[12.] Bisnis is Bisnis

5.3K 96 19
                                    

Akhirnya tiba di mana hari kang Usep datang untuk menjemputku. Aku melihat dari balik tirai di pintu samping Salon yang terhubung dengan rumah. Kang Usep sudah ada di ruang tamu bersama tante Ratu.

"Suami mu tuh Rai." kata Safina dengan suara pelan berbisik.

"Iiihh ... najooong." kataku.

"Lha iya kan, abis siapa donk."

"Nggak—dia bukan suamiku."

"Pacar?"

"Najiss, bukaaann ... dia bukan suami bukan pacar ... pokoknya bukan."

"Ooohh ... aku paham ... dia germonya kamu." kata Safina sambil cengar-cengir.

"Sinting!! tidaak ... bukan! Pokoknya dia bukan siapa-siapanya aku." kataku tetap berbisik tetapi dengan suara dan nada ketus.

"Ah, tetep aja hari ini kamu pulang sama dia." kata Safina.

"Sial..." aku merutuk sendiri.

Tante Ratu lalu memanggilku dan menyuruhku ke ruang tamu.

Kang Usep yang melihatku langsung terpesona seribu bahasa.

Aku bisa melihat dengan jelas betapa wajahnya tercengang dan bola matanya terlihat jelas sekali melotot naik turun naik turun dan berhenti lebih lama terutama di bagian dadaku. Sampai aku risih tapi aku tidak bisa menutupnya dengan apapun. Karena summer dress yang kukenakan bagian belahan dadanya terbuka sangat lebar. Padahal ukuran dadaku juga tidak seberapa, tapi kenapa ia harus memandanginya sampai seperti itu. Ekspresinya sudah seperti kucing yang ngendus-ngendus ikan peda, kurasa ia sudah tidak sabar ingin segera membungkus dan segera membawaku pulang.

Tapi kemudian tante Ratu menahanku.

"Eiitt ... ini dia bisa cantik gini biayanya mahal loh." kata tante Ratu. "Lima juta yang kemarin itu kurang."

"Ah—koq bisa kurang!!?? Ini namanya pemerasan!" seru kang Usep.

"INI NAMANYA BISNIS!!" balas tante Ratu membentak dengan nada tinggi.

Kang Usep menunduk ciut, sepertinya kang Usep sangat segan dengan wanita paruh baya di hadapannya itu.

"Ya udah ... jadi berapa saya musti bayar tante? Saya nggak punya banyak uang." kata kang Usep.

"Ah, boong banget. Gue tuh tau bener penghasilan mucikari, apalagi komisi-komisi villa lu."

"Ah saya kan cuma cari makan, tante."

"Ya gue juga."

"Ya udah, jadi gimana tante?" kata kang Usep.

"10 juta lagi!" kata tante Ratu.

Kang Usep komat-kamit menggerutu.

"Waduh—saya nggak sanggup, lima juta lagi aja deh."

"10 juta, gue nggak mo tau, soalnya dia masih harus gue suntik hormon sampai tiga bulan ke depan." kata tante Ratu.

"Koq gitu?"

"Ya dia kan cowok, sekarang dia udah jadi transgender, jadi perawatannya harus rutin. Proses hormon nggak boleh setengah-setengah dan berhenti tengah jalan." kata tante Ratu.

"Ah ... tapi segini aja cukup. Kan saya cuma minta dia dibikin cantik aja. Ini udah cukup buat saya." kata kang Usep.

"Ya udah, kalau gitu lu nggak boleh bawa dia pulang." kata tante Ratu.

Yess ... aku sedikit bahagia dalam hati karena kupikir setidaknya aku bisa lolos sementara dari jeratan libido kang Usep.

"Oke ... oke ... oke ... saya sediakan duitnya." kata kang Usep.

Gadis Ruyuk CisangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang