[75.] Batasan dan Pilihan

1.6K 60 4
                                    

Keesokan paginya,

Selesai sarapan Alexandra malah menantangku untuk mandi bareng? Walaupun aku terbiasa mandi bareng dengan wanita, tapi entah kenapa aku malu juga diajak mandi bareng sama Alexandra.

"Nggak ah, nanti lama." kataku berkilah.

"Lama? Emang kita mau ngapain? Justru lebih cepet lah, kan saling bantuin gosokin." katanya padaku.

"Ah, nggak deh." kataku. "Udah, kamu duluan aja sana."

"Kenapa?" katanya padaku. "Kamu takut? Sama aku??" ucapnya.

Apa yang terjadi selanjutnya—perlahan Alexandra menarik baju atasannya, di hadapanku. Kain baju itu tertarik ke atas, memperlihatkan perutnya yang mulus dan rata terbentuk dengan garis-garis lekukan abs line nya. Ia melepas bajunya dan memperlihatkan tubuhnya yang hanya memakai Bra bahan tanpa kawat seperti model bikini top. Ukuran payudaranya memang tidak besar, tapi tetap bulat munjung, ukuran Cup B yang menggemaskan. Btw, masih lebih besar payudaraku sih.

Aku terdiam dengan perasaan yang tidak dapat kujelaskan.

Kemudian ia menurunkan celana hotpantsnya, juga dengan perlahan. Aku dapat melihat celana dalamnya, seksi, sangat teramat tipis transparan, benar-benar tembus pandang. Bahkan bibir vaginanya terlihat dengan sangat jelas, mulus tanpa rambut sehelai pun. Ia berjalan mendekat padaku, dan aku malah terdiam seperti terhipnotis saja. Gadis bertubuh mungil itu memutari diriku kemudian menempelkan tubuhnya di punggungku, memelukku dari belakang.

Tangannya lalu meraba masuk ke dalam kain baju tidur yang kukenakan. Kurasakan telapak tangannya yang halus dan jemari lentiknya menelusuri kulit tubuhku. Ia merabaku dari perut, pinggang, hingga ke payudaraku, dan ia ... menggenggamnya. Lebih tepatnya ia meremasnya!

Remasan lembutnya membuatku merasakan sebuah getaran yang membangkitkan saraf-saraf sensitif yang ada di sana. Ditandai dengan sebuah bulat kecil di puncak gunung kembar tersebut yang mengeras dan mencuat.

"ah," aku menahan desahan. Entah Alexandra memang sengaja menggodaku atau tidak, tapi, jujur saja sentuhan seperti itu tetap saja mendatangkan sebuah getaran tersendiri bagiku.

"Wow, penuh banget rasanya, enak kenyal, empuk." bisiknya padaku.

Sementara aku, sepertinya aku malah sudah setengah sadar karena menikmati apa yang dilakukannya padaku. Perlahan tiba-tiba kaus yang kukenakan sudah terlepas bahkan BH yang kupakai juga sudah jatuh di lantai. Lalu Alexandra juga hendak menurunkan celana yang kukenakan.

Aku segera tersadar dan menghentikannya. Tapi ia menyingkirkan tanganku dengan lembut, dan ... entah kenapa aku tidak melawan.

"ssstt, ... santai aja." bisiknya.

Aku membiarkannya ... menelanjangi diriku.

"Rai ..." ia memanggilku dengan suara berbisik yang ... mendesah. "Kalau sekarang Lexa jadi pengen nih, gimana? Kamu mau nggak?? kamu pasti juga udah lama kan nggak..." ucapnya.

Aku terkejut bukan main mendengarnya.

"Astaga ... kamu sange!?" aku berkata pelan. Tubuhku seperti tidak dapat kugerakkan, ada sebuah rasa yang menguasai diriku. Sensasi yang berasal dari dadaku yang diremas-remas.

"Kamu juga kan?" katanya padaku, sambil ... mencubit putingku? Nakal sekali. Tidak! aku tidak sange, tapi kamu yang merangsangku!

"Kita quickie aja, main cepet yang penting sama-sama dapet enak sekali." katanya lagi—kali ini sambil mengangkat lenganku, dan kutebak ... ia hendak, menjilat ketiakku?

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang