[79.] Crazy Party

1.8K 61 29
                                    

Tampan mengadakan private party-nya di sebuah penthouse mewah di bilangan daerah Jakarta Utara. Kondisi penthouse tersebut sudah dicek berulang kali. Aman, tidak ada sesuatu yang terasa mencurigakan. Semua pengawal si Tampan juga sudah ada di sana. Lagipula juga hanya beberapa teman-teman terdekatnya saja yang sudah sangat dipercaya olehnya yang diundang ke acara tersebut.

"ha-ha-ha, aman kan Beng?" kata Tampan pada Cibeng.

"Lu beneran takut sama si ... Raya?" kata Cibeng pelan. Ia hanya berceletuk saja.

Tampan langsung melotot, "GHUA KHAGAK THAKUT SAMA ITHU BANCHIII!!" ia membentak menghardik si Cibeng dengan suara lelaki yang berat dan galak menggelegar di depan wajah Cibeng. Sampai iler ilernya juga ikut muncrhat.

Walaupun kenyataannya, beberapa hari ini Tampan memang sangat takut dengan ancaman Raya tentang ... ya kalian tahu lah. Ia selalu paranoid kalau mendadak ada seseorang di belakangnya yang tiba-tiba membiusnya seperti yang Raya katakan. Bahkan untuk masuk mobil saja ia menyuruh pengawalnya terlebih dahulu yang masuk, kemudian menyalakan mesin mobil dan memastikan mobil benar-benar aman. Rasanya ia sudah memiliki pengamanan bak kualitas Paspampres.

Satu per satu teman-temannya Tampan pun datang, cewek-cewek, cowok-cowok. Seperti biasa pesta gila yang sangat meriah itu diramaikan oleh gadis-gadis setengah telanjang berpakaian lingerie, bikini, bahkan ada yang topless hanya menutup puting payudaranya dengan nipple tip saja. Dan tentu saja tidak ketinggalan ... minuman-minuman beralkohol yang berderet di atas meja. Tidak lengkap sebuah pesta kalau tanpa mabuk-mabukan.

Semakin malam, musik semakin meriah, suasana pesta juga semakin euforia. Botol demi botol ditenggak habis. Beberapa orang nampak sudah mulai teler. Tidak ada yang aneh, pesta itu berjalan seperti biasa. Gila dan liar.



Tiba-tiba di tengah pesta, ada lima orang wanita yang menyita perhatian Tampan. Tiga orang memakai lingerie transparan dan celana g-string. Dua lainnya yang berpayudara paling berisi dan paling montok memakai atasan model bralette dan bawahan celana micropants yang sangat ketat sampai menyeplak "camel toe". Kedua bola mata si Tampan tak bisa lepas dari memandangi kemolekan dan keindahan aset-aset tubuh kelima wanita tersebut. Entah kenapa, kelima wanita tersebut nampak terlihat yang paling menarik di antara semua wanita lainnya yang ada di pesta tersebut.

Kelima wanita itu juga sepertinya sengaja menggoda si Tampan, mereka nampak menyambut tatapan mata jalang si Tampan. Mereka justru semakin sengaja memperlihatkan diri mereka, menari-nari dengan gaya yang sangat seksi. Gerakan-gerakan meliuk-liukkan dari tubuh-tubuh nan elok, mulus, bening terang. Sebuah kata 'merangsang' saja tidak cukup untuk mendeskripsikan kemolekan cara mereka meliuk berdansa menggoda. Gerakan mereka begitu gemulai, erotis. Terlihat sedang meraba, meremas, dan seakan sedang memainkan bagian intim dan spot-spot sensitif di tubuh mereka, istilahnya 'teasing-teasing'. Bahkan, disertai sedikit adegan-adegan lesbi.

Bukan hanya sekedar memikat, menggoda, tapi ... lebih dari kata menantang bagi visual lelaki pastinya.

Tampan pun seakan terbius, melongo dan terpana melihat aksi erotis mereka.

"Waah, ini mantap banget Beng!" kata Tampan pada Cibeng.

"Hei, tapi ... sepertinya gue nggak inget kalau pernah mengundang mereka." kata Cibeng.

"Aaaah, siapa peduli! yang kayak gini nih, mantap." kata Tampan. "Panggil mereka kemari!"

Cibeng pun mendekati kelima wanita seksi tersebut dan membawa mereka kepada si Tampan.

Seorang wanita yang bertubuh paling montok, padat, nikmat—langsung serta merta mendekati Tampan. Serta merta ia meletakkan pantat montoknya ke atas pangkuan si Tampan. "Uwwoooh!" Tampan menjerit di dalam hati. Begitu pula dengan barang kelelakiannya yang ada di balik celananya, turut menjerit, membuat celananya seketika terasa menyempit.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang