[24.] Mandi Dulu Makan Dulu atau Aku Dulu

4.2K 73 13
                                    

"Mau yang mana dulu? mandi dulu, makan dulu ... atau ... aku dulu?" aku memang sengaja ingin menggoda kang Usep. Nafsu birahiku entah kenapa justru semakin bergejolak setelah masturbasi tadi siang. Kami pun saling bertatap-tatapan. Dug ... dug ... dug ... jantung rasanya berdegup-degup.

Langsung tiba-tiba tanpa babibu, aku digendongnya.

"Kita mandi bareng." kata kang Usep sambil menggendongku masuk ke kamar mandi.

"Tapi ... aku udah mandi kang..."

"Hm ... besok-besok kamu harusnya tunggu aku pulang dulu." katanya.

Cshshhhh ... tiba-tiba air di pancuran sudah dinyalakan padahal kami masih berpakaian utuh.

"Astaga ... ya ampuun, bisa-bisa aku pilek donk nih." kataku.

Tapi bibirku langsung disumpal dengan cipokan. Selama beberapa menit kami menikmati decap decup pertukaran liur di bawah shower sampai tubuh sudah basah kuyup lepek sebaju. Kang Usep memasukkan tangannya ke balik kain dasterku meraba-raba toketku. Aku pun juga tidak mau kalah, kuraba dan kuremas-remas sosis jumbo yang ada di bawah sana.

Nafsu shahwat pun mendidih, dan tanpa bicara apapun lagi kami langsung saling menelanjangi saat itu juga. "Aaaahhh! Astagaa~~" Gila! Kang Usep pun ternyata juga langsung birahi tegangan tinggi, aku langsung digas spontan di bawah shower.

"Ah~ah~ah ... kyaa~~" aku pasrah melenguh mendesah-desah digenjot dengan wajahku yang berada di bawah guyuran shower. Permainan itu berlangsung sekitar 15 menit saja sampai kami sama-sama orgasme dan lemas terjembab di bathtub. Lalu kami pun berciuman pada saat pelemasan.

"Hmm ... sisanya lanjut nanti." kata kang Usep.

"Ya ampuuun..." kataku. Tapi jujur saja, aku masih kuat! Dan pastinya nanti malam aku akan menagih lagi.

Aku lantas memandikan kang Usep, kugosok bersih-bersih seluruh tubuhnya. Kesempatan, kucukur juga bulu ketek dan bulu jembutnya.

"Ah, kenapa dicukur?" kata kang Usep.

"Akang tuh kan jelek dan bau, biar keteknya lebih wangi. Nanti seminggu sekali aku gosokin lulur ya badannya."

"Ah, lulur? kayak cewek aja."

"Eh, jangan salah, bukan gitu, soalnya ... yaa akang kan ... JELEK, BURIK, setidaknya jadi lebih cerah kinclong gitu lah, biar hitam tapi manis bersih kan jadi lebih nyaman." kataku.

Tiba-tiba ia memegangi kedua tanganku sambil menatapku dalam-dalam.

Kami pun terdiam sejenak.

"Rai Ekadewi..."

Rasanya aneh ketika dipanggil dengan nama panjang itu. Nama yang sebenarnya bukan milikku karena aku tidak pernah terlahir dengan nama itu. Tapi entahlah, aku seperti merasa nama itu memiliki makna tersendiri buatku.

"Kenapa?"

Ia merangkul pinggangku minta dipeluk olehku, jadi lah kupeluk ia di dadaku.

Dulu aku begitu jijik disentuh lelaki tentu saja karena aku adalah cowok normal, tapi sekarang perasaanku sudah berbeda.

Awalnya aku juga begitu membenci lelaki ini, apalagi kalau mengingat dia sudah memperkosaku dan merusak harga diriku sebagai manusia terutama sebagai lelaki. Tapi, lelaki yang berada di dalam pelukanku ini sudah tidak lagi kulihat sebagai seorang maniak seperti ketika kesan pertama kali aku melihatnya. Ia hanya seorang lelaki biasa yang merasa damai dalam pelukan pasangannya.

Sisi lain dari Rai seperti telah merubah pola pikirku. Aku juga pernah berada dalam posisi kang Usep, aku juga pernah menjadi seorang lelaki yang punya keinginan sederhana untuk memiliki seorang pasangan hidup. Tapi bedanya aku tidak pernah berbuat nekat memperkosa anak orang.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang