kerja di sini juga." balas Upet.

"Cewek??"

"I—Iya bos."

"Baik, suruh mereka semua keluar!"

"Bb—baik bos."

"Mana BOS kamu?? Panggil dia suruh kemari!"

"Siap bos."

Upet pun langsung menghubungi kang Usep.

Kang Usep yang menjawab telepon langsung kebingungan karena Upet meneleponnya sambil ketakutan tergagap-gagap.


***


Singkatnya Usep pun langsung meluncur ke Pondok Mawar. Sesampainya di sana ia pun kaget dan bingung, kondisi Pondok Mawar sedang seperti baru digrebek saja, padahal selama ini penginapan tersebut tidak pernah mendapat masalah.

Terlihat Upet yang berdiri di pojokan Lobby, menggigil ketakutan seperti sudah mau ngompol. Staff dan bartender bekerja di Pub Disco Itik pun dikumpulkan di Lobby, termasuk Monik, Manda, Bella, Felin dan Evi juga sudah duduk bersama dalam satu meja kursi yang ada di Lobby. Semua hanya bisa terdiam.

"Selamat siang bos, hehehe ... saya Usep ... yang bertanggung jawab di sini ... kira-kira ... apa ada yang bisa kami bantu?" sapa kang Usep.

Lelaki berjas yang dipanggil 'bos' itu pun menyahut.

"Saya sedang mencari seseorang, saya tau dia ada di tempat ini. Tapi ... saya lihat, dia tidak ada di antara orang-orang ini." kata bos tersebut sambil menunjuk ke Upet dan semua orang yang ada di sana.

"Hm ... maaf, kira-kira siapa yang bos cari?"

"Saya yakin di sini ada yang namanya—RAYA."

R A Y A !?

Semua orang pun terkejut.

Upet, dan semua anak-anak pondok Mawar juga bartender Pub Disco Itik pun terdiam, semua saling menatap ketakutan ke arah kang Usep.

Keadaan beralih mulai menegangkan, tetapi kang Usep tetap berusaha tenang.

"Maaf, tapi sepertinya yang bos cari tidak ada di tempat ini."

"Jangan bohong, saya bukan orang biasa-biasa, saya sudah lama mengawasi yang terjadi di tempat ini. Kalau mau saya bisa bubarkan tempat ini, tapi bukan itu tujuan saya!" ucap lelaki tersebut.

"Saya perjelas sekali lagi!!" ucap lelaki misterius itu dengan nada tegas dan suaranya yang berat. "Saya mau—Raya Ekadewa!!"

Semua orang pun nampak gugup. Monik, Manda, Bella, Felin dan Evi tidak dapat menyembunyikan ekspresi kepanikan mereka. Kang Usep pun tidak mampu menahan keringat dinginnya yang mulai menetes di keningnya. Semua orang bertanya-tanya siapa gerangan orang yang mencari dan menyebut nama Raya ini.

"Maaf, tapi sungguh di tempat ini tidak ada yang namanya Raya. Mungkin bos salah tempat." kata kang Usep yang tetap berusaha tenang.

"Saya tidak ingin bertele-tele, lebih cepat lebih baik, saya tidak akan menuntut macam-macam, cukup serahkan Raya saja sekarang." ucap lelaki tersebut dengan suara dingin yang nampak terlihat bahwa ia sudah mulai kehilangan kesabaran.

Kang Usep pun mulai gelagapan, ia berusaha berpikir cepat untuk mencari solusi.

"hehehe—mohon maaf sebelumnya bos ... lebih baik bos tenang dulu, santai, bagaimana kalau kita duduk-duduk dulu, kita minum-minum sambil bicara baik-baik. Kami bisa berikan pelayanan yang terbaik beserta plus-plus-plus buat para mas-mas ganteng dan bos juga pastinya saya sediakan yang paling spesial." kata kang Usep sambil cengar cengir khas kang Villa.

"Iya bos ganteng ... yuuk—kita temenin duduk-duduk sambil ngobrol dulu biar santay dan santuy." rayu Monik dengan suara manjanya.

"hu-uh ... hu-uh ... ayuukk ..." anak-anak Pondok Mawar yang lain pun ikut melayangkan rayuan khasnya.

BHUUUUUKKKK!!!!

"UHUUUUCCKKK!!"

Tiba-tiba tanpa tegeng aling-aling sebuah tinju melayang kencang dan cepat ke perut kang Usep yang membuatnya seketika terbatuk-batuk sambil memegangi perutnya. Kang Usep terkejut dengan serangan barusan, pukulan itu cukup telak, tepat di ulu hati, membuat kang Usep sesak nafas sesaat. Pukulan itu terasa cukup keras bahkan untuk ukuran body kang Usep yang terbilang juga masih fit dan kekar.

"kyaaaaa!!—kyaaa!!—kyaaa!!" semua anak-anak Pondok Mawar spontan menjerit teriak-teriak histeris.

"DIAAM KALIAN SEMUA!!" bentak lelaki tersebut dengan suara yang begitu berat dan keras.

Monik dan yang lainnya pun menggigil ketakutan sementara Upet akhirnya terngompol-ngompol saking ketakutannya.

"Dengarkan baik-baik!! Saya tidak mau basa basi panjang lebar!" kata lelaki itu sambil melepas kaca mata hitamnya. "Katakan saja pada saya DI MANA RAYA!!" ketus lelaki tersebut.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang